;
Promosi Blog Gratis
My Ping in TotalPing.com

Minggu, 01 Februari 2015

Pegawai Bank Yang Cantik

Minggu, 01 Februari 2015


Pegawai Bank Yang Cantik

Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi;

Sebagai Sinta

Sebagai Tejo

Bagian Satu : Menunggu Dor Prize undian

Sinta, seorang wanita muda berusia 25 tahun, dengan langkah gontai menembus kerumunan para peserta jalan sehat yang masih terus mondar-mandir kesana kemari dengan ramai menunggu hasil pengumuman door prize undian. Sejak tadi malam, kondisi badan Sinta memang sedang kurang fit, namun karena ia telah berjanji dengan temannya untuk mengikuti acara ini, ia pun memaksakan diri untuk mengikuti acara ini. Berbeda dengan hari kemarin yang terus menerus dirundung hujan, Kota Jakarta hari ini benar-benar terbasuh dengan terik mentari yang begitu dahsyat. Akibat perubahan cuaca yang begitu ekstrim ini, dapat dipastikan kondisi tubuh Sinta kian bertambah parah. Untuk mengistirahatkan diri, ia pun terduduk sejenak di pinggiran trotoar di sekitar lapangan tempat berkumpulnya peserta jalan sehat. Tas punggung yang hanya berisi barang seadanya itu, ia sampirkan di sampingnya.

Sinta  adalah seorang supervisor call center bank swasta terkemuka di indonesia. Ia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Hari ini ia memakai setelan kaus dan celana training berwarna ungu yang memanjang hingga ke mata kakinya yang terbungkus kaus kaki berwarna krem yang agak transparan. Selain itu ia juga menali rambutnya gaya ekor kuda , sehingga tampak lehernya yang putih dan jenjang. Wajahnya bulat dihiasi dengan poni rambut, kulitnya kuning langsat, bola matanya hitam tajam. Tampak begitu manis walaupun dengan mimik yang lesu seperti itu. Hidungnya yang sedikit mancung nampak begitu mempesona. Sesaat ia mengeluarkan lidahnya dan menjilati bibir bawahnya, ia tampak kehausan.

Tanpa ia sadari, seorang lelaki bertubuh gempal telah mengawasinya sejak awal acara jalan sehat. Lenggak-lenggok tubuh Sinta di balik baju sportinya telah mampu membuat darah muda lelaki berusia 20 tahunan itu menggelegak. Tejo namanya, Ia hanya cleaning service di gedung tempat Sinta bekerja. Jabatannya hanya sebagai pegawai biasa yg kerjanya bersih-bersih kantor, ia ikut gerak jalan ini karena ajakan rekan kerjanya yang lain dan ia mendengar Sinta ikut serta. Selama ini Tejo memendam rasa tertarik pada Sinta tapi segan karena perbedaan status yang mencolok. Namun kali ini, kemolekan body pegawai bank yang memang aduhai ini, ditambah dengan wajahnya yang mempesona, membuat rasa haus dan lapar Tejo hilang seketika. Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri memandang Sinta dari belakang. Perlahan ia mendekati Sinta dan menyapanya, “Kenapa Mbak, tampangnya pucat begitu? Mau diambilkan air?“

“Eemmm, tak usah Mas. Nanti biar saya cari minum sendiri“ jawab Sinta sekenanya.

“Nggak apa-apa Mbak, sebentar ya” Secepat kilat Tejo si pria muda itu telah kembali dari tempat pembagian air minum. Ia membawa dua botol Aqua sekaligus, satu untuk dirinya dan satu untuk Sinta, yang telah menggoda imannya.

“Terima kasih banyak ya Mas” Tanpa persetujuan Sinta terlebih dahulu, Tejo langsung duduk tepat di samping pegawai bank cantik tersebut. Sinta pun menjadi sedikit risih dibuatnya. Ia sedikit menggeser pantatnya ke arah berlawanan. Karena merasa tidak enak sudah diambilkan minum, ia pun membiarkan lelaki itu duduk bersebelahan dengannya walaupun tetap dengan menjaga jarak. Karena ia telah demikian haus, ia pun menenggak air minum itu hingga setengah botol. Entah mengapa mendadak kepala Sinta menjadi pusing. Matanya berkunang-kunang, pandangannya kabur dan tenaganya melemah.

Terdengar cekikikan dari mulut Tejo. Ternyata pria muda itu telah mencampurkan sesuatu di minuman Sinta sebelum ia menyantapnya. Dengan santainya ia mengalungkan tangannya ke leher Sinta dan menarik tubuh molek si pegawai bank yang cantik itu ke dalam pelukannya. Orang-orang masih sibuk lalu-lalang mengikuti menunggu pengumuman door prize undian. Walaupun ada orang melihat Tejo yang memeluk Sinta, mereka hanya menyangka kalau mereka adalah sepasang kekasih, karena umur keduanya tidak terpaut begitu jauh, selain itu karena akting Tejo yang meyakinkan. Apalagi wajah Sinta yang demikian lemah membuat para peserta lain tak berani mengganggu pasangan itu.

Sinta merasa geli merasakan usapan-usapan tangan kasar Tejo di pipinya. Ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terasa lemah dan kaku. Ia merasa bingung akan apa yang terjadi padanya. Setelah minum air mineral tadi, kesadarannya terasa tertahan. Ia tidak bebas menggerakkan anggota badannya padahal ia masih dapat melihat dan merasakan segala sesuatu di sekelilingnya. Keringat semakin deras membasahi wajah dan kaus yang dikenakannya. Hampir-hampir pegawai bank nan molek itu basah kuyup oleh keringatnya sendiri.

Melihat hewan buruannya telah begitu jinak di pelukannya, Tejo malah makin bernafsu. Kemaluan yang sudah beberapa bulan tidak dipakai itu kini berontak dengan dahsyat dari balik celana panjangnya. Bau keringat Sinta yang semakin menyengat membuat gelegak birahi Tejo makin meletup-letup. Ia membayangkan dirinya menyetubuhi pegawai bank cantik dan menawan itu dengan liar hingga Sinta bergetar hebat dibuatnya. Ia dekap tubuh indah itu lebih erat dan diciuminya bau keringat Pegawai bank yang merangsang itu. Ditempelkannya hidungnya di pipi Sinta dan sesekali Tejo mengeluarkan lidahnya dan menjilati wajah Sinta. Sinta pun hanya bisa meringis dan menikmati perlakuan Tejo pada dirinya.

“Akkhhh …” terdengar sedikit lenguhan Sinta begitu pelan namun telah cukup membuat denyut nadi Tejo berdenyut-denyut. Pegawai bank yang kini makin basah bermandikan keringat itu, campuran dari keringat bekas mengikuti acara jalan sehat dan keringat dingin akibat dijamah oleh Tejo, itu terlihat begitu gelisah. Tubuhnya yang basah menjadi makin menggiurkan bagi pria muda yang tengah meraba-raba tubuhnya. Kegiatan mereka makin mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Tejo sedikit khawatir dengan hal itu, ia pun memikirkan jalan agar bisa menikmati tubuh Sinta dengan lebih leluasa.

Tejo pun memutuskan untuk membawa Sinta ke sebuah tempat sepi, mumpung pegawai bank nan menawan itu masih dalam pengaruh bayang-bayang campuran obat bius dan obat perangsang yang tadi diberikannya. Dengan cepat ia melepas pelukannya pada Sinta dan bergegas mengambil motor bebeknya yang diparkir tak jauh dari situ. Ia pun membimbing Sinta untuk berdiri dari trotoar dan mengajaknya untuk naik motor bersamanya. Dengan lembut Tejo membisikkan sesuatu di telinga Sinta, “Sayang, bila kau ingin merasakan kenikmatan yang jauh lebih indah dari ini, ikutilah kata-kataku. Sekarang naiklah ke motor ini dengan membonceng padaku”

Layaknya seorang kerbau yang dicocok hidungnya, Sinta pun menuruti semua yang diperintahkan Tejo. Ia merasakan adanya dorongan yang begitu dalam dari dirinya untuk merasakan kembali sentuhan dan belaian seorang Tejo. Ia merasakannya seperti gairah. Mungkin ini adalah efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Tejo tadi. Sinta yang tadinya merupakan seorang pegawai bank yang anggun, menawan, cantik, dan santun kini telah tergila-gila dengan perbuatan cabul Tejo. Setelah Tejo naik motor pun, Sinta dengan pasrah menurutinya dan duduk menyamping sambil memeluk pinggang Tejo dengan erat.

Merasakan hal tersebut, Tejo begitu girang. Selama perjalanan ia hanya memakai tangan kanan untuk menarik gas dan mengerem, sementara tangan kirinya terus mengelus-elus tangan perawan nan cantik yang melingkari pinggangnya. Sinta telah begitu jauh terperosok ke dalam jebakan yang dibuat Tejo. Mereka berdua begitu dilanda birahi yang menggebu-gebu di atas motor tua itu. Mereka sudah sama-sama tidak sadar untuk melampiaskan nafsunya masing-masing. Tanpa sadar tangan Sinta pun dengan lembut mengelus-elus bagian perut Tejo membuat pria muda itu belingsatan dibuatnya. Untung rumah kontrakan Tejo tidak begitu jauh sehingga 10 menit kemudian mereka telah sampai.

Begitu sampai di dalam rumah, Tejo langsung menyiapkan segalanya. Pintu rumah ia kunci, motor ia masukkan, dan Sinta ia baringkan di atas kasur rumah kontrakannya. Kini hidangan lezat telah menantinya di atas ranjang itu dengan gairah yang menggelora.

Tejo pun langsung membuka kaus dan celana panjangnya. Tinggal celana dalam saja yang tersisa ia pakai. Ia terlihat begitu sangat bernafsu dengan wanita yang tengah tergolek lemas di hadapannya. Ia pun merangkak di atas wanita itu dan membelai wajah Sinta yang cantik itu. “Siapa namamu manis?”

“Sinta, Mas” jawab Sinta sambil menggigit bibir bawahnya. Ia juga tampak telah begitu tegang dengan Tejo yang telah menanggalkan busananya. Ia sadar semua ini sudah tidak bisa ditolak lagi. Pergolakan batin terus berlomba di dalam hatinya. Ia begitu bingung untuk memilih lari, karena raganya mengatakan sebaliknya. Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, dan baru kali ini seorang pria menanggalkan busana di hadapannya dan mendekatinya hingga begitu dekat di atas ranjang.

“Nama yang bagus, Sayang. ”

“Terima Kasih, Mas” Tejo pun menurunkan jari-jemarinya ke bawah menuju bagian buah dada Sinta yang menggunung. Besarnya ia taksir sekitar ukuran 36. Sinta memang mempunyai ukuran payudara yang lebih besar dari teman-teman sesama pegawai bank. Bisa dibilang ialah pegawai bank terseksi di antara rekan kerjanya. Sebenarnya itu bukan masalah di kalangan rekan kerjanya, tapi setelah bertemu orang seperti Tejo yang begitu menggilai payudara besar, Sinta sadar bahwa itu adalah bahaya besar.

Perlahan Tejo meremas-remas payudara yang masih tertutup kaus Sinta itu dengan nafsu yang begitu menggebu. Ia merasakan puting di payudara Sinta yang sebelah kanan, puting itu telah begitu tegang sehingga nampak menonjol dari balik kausnya. “Kamu udah horny yah say?”
Sinta hanya diam saja diperlakukan seperti itu, ia tak mampu menyangkal bahwa ia telah takluk dalam dekapan pria muda yang lebih layak menjadi adiknya itu. Ia pun tetap diam ketika tangan Tejo mampir ke ujung celama panjangnya dan menariknya perlahan ke atas. Tangan yang kasar itu pun dengan lancangnya menjamah betis dan paha mulus Sinta yang belum pernah dilihat sekalipun oleh lelaki lain. Tangan itu bergerak naik turun sehingga membuat Sinta akhirnya mengeluarkan desahan yang begitu menggairahkan, “Aaaahhhh … “

Tejo begitu senang mendengarnya. kemaluannya pun semakin keras dan tegang. Ia makin berani mengerjai pegawai bank nan cantik itu dengan menurunkan celana dalam Sinta ke bawah. Ia pun kini mengelus-elus lembut kemaluan yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi itu dari balik celana panjang yang masih terpasang. Tejo memang belum berniat melepas pakaian Sinta, ia makin terangsang dengan mengerjai Sinta dalam keadaan masih lengkap berpakaian sporty.

Tejo pun mendekati wajah sang pegawai bank nan anggun tersebut. Bibir mereka telah begitu dekat. Sinta pun dapat merasakan bau badan Tejo yang begitu tak sedap, tapi entah kenapa Sinta pun ikut mendekatkan bibirnya yang indah itu ke bibir pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Tejo membelai mesra rambut Sinta dan memagut bibir sang pegawai bank dengan lembut dan penuh nafsu serta gairah. Pria muda itu pun semakin berani dengan mengeluarkan lidahnya agar dijilat oleh Sinta. Sinta pun tanpa malu menyambutnya dengan gairah yang tidak kalah besarnya. Persetubuhan serasa tinggal menunggu waktu bagi mereka berdua.

Sambil memagut bibir indah nan seksi itu, tak lupa Tejo pun meremas-remas payudara Sinta dari kausnya. Bergantian dari kanan ke kiri dan sesekali memelintir putingnya. Sinta pun merasakan sensasi yang begitu menakjubkan.

Serasa tak ada waktu lagi, dengan buasnya Tejo melumat bibir suci nan menawan milik seorang pegawai bank ternama itu. Sinta , sang pegawai bank rupawan, kini sedang berpacu dengan gairah dan birahinya sendiri. Campuran dari obat perangsang yang diminumkan saat menunggu pengumuman door prize undian tadi dan jamahan yang terus dilakukan Tejo membuat jantungnya berdenyut begitu cepat. Ia seperti lupa rasa bencinya pada laki-laki sudah ia rasakan sejak lama. Padahal dalam setiap kesempatan, ia selalu menghindari hubungan cinta dengan laki-laki karena trauma pernah dikhianati mantan tunangannya yang sangat ia cintai. Tapi kini Sinta tampak malah meminta tubuhnya sendiri untuk dijamah oleh lelaki bejat seperti Tejo yang sedari tadi telah menanggalkan pakaiannya.

Sinta meletakkan tangannya di punggung Tejo. Dielus-elusnya punggung pria muda yang telah mengundang birahi jalangnya untuk keluar itu. Tejo pun makin panas merasakan elusan sang pegawai bank idaman itu di bagian tubuhnya yang cukup sensitive. Namun ia tak mau kehilangan tempo, ia akan berusaha memancing gairah Sinta agar ia bertingkah lebih binal lagi. Ia ingin Sinta tak hanya menyerahkan keperawanannya namun juga bisa merasakan puncak kenikmatan dunia darinya, siapa tahu nanti Sinta menjadi ketagihan dan mau menjadi pemuas nafsu seksual dirinya yang sewaktu-waktu bisa meledak.  Apalagi ia sudah jarang menikmati tubuh bibinya karena ngak enak mengkhianati kepercayaan pamannya dan bibinya terlalu banyak selingkuhan jadi memeknya ngak seret lagi.

Sehingga selepas SMU ia memilih tinggal sendiri dan berkerja sebagai cleaning service sambil kuliah di dekat tempatnya bekerja.  Sesekali memang ia masih berkunjung ke rumah pamannya untuk mendapat uang saku tapi ia selalu berusaha menghindari ajakan bibinya untuk selingkuh.  Memang sesekali ia masih meladeni godaan bibinya tapi jauh menurun drastis daripada saat ia masih menumpang di rumahnya pamannya.  Kadang-kadang Tejo dan rekan kerjanya juga main dengan kenalan mereka yang bisa dipakai tapi jarang yang bisa memuaskan Tejo.  

“Sebentar ya Mbak,” Tejo dengan nekat memasukkan tangannya yang hitam legam ke kaus putih Sinta. Tangan Tejo pun langsung bergerilya di daerah itu. Payudara Sinta yang besar dan sensitive itu diremasnya dari balik kausnya. Sinta pun mendesah ringan sebelum kausnya disingkap hingga diatas dada dan tubuhnya resmi dimasuki oleh tangan nakal Tejo.

“Mass, ohhh, geli mas” begitulah erangan Sinta ketika Tejo mulai intens meremas-remas payudara pegawai bank muda yang begitu ranum itu. Segaris senyum menempel di bibir mesum Tejo ketika Sinta menekan kepalanya begitu kencang ke arah payudaranya sendiri. “Ufhhh, ampunn Mas …. !”

Tanpa pikir panjang lagi, Tejo langsung memasukkan kepalanya ke balik kaus putih Sinta. Disingkapnya pakaian terusan Sinta, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan payudara Sinta yang telah begitu membuncah dari bra krem yang masih menempel di tubuhnya. “Mbak, toketnya ca’em banget … warnanya pink, lagi tegang gitu, ukurannya berapa sih?” Ledek Tejo sambil terus meremas-remas dan memainkan putting payudara Sinta.

Ucapan kotor Tejo semakin membangkitkan birahinya. Satu persatu pertahanan keimanannya telah runtuh. Mimik wajahnya yang biasanya penuh keanggunan kini perlahan berubah menjadi begitu erotis dan merangsang. “Iya mas, ukurannya 36 … ohhh, enak mas diremes gitu”

“Ohh, Mbak cantik suka yah? Kenapa gak bilang tadi waktu di monas, kan bisa sekalian mas entot di sana?” Jawab Tejo makin berani.

“Apa mas? Entot ?? ahh …” Sinta lemas begitu Tejo mengucapkan kata-kata kotor itu. Ia sadar kalau dirinya sudah di ambang birahi, dan Tejo pun sudah tidak tahan untuk melepaskan gairahnya. Ia pun memperbaiki posisi berbaringnya agar Tejo bisa lebih mudah menyetubuhi dirinya. Ia telah benar-benar kehilangan akal sehatnya.

Merasakan geliat tubuh indah yang ada dalam dekapannya, Tejo pun ikut bergeser hingga wajahnya tepat berada di atas payudara Sinta. “Liat deh Mbak, toketnya dah penuh neh, Mas kurangin sedikit yah susunya …” Ujar Tejo sambil menyibak sedikit kaus Sinta hingga ia bisa melihat payudaranya sendiri.

“Ahh Mas …” Sinta pun mendesah ketika bibir Tejo mulai menyentuh putting payudaranya. Seketika selembar lidah nan panas dan kasar menjulur keluar dan menggerayangi payudara Sinta yang begitu mulus, belum terjamah seorang pria pun. Sinta pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya menahan desakan birahi yang begitu menggebu. Erangannya sudah tak bisa dibendung, matanya memejam menunggu ledakan gairah dari dalam tubuh seksinya.

Tejo melakukannya dengan begitu perlahan-lahan. Ia ingin ini menjadi sesuatu yang tak akan ia lupakan seumur hidup. Kapan lagi kan, bisa menyetubuhi seorang pegawai bank cantik seperti Sinta ini. Dengan ganasnya Tejo mengulum putting payudara Sinta  mulai dari yang sebelah kiri, kemudian berlanjut ke payudara sebelah kanan.

“Ahhh, Mas. Geli banget …”

“Mbak suka kan, kalo suka Mas kulum terus yah.” Tejo sudah tidak segan-segan lagi mengatakan kata-kata cabul di hadapan Sinta. Dan respon Sinta pun bukannya berusaha memberontak, tapi malah seakan membuka pintu lebar-lebar bagi Tejo untuk merobek keperawanannya di sebuah rumah yang terkesan sedikit kumuh itu.

“Iya, Mas. Suka.” Mendengar kata-kata itu, Tejo pun menganggapnya sebagai sebuah izin untuk melakukan hal yang lebih jauh. Ia pun melepaskan kulumannya di payudara Sinta sang pegawai bank manis, dan kemudian diikuti lenguhan panjang Sinta yang menandakan kekecewaannya akan perlakuan Tejo itu. Dengan langkah cepat, Tejo langsung turun ke bagian bawah tubuh Sinta dan kemudian menarik perlahan celana panjang Sinta.

Ternyata Sinta masih memakai celana dalam, celana dalam itu berwarna biru muda dan terbuat dari bahan yang tipis. “Mas buka ya Mbak, celana dalamnya.” Sinta yang telah dilanda birahi yang benar-benar menggelegak itu pun hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.

Dengan sekali tarik, celana dalam itu pun terlepas dari tempatnya. Selain karena bahannya yang tipis dan kekuatan Tejo, Sinta pun ikut memberikan sedikit bantuan dengan mangangkat bokongnya untuk memudahkan Tejo. Ia seperti telah pasrah, bahkan malah benar-benar menginginkan untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh Tejo.

Dalam sekejap, betis dan paha mulus Sinta pun terpampang dengan jelas di hadapan Tejo. Bagian bawah tubuh indah pegawai bank itu benar-benar putih terawat. Mungkin karena tak pernah terkena sinar matahari langsung atau memang Sinta sengaja merawat bagian bawah tubuhnya tersebut. Selama ini para kekasih lesbinya selalu kagum dengan keindahannya, tapi kini seorang pria muda sedang memandanginya tanpa sehelai pun pembatas.

Tejo semakin merasa takjub melihat Sinta dalam keadaan telanjang bagian bawah badannya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan badan Sinta yang selama ini ia perhatikan dari jauh. Pertama kali Tejo melihat Sinta, pria ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Tejo juga punya beberapa kenalan wanita, tapi tidak apa-apanya apabila dibandingkan Sinta.

“Mbak, pahanya mulus banget sih, Mas elus-elus yah?” Sebuab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Tejo langsung mulai menjamah bagian terlarang dari seorang pegawai bank yang cantik seperti Sinta.

Namun Sinta sendiri pun tidak melakukan perlawanan dan malah menyodorkan paha dan betis indahnya untuk dinikmati sang penjantan muda itu. “Iya Mas. Sinta selalu perawatan di salon. Ahhh, Mas, Udah yah, Sinta malu”

Sebuah penolakan yang tampaknya tak berarti mengingat Sinta tak berusaha sedikitpun untuk menutupi bagian terlarang yang sudah terbuka lebar dan siap untuk dinikmati. Tejo langsung meraba-raba paha putih itu dan menjilat-jilat betis Sinta yang mulus. “Hmm, Mbak Sinta bener-bener kayak bidadari yah. Orangnya cantik, tubuhnya indah banget pula”

“Ahh, ahhh, Mas … “ Desahan Sinta pun akhirnya keluar begitu saja tanpa mampu ia bendung.

“Ada apa Mbak? Udah gak tahan yah …” Tejo pun tak mau berbasa-basi lagi, ia pun langsung mengangkangi bagian pinggul pegawai bank yang manis tersebut. Dengan bersemangat, ia pun menggesek-gesekkan kontolnya di memek Sinta, yang tampaknya sudah basah oleh lendir gairah itu.

“Akhhh, geli banget Mas,” Sinta pun merasakan sensasi yang benar-benar baru dan luar biasa. Dalam kehidupan cintanya, ia tidak pernah berhubungan cinta dengan lawan jenis, apalagi menyentuh kemaluan lawan jenisnya. Namun kini, seorang pria muda tengah mengangkanginya, sambil menggesek-gesekkan kontolnya ke memek Sinta, membuaat Sinta benar-benar hilang akal. Ia pun hanya bisa pasrah ketika Tejo melepas kausnya, hingga payudaranya yang besar dan indah itu pun telah terpampang dan siap untuk dinikmati.

Tejo pun terkesiap dengan apa yang ada di hadapannya. Sinta , seorang pegawai bank cantik dan jelita yang berstatus sebagai supervisor, kini sedang mengerang dan mendesah dengan banal di hadapannya. Dilihatnya kemaluan sang pegawai bank yang tanpa bulu sehingga dapat terlihat dengan jelas olehnya di mana letak klitoris dan lubang kelamin suci sang wanita. Memek Sinta ternyata telah berdenyut-denyut kencang tanpa bisa dikontrol si empunya, tanda bahwa empunya sedang mengalami gejolak birahi yang luar biasa.

Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Tejo langsung mendorong penisnya ke dalam memek suci Sinta . Diperlakukan seperti itu, Sinta tambah bergairah dan sedikit berteriak, “Ahhhhh, Massss ….” Tangannya menggenggam ujung seprei tempatnya berbaring sekarang, tempatnya dikerjain oleh seorang pria seperti Tejo yang sedang mengangkangi keperawanannya.

“Mbak, toketnya nganggur tuhh, Mas remes-remes yahh …”

“Ohhh, ohhh, tolong Mas, jangan lanjutkan ini … kasihani saya” Tampaknya Sinta telah berangsur-angsur sadar dari efek obat perangsang yang telah diminumnya. Namun sayangnya itu semua telah terlambat, dan keperawanannya telah di ujung penis Tejo.

“Tanggung, Mbak, dikit lagi masuk neh. Sekali Mbak ngerasain kontol Tejo, pasti minta nambah deh nanti,” Tejo cekikikan ketika merasakan selaput dara pegawai bank itu telah berada tepat di depan kontolnya. Dengan menambah kekuatan remasan pada payudara Sinta, sehingga membuat Sinta sedikit menggelinjang, Tejo pun memusatkan konsentrasinya pada memek Sinta dan … “Akhhhhh, memek Mbak Sinta memang mantap …. Akhhhhh”

“Akhhhhh, Masss …” Merasakan selaput daranya telah jebol, Sinta pun belingsatan. Rangsangan yang diberikan Tejo kepadanya begitu hebat. Bukannya berontak, Sinta memilih untuk melanjutkan persetubuhan ini sampai akhir, ia merasakan semuanya sudah terlanjur baginya.  Selain itu ia tidak mengira kalau persetubuhan dengan lelaki ternyata sangat nikmat sekali.

Tejo merupakan lelaki yang berpengalaman dalam masalah seks. Ketika merasakan aliran darah merembes di sela-sela kontolnya dan dinding vagina Sinta, Tejo pun sedikit menarik kontolnya keluar dari sarang yang hangat itu. Sinta pun terkesiap dan berusaha memasukkan kembali burung nakal Tejo kembali ke dalam tubuh seksinya. Mimik wajah Sinta telah berubah menjadi begitu banal dan jalang. Namun rambut yang dikuncir ekor kuda serta poni rambutnya nampak rapi tetap menghiasi paras manis dan cantik khas pegawai bank ini. Tejo benar-benar tak tahan akan mangsanya kali ini. Ia pun kehilangan control dan langsung menyambar bibir Sinta dengan bibirnya.

Sekitar 15 menit lamanya Tejo menyetubuhi Sinta dengan posisi konvensional. Dengan buas ia melumat bibir dan lidah Sinta. Sinta pun tak kalah liar membalas kuluman bibir pria muda itu. Sementara itu, kontol Tejo terus mengocok vagina Sinta tanpa henti. Sinta pun membantu sang pejantan dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontol Tejo yang berukuran dua kali ukuran normal ini. Dua insan berbeda jenis kelamin dan status social itu tampak menikmati persetubuhan terlarang itu. Sinta dengan tanpa malu mendesah-desah kenikmatan ditindih mesra oleh Tejo yang kekar dan gempal itu.

“Ahhh, Ahhh, Ahhh, Mass, enakk Mas, enakk, Ohhh, Ohhh …”

“Enakk ya Mbak, Ahhh, Ahhh, memek Mbak Sinta legit banget, Akhh, Tejo mau keluar Mbak …”

“Ahh, iya Mas, kontolnya enakk Mas … Apanya yang mau keluar mas?”

“Spermaaa Mbak, Pejuu Tejo …”

Tiba-tiba Sinta bagai tersambar petir. Ia sadar betul bila sperma Tejo sampai masuk ke dalam rahimnya, maka besar kemungkinan ia akan hamil dan mengandung anak Tejo. Ketika terpikir hal itu, Sinta pun hendak berontak, Tapi saat itu juga ia mengalami orgasme. Cukup lama sekali Sinta menahan nafsunya karena sibutk dikejar target menggaet nasabah untuk program asuransi. Kini tiba-tiba ada penis yang memasuki memeknya, apalagi memang dia dalam keadaan birahi tinggi, akibat pengaruh obat perangsang serta pemainan Tejo yang sudah cukup berpengalaman, dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika Tejo menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Sinta mencapai orgasme yang begitu hebat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Tejo merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles masuk ke memek sinta. Dirasakannya liang senggama Sinta menjadi begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding liang senggama Sinta basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang Sinta sedang orgasme.

Tejo dapat merasakan pinggul Sinta yang sedikit bergetar seperti menggigil, sementara dinding lubang kencing Sinta berdenyut-denyut meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Tejo terus mengaduk lubang memek Sinta dengan lembut dan membuat Sinta makin terbuai. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan kontolnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan pegawi bank yang seksi ini.

“Ohhh …mmhhh …enghhh”desah Sinta ketika sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram penis Tejo yang sedang mengaduk aduk kemaluannya.

Sinta yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang memeknya gantian disembur cairan hangat mani dari penis Tejo yang terasa banyak membanjiri lubang lubang memeknya. Sinta kembali merintih, saat perlahan Tejo menarik keluar kontolnya yang lunglai.



Admin Mesum - 04.51

Warsih Si Penjual Jamu


Warsih Si Penjual Jamu

Tidak tahu mengapa hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, padahal ini hari minggu. Istriku sudah dua hari pulang menengok orang tuanya yang sedang sakit dikampung, sedangkan pembantuku juga dari hari sabtu cuti, karena setiap akhir minggu ia pulang ke Bekasi mengunjungi keluarganya, praktis hanya tinggal aku sendiri dirumah. Aku dan isteri belum dikaruniai anak walaupun sudah dua tahun kami menikah.

Aku berjalan keluar rumah, baru jam 6.30, wah sayang sekali aku bangun terlalu pagi, padahal sepanjang minggu aku memimpikan hari minggu supaya bisa tidur siang. Akhirnya aku duduk diteras depan rumah dan membaca koran. Lagi asyik baca koran aku mendengar bunyi bel, aku bangun untuk melihat siapa yang memencet bel pagi2 begini.Aku membuka pintu gerbang dan didepanku berdiri seorang wanita berusia kurang lebih 28 tahun dengan rambut digelung asal2an tersenyum padaku. Wajah wanita itu cukup manis dengan pipi berisi dan kemerahan, kulit wajahnya halus sekali dan ia memakai sarung serta menggendong bakul jamu, selendang yang mengikat bakul jamunya melintang didadanya dengan ketat sehingga menojolkan payudaranya yang kulihat sungguh amat indah dan menantang, mungkin ukurannya 36, pokoknya aku sungguh terangsang sekali dengan kemontokan tubuh wanita itu, aku melihat ada sedikit keringat didahinya, make up yang dipakainya tipis sehingga yang terlihat adalah wajah alami yang terpelihara.

"Ibu ada pak?" Tanya wanita itu.
Cepat2 aku tersenyum semanis mungkin."Wah sedang pulang kampung tuh, mbak" Jawabku sambil tersenyum.
Tukang jamu itu kelihatan kecewa.
"Memangnya istri saya suka minum jamu?" Tanyaku.
"Iya...dua hari sekali saya disuruh kesini sama ibu" Katanya.
"Wah sayang sekali....tapi bagaimana kalau saya juga minum, mbak?" Aku sebenarnya tidak pernah minum jamu dan aku tak tahu jamu apa yang cocok buat laki2.
Mbak itu tersenyum senang dan segera hendak menurunkan bakulnya, tapi aku buru2 menahannya.
"Masuk saja mbak....jangan disini, didalam saja ya" Kataku, hatiku mengatakan tindakanku mengarahkan aku kesesuatu.

Wanita itu berjalan masuk mengikutiku. Sampai diteras ia lagi2 mau menurunkan bakulnya, tapi aku lagi2 menyuruhnya masuk kedalam ruang tamu. Ketika ia berjalan masuk tadi kuperhatikan terus bokongnya yang bergoyang2 terbungkus kain sarung ketat, aku sampai menelan ludah, bokongnya sunggu indah dan besar, tubuhnya betul2 sexy....

"Saya nggak mau ada orang yang lihat saya minum jamu lho" Kataku ketika kulihat ia agak ragu masuk kedalam rumahku.
Ia terkikik lalu berjalan masuk mengikutiku dan ia segera menurunkan bakul jamunya, aku memperhatikan setiap gerakannya, oh....sungguh aku merasa terangsang sekali.
"Memangnya jamu apa yang untuk laki2, mbak?" Tanyaku.
 Mataku tidak lepas dari belahan buah dadanya yang sesekali terkuak dan menampilkan bh warna hitam. Kemaluanku mulai mengeras.
"Maunya untuk apa pak?"
"Biasanya jamu apa yang diminum laki?" Tanyaku lagi.
"Macam2 pak...biasanya sih jamu kuat" Jawabnya, kulihat ia mengeluarkan sapu tangan lalu mengeringkan keringat diwajahnya.
Sungguh manis wajahnya.
"Kuat buat apa sih?" Tanyaku pura2. Ia melirik agak genit, mulutnya cemberut.
"Ah pura2 aja bapak ini"
"Lho sungguh....aku kan nggak pernah ngejamu, mbak"
"Ah bisa aja..." Jawabnya, matanya kembali melirik, aku makin horny.
"Ya terserah mbak aja deh...aku taunya minum" Kataku.

Ia lalu menuangkan entah apa aku tak tahu, dicampur2.
"Mbak...biasanya kalau minum jamu minumnya untuk apa?" Tanyaku sambil menerima gelas yang telah berisi jamu.
"Ada deh...."
Eiit....mulai menunjukkan hasil nih, pikirku. Kayaknya tambah genit nih si mbak.
"Kasih tahu doong..." Rengekku.
Ia mengerling genit lagi sambil memonyongkan mulutnya.
"Yaa...tanya ibu saja ah" Jawabnya.

Aku merasakan pahit dilidahku dan aku makin memperlambat minumku, aku nggak tahan, mau muntah rasanya.

"Saya mau tahunya dari mbak kok...."
"Yaaa...kalau perempuan ya minum jamu supaya seger, awet muda dan macem2 deh"
"Memangnya jamu sari rapet buat apa mbak?" Manteraku mulai keluar. Ia mendesis sambil melotot.
"Hussh...kok tanya aku? Tanya ibu lho..."
"Kan pulang kampung.....aku bingung, apanya yang rapet kalo minum jamu sari rapet...nanya boleh kan?" Kataku makin berani.
"Ya itunya yang jadi sempit, bukan rapet lho...." Jawabnya perlahan sekali, ia menunduk, kulihat sedikit rona merah dipipinya.
"Apanya yang sempit mbak?" Kelihatannya ia mulai kesal.
"Itunya lho...tempiknya, ah sudah ah....genit amat sich" Semburnya sambil mengerling marah.
 Aku tersenyum lagi."Tempik itu apa sih?" Godaku lagi.
"Nggak tahu ah...sudah belum? kok lama banget minum jamu aja?"
"Habis pahit....mbak belum jawab pertanyaan saya"
"Tempik itu.....memek lho, masak nggak tahu sih...dasar genit bapak ini" Eh tangannya mencubit pahaku.
Aku pura2 kesakitan, tanganku kuulurkan untuk membalas, ia menjerit kecil sambil cekikikan menghindari tanganku.
"Lho aku kan mau membalas, cuma nanya kok pahaku dicubit?"
"Habis ceriwis sih"
"Mbak minum sari rapet juga dong?" Tanyaku.
"Nggak tahu ah"
"Kalau begitu gelas ini nggak akan habis2 isinya"
"Iya, iya...aku juga minum....setiap perempuan minum kok"
"Memangnya mbak sudah punya suami?"
"Ya sudah dong...tapi ada dikampung"
"Lho sama dong...isteriku ada dikampung juga"

Ia diam saja.

"Jadi tinggal kita berdua nih...." Sambungku.
"Tapi aku nggak percaya, dengan minum sari rapet terus tempik....eh memek bisa rapet"
Ia tersipu2.

"Eee...sungguh lho...sudah terbukti dari dulu kok" Jawabnya.
"Bohong...""Sungguh...""Kalo gitu boleh dong aku minta bukti"
"Bukti apaan?" Ia kelihatan agak bingung.
"Bukti....bahwa memek mbak sempit" Aku nekat berkata. Kemaluanku sudah keras sejak tadi. Jantungku juga berdebar2 menahan gejolak nafsu.
"Idiih amit2!" Desisnya lalu ia bangun melemaskan kakinya yang dari tadi jongkok.
"Mbak....""Yaaa....""Aku naksir nih....boleh nggak aku minta cium" Aku berbisik pelan.
Ia melotot, mulutnya cemberut.
"Iih....udah ah...genit amat sih"

Ia jongkok lagi membereskan barang2nya. Kudekatkan wajahku kewajahnya. Ia mengangkat wajahnya dan memandangku dengan pandangan melotot, tapi bibirnya setengah terbuka, seolah2 menantang keberanianku dan kami sangat dekat sehingga aku bisa mencium bau tubuhnya yang terus terang saja membuat nafsuku makin melonjak. Tanpa pikir panjang kusambar mulutnya, kupeluk sehingga ia jatuh tertindihku dilantai ruang tamu. Mulutku melumat bibirnya dengan liar, ia meronta, tapi sepertinya rontaan setengah hati. Tanganku meremas buah dadanya, betul juga dugaanku, buah dadanya betul2 kencang dan mantap sekali, kenyal dan besar, wah aku benar2 terangsang.

"Aduh....genit bapak ini....auuu....nggak mau...aduh, aku nggak bisa napas" Ia mendesah2 ditindihku.
"Paak....aduh malu ah...jangan disini....nanti dilihat orang....aku malu ah...."

Kulumat lagi mulutnya yang hangat, kali ini ia membalas dengan lumatan yang liar juga. Lidah kami saling membelit lidahnya terasa sungguh nikmat, hangat dan begitu liar didalam mulutku, sungguh aku tak pernah menduga perempuan desa sepertinya bisa berciuman begitu panas. Aku tak mau kalah, kujepit lidahnya lalu kuhisap2 dengan penuh nafsu, lalu lidahku bermain dalam mulutnya, kujelajahi seluruh rongga mulutnya dan napas kami sama2 memburu kencang, napasnya terasa panasenyembur dan aku juga menyukai bau napasnya yang lembut, mungkin memang semua tukang jamu tahu bagaimana merawat diri dan kesehatannya, pokoknya kami benar2 tenggelam dalam gelora nafsu, tanganku menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya dan baju hijau yang dipakainya sudah tak keruan terbuka, tanganku berusaha menyingkapnya dan kuremas buah dadanya serta kucoba menariknya keluar dari bh yang begitu kencang membungkus buah kembar itu.

Ia mendesah2 tangannya seperti hendak menyingkirkan tanganku namun usahanya tidak dengan sepenuh hati, sebelah tangannya meremas2 rambutku, mengacak2nya dengan gemas, air liur kami begitu lama saling bertukar, oh tidak pernah aku merasakan sensasi seperti ini.Akhirnya aku berhasil menarik keluar sebelah buah dadanya dari balik bh yang dikenakan mbak itu. Ia menggumam dalam mulutku. Kuremas payudara kenyal itu, kuraba puting susunya yang rasanya cukup besar, aku mencoba memandang tapi mbak itu begitu erat mendekap kepalaku sehingga mulut kami tidak bisa terlepas, ia menciumku begitu liar dan penuh nafsu, napasnya seperti lokomotif.

Aku memaksa menciumi lehernya yang berkeringat, kujilati keringatnya dan terasa asin, aku tak perduli, kuangkat kedua tangannya lalu kucium2 ketiaknya yang basah oleh keringat juga. Baunya sungguh sedap dan ia mengerang keenakan waktu kugigit2 ketiaknya dengan lembut. Sekarang aku bisa melihat buah dadanya yang berkulit kuning dan menyembul sebelah, pemandangan ini membuatku makin bernafsu, puting susunya berwarna merah tua dan besar, kupencet2 pelan, ia merintih2, kepalanya terangkat keatas dan suaranya membuatku makin terangsang.

"Pak...aaahhh.....ada susunya pak....pencet kerasan lagi...ooohhhh" Ia mendesah.
Kupencet lebih keras, benar saja ada cairan kental keputihan perlahan muncul dari puting susunya, lalu ketika keperkeras pencetanku maka cairan itu menyembur pelan dan membasahi tanganku. Segera kucelucupi dan kujilat puting susunya, mbak yang belakangan kutahu bernama Warsih itu membantuku meremas buah dadanya, dan kulihat ia pandai sekali mengeluarkan susunya agar aku dapat menikmati cairan itu, tangannya mengurut payudaranya dengan keras dan memencetnya sehingga cairan itu menyembur keras masuk dalam mulutku, tidak ada rasa atupun bau, kusedot2 putingnya seperti bayi.

"Uughhh....jangan terlalu keras pak, sakit.....uuughhhh" Aku memelankan kegemasanku menyedot.
Tanganku sibuk melepaskan kancing2 baju yang tersisa dan menariknya sehingga Warsih hanya memakai kutang dan sarung saja. Bh hitamnya terangkat sebelah keatas dan kontolku sampai sakit karena kerasnya ketika melihat pemandangan didepanku. Tubuh Warsih sungguh mulus, kuning langsat walaupun baru bagian atasnya saja yang kulihat.

"Paaakkk......enak...duh....pak...jangan disini...malu pak....aakkhhh" Ia merengek, suaranya serak.
"Dikamarku saja..." Bisikku.

Kuajak ia masuk dalam kamarku, sebelumnya kukunci pintu depan. Sampai dalam kamar kami bergumul diatas ranjangku. Tubuhnya betul2 padat dan kenyal. Kulepaskan bhnya sehingga ia sekarang hanya memakai sarung saja, aku terbengong melihat buah dadanya yang begitu sempurna dan besar, puting susunya sungguh kontras dengan warna kulitnya. Kubuka seluruh pakaianku sampai telanjang bulat dan ia menjerit kecil melihat kontolku yang berdiri dengan tegak penuh urat menonjol, tangannya menutupi mulutnya.

"Auu...serem!" Jeritnya.
 Kudekati ia dan ia beringsut mundur menggodaku. Aku menerkam dengan kekuatan penuh, kembali ia menjerit sambil memelukku, kami bergumul lagi, kali ini ia menciumi dadaku dengan penuh nafsu.

"Kontolnya kok kecil sih pak" Bisiknya. Sialan...
"Jangan lihat kecilnya mbak...rasakan tusukannya nanti" Bisikku juga.
"Idiihh....takuut" Ia merengek lagi.

Kukemot payudaranya lagi, lalu kujilat dan kugigit2 ketiaknya yang ditumbubi bulu lebat, oohh sungguh merangsang sekali baunya. Warsih menjerit2 kecil kegelian, tapi ia menikmatinya.Tiba2 aku mundur lalu dengan cepat aku menyusup kedalam sarung yang masih dikenakannya, ia menjerit tertahan sambil berusaha mendorong kepalaku keluar dari dalam selangkangannya. Tapi aku tidak perduli, kukecupi pahanya yang kurasakan halus sekali. Kuhisap2 kecil, ia terlonjak2 kegelian sambil mengerang2 manja.

"Jangaan pak....bau....jijik ih...nggak mau aku...ooohhh"
Dorongan tangannya berubah remasan, kepalaku sudah mencapai puncak pahanya, aku merasakan kehangatan kepalaku didalam sarungnya dan tercium bau memek yang membuat kontolku kembali sakit saking tegangnya. Kuciumi celana dalamnya yang lembab dan agak lengket, kujilati lalu kuhisap2 memeknya yang tertutup celana dalam hitam, aku bisa merasakan bulu memeknya yang keluar dari balik lipatan celana dalam, kujilati semuanya lalu kuporoti celana itu, tiba2 sarungnya menjadi kendur, ternyata Warsih membuka ikatan setangennya sehingga sekarang ia bisa melihat kegiatanku didalam sarungnya.

Ia menurunkan sarungnya, aku menariknya sampai terlepas. Kini aku terpaku sesaat melihat memeknya yang hitam tertutup bulu2 lebat yang ikal. Kulihat ada cairan bening menempel dibulu2 itu, mata Warsih lekat memandangku, aku tak tahan lagi dengan bau yang begitu merangsang. Kubenamkan wajahku dilembahnya, kucium dengan penuh perasaan bau memeknya, oohhh....sungguh enak sekali. Dengan jari2ku kusibakkan bulu memeknya dan kukuak bibir kemaluannya yang berwarna merah tua, ia mengerang2, tangannya mencengkram sprei dan menarik2nya. Aku bisa melihat bagian dalam memeknya yang banjir oleh cairan keputihan, menempel pada dinding dan bibir memeknya, aku tak tahan lagi, kuserbu memeknya dengan lidahku, kujelajahi dan kusapu seluruh cairan itu, terasa asin, nikmatnya sungguh gila.

"Aaaaa.......enaaaakkkk......mmmhhhh....sssshh hhh"
Pinggulnya terangkat naik menekan mulutku dan aku makin lahap menjilati dan mengemut itilnya. Ia mengerang2 sebelum akhirnya mengangkat pinggulnya dan tangannya menekan kepalaku, dan aku terbenam dalam memeknya. Hidungku menekan itilnya dengan keras dan kurasakan ia menggosok2kannya dihidungku, mulutku masuk dalam liang memeknya, lidahku kuputar dan kutusuk dalam liang itu, ia menjerit agak keras seperti rintihan panjang.

"Oooohhhhhh........aku..aku....keluaaarrr paaakk.....uuuuuhhhhhh"
Kurasakan hentakan2 keras menekan wajahku dan kurasakan liang memeknya menghangat dan tercium bau khas yang enak sekali, lidahku menjilati lubang kencingnya yang kecil dan merah, Warsih meronta kecil dan mulutnya tak henti melolong. Tiba2 kurasakan kontolku ditariknya, aku mengikuti irama tarikannya, ternyata sesaat kemudian kontolku terbenam dalam mulutnya yang hangat, aku gemetar tak kuasa membendung nikmatnya kuluman Warsih dikontolku, aku berusaha sekuat tenaga menahan dan membendung supaya jangan sampai keluar begitu cepat. Kualihkan jilatanku perlahan2 kelubang duburnya yang berwarna hitam dan ada lendir yang berasal dari liang memeknya. Kelihatanya ia terkejut sesaat tapi kemudian tiba2 ia berontak dan berguling sehingga aku terbawa dan kusadari aku sudah tergencet dibawah tubuhnya, posisi kami menjadi 69 dan ia menekuk lututnya sedemikian rupa sehingga aku bisa dengan leluasa menjelajahi liang duburnya.

Ia bergetar hebat dan mengguman dengan kontolku dalam mulutnya.
"Paakk...terus pak, terus, terushh....jilat terus, masukin lidahnya paaakk...aku paling nggak tahaaann"
Ia merintih panjang ketika lidahku kutusuk menerobos liang duburnya. Aku tak perduli dengan perasaan jijik orang lain, karena aku menikmati sekali liang duburnya yang bersih dan tak berbau. Tubuh Warsih kembali terhentak2 dan ia menekan pantatnya sehingga aku sulit bernapas, aku berusaha memuaskannya dengan lidahku terus mengorek2 lubang itu dan ia melolong2 pendek seperti wanita hendak melahirkan.
Sampai akhirnya akupun tidak kuat menahan semburan kontolku, aku tak mau kalah, kubalikkan tubuhnya sehingga aku diatas dan ia seperti tahu apa yang akan terjadi karena ia mempercepat sedotannya dan aku memompa mulutnya dengan cepat pula, tangannya mengocok2 pangkal kontolku dengan cepat, aku menjerit sambil memandangnya......cairan air maniku menyembur dalam mulutnya dan kulihat mulutnya mengemot kontolku tiada henti, perutku kejang menahan nikmat yang menyusup seperti gelombang dashyat.

Air maniku seperti tidak ada habisnya dan tak setetespun keluar dari dalam mulutnya, ia begitu ahli menikmati kontolku sampai aku merasa denyutan2 nikmat berlangsung begitu lama, aku terduduk lemas diwajahnya, kubiarkan ia menjilati kepala kontolku dan menyedot buah zakarku, perasaanku tidak keruan ketika lidahnya mulai menelusuri lubang duburku juga, geli campur meriang yang kurasakan, tapi aku sangat menikmatinya. Lidahnya menjelajahi lubang duburku dengan liar, kontolku dalam sekejap mulai mengeras dan kulihat ia terkikik kesenangan, tangannya kembali mengocok kontolku dengan lembut.Aku juga tak mau kalah, kujilati lagi sisa2 lendir diliang memeknya, seluruh bulu memeknya sudah basah oleh jilatanku, kulihat memeknya berkilat2 dan cairan memeknya begitu nikmat dan hangat, oohhh aku akan sangat merindukannya.

Setelah kontolku mengeras, Warsih segera berjongkok diatasnya dan mengarahkan kontolku keliang memeknya. Lalu ia mengeluh panjang ketika kontolku amblas dalam lubang hangat itu. Ia mulai memompa dan aku mengikuti iramanya, ia manarik tanganku dan menaruhnya dipayudaranya, aku segera meremasnya.

"Remas yang kuat paak...aduh...enak sekali kontol bapak...uuuhhhh"
Ia memompa dengan buah dadanya menggelinjang dalam remasanku. Aku meremas dengan keras dan ia merintih dengan keras pula. Kulihat tanganku berlumuran air susunya yang selalu keluar setiap kuremas. Sungguh mati wanita ini sangat pandai bersetubuh, aku tak tahu dari mana ia memperoleh keahlian seperti itu dan terlintas dalam benakku untuk menjadikannya isteri keduaku, aku merinding membayangkan penghianatan cintaku kepada isteriku....tapi sungguh aku tergila2 dengan Warsih.Kontolku seperti disedot2 dalam memeknya, aku berusaha mati2an agar kami dapat mencapai kenikmatan bersama, setiap berhasil kubendung maka sesaat kemudian kontolku kembali tak kuat menahannya, aku menjadi tersiksa oleh kenikmatan memeknya.

Ia tersenyum senyum dan sesekali menjulurkan lidahnya menjilati wajahku, lidahnya hangat dan liar, setelah itu kami kembali saling lumat, ulekan memeknya membuatku seperti melayang2.
"Warsih....aku hampir nggak kuat lagi nih...." Desahku. Ia terkikik.
"Barengan yok...uuhh.....ayo pak, pompa memekku....aaahhhh....terus, terus, ssshhhh" Ia mulai merengek dan aku mulai nggak kuat menahan.
"Aku..aku...aku ngak kuat lagiii!" Aku berteriak.
Warsih memonyongkan mulutnya, matanya meredup dan merem melek kenikmatan, tiba2....ia berterriak...
"Mati akuuu....."

Ia mengulek dan menekan dengan keras sehingga kontolku benar2 seperti diputar dan disedot oleh mesin pembuat nikmat.
Ia memelukku dan mulutnya memangut bibirku dan menghisapnya dengan keras, tubuh kami kejang2 dan bergetar hebat, kontolku memuntahkan air mani kembali, dan ia mengulek kontolku sehingga perutku seperti hendak keram oleh kenikmatan yang diberikan memeknya. Kuremas pantatnya dengan keras, napasnya panas memburu diwajahku, lidah kami saling membelit dan kami memangut seperti ular berbisa. Lama sekali sensasi kenikmatan yang kami rasakan, sampai akhirnya ia terkulai dalam pelukanku dengan kontolku masih terhujam dalam memeknya.

Kami diam tak berkata2, aku juga lemas, kubiarkan tubuhnya yang hangat dengan buah dadanya yang besar menekan dadaku. Fantasiku melayang2, membayangkan andaikan ia adalah isteriku.....

"Kamu hebat sekali....betul2 hebat" Bisikku. Warsih terkikik kecil dalam pelukanku.
"Dari mana kamu belajar?" Tanyaku.
 Ia tersenyum memandangku, keringatnya jatuh diatas bibirku, kujilat keringat itu.
"Aku ini orang Madura lho..." Jawabnya.
"Ah nggak setiap wanita Madura begitu hebat" Jawabku.
"Tapi aku hebat kan?" Bisiknya. Ia mengecup bibirku dengan lembut.
"Aku takluk nih...." Bisikku pula.

Ia bangun dengan cepat dan berbalik terlentang, dengan sarung ia menutupi memeknya dan berjalan cepat kekamar mandi, aku mengikutinya dan didalam kami mandi sama2, lagi2 kami melakukan persetubuhan sekali lagi atas inisiatifnya, ia nungging dan kutusuk dari belakang seperti anjing sedang berahi, dibawah siraman shower.Akhirnya aku mengajaknya tidur bersama hari itu, aku mengatakan ia tak usah berjualan jamu lagi. Ia akan kukontrakkan rumah dan akan kuberikan uang belanja setiap bulan. Warsih menyetujuinya, tapi ia memilih tinggal di Bandung, aku mengijinkannya. Ia memberiku celana dalam dan bh bekas dipakainya padaku, ia berkata kalau aku rindu padanya maka ciumi saja celana dalamnya dan nikmati baunya. Ooh sungguh perempuan yang tahu memanjakan laki2.....

Selama empat tahun aku memelihara Warsih sampai akhirnya kami resmi sebagai suami isteri setelah aku dan isteriku bercerai tanpa anak. Dan itulah saat2 terindah dalam hidupku sampai kini. Celana dalam yang pertama kali diberikannya padaku menjadi benda kenangan kami dan sering kali kami keluarkan dan menikmatinya bersama...ooohh Warsih....



Admin Mesum - 04.40

Tetangga Muda Yang Binal


Tetangga Muda Yang Binal

Kisah ini bercerita tentang gue dan seorang anak tetangga gue yang lebih kecil dari gue, sebut saja namanya Sheila, dia berusia 2 tahun lebih muda daripada gue, sheila sangatlah cantik untuk ukuran anak seusianya, bibirnya yang sensual, kulitnya yang putih bersih, rambut panjang bergelombang, dan tentu saja dadanya sangat padat dan berisi. Gue sendiri Dimas, mahasiswa semester 2 di kampus swasta di daerah Kuningan.
Pada suatu sore, gue sedang online dengan menggunakan komputer kesayangan gue, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pagar rumah gue dan mengucapkan salam, ternyata pak widodo tetangga gue, dia meminta tolong intallin ulang OS laptopnya sama gue yang notabenenya dewa IT di lingkungan gue.

Tanpa banyak omong, gue pergi kerumah dia. Dirumahnya sedang ada 2 orang anaknya yaitu rama dan sheila, rama sedang bermain PS dikamarnya dan sheila menonton televisi diruang keluarga
Sheila adalah anak bungsu pak widodo, dia masih SMA tapi perawakannya ngga kalah dengan teman teman satu angkatan gue. Dari dulu dia selalu jadi target bacol gue dikamar mandi hehe.
2 jam gue install ulang laptop pak widodo, sekaligus memasukkan program-program penting yang akan dia gunakan. Selama 2 jam itu pula lah gue mesti nahan sange diruang keluarga pak widodo karena ngeliat sheila duduk di sofa dengan kaki terangkat ke meja dan hanya mengenakan hotpants dan tanktop yang super sexy.
Mungkin karena bosan menonton televisi, sheila pindah duduk ke sofa didepan gue, dia mulai ngajak ngobrol gue.

“Masih lama ya mas?”
“Ngga kok dikit lagi, tinggal install winamp doang.” Gue membalas.
“Oohh, soalnya sheila mau make laptopnya, ada tugas sekolah yang mesti dikerjain.”
“Lah, malem minggu masih aja ngerjain tugas sekolah, jalan-jalan dong shel, emang cowonya sheila kemana ngga ngajak jalan?” gue nyoba bercandain dia.
“Ah gue ga punya cowo mas, baru putus. Makanya males kemana mana.” sheila menjawab.
“Masa sih? Biasanya pada ngantri, hahaha, yaudah gue selesaiin dulu ya!”
Lalu gue pun kembali berkonsentrasi pada laptop pak widodo. Akhirnya setengah jam kemudian selesai juga, dan gue persilahkan sheila buat make laptop itu, sedangkan gue diajak makan oleh pak widodo. Setelah makan gue ngobrol-ngobrol dengan pak widodo, ternyata malam itu dia akan berangkat dinas ke luar kota, sedangkan istrinya sedang rapat perusahaan di bogor, sehingga harus menginap di rumah orang tuanya. Gue pun cuma cengar-cengir aja denger cerita dia soal pusingnya mikirin proyek. Ngga beberapa lama setelah itu sheila masuk ke ruang makan.
“Mas, itu kok internetnya ngga bisa nyala?”
“Hah? Masa? Coba sini gue liat.” Gue pun segera menuju ke ruang keluarga.
“Yah ini sih emang koneksinya aja lagi down, namanya juga modem CDMA.” Gue menerangkan kepada sheila.
“Yaahh, terus gimana dong mas, gue besok mau jalan, mesti ngerjain tugasnya sekarang.”
“Hmmm, gimana ya? Kalo gini sih paling lo kerjain di warnet, atau kalo mau dirumah gue.”
“Yaudah gue kerumah lo deh mas.”
Sheila pun menghampiri ayahnya buat minta izin kerumah gue. Dengan santai pak widodo mengizinkan putri kerumah gue. Maklumlah pak widodo dan gue udah sangat dekat, dia percaya samague. Lalu gue dan sheila pun langsung menuju rumah gue.
Malam ini rumah gue sepi, soalnya semuanya lagi pada ke luar kota buat mengikuti acara nikahan paman gue, sheila gue ajak masuk kamar gue, soalnya komputer gue ada di kamar gue. Disaat sheila mengerjakan tugasnya, gue tiduran di kasur double bed gue.
Setengah mampus nahan sange ngelihat perawakan tubuh sheila didepan gue. Sekarang pun pakaiannya tetep bikin kontolgue keras banget. Dia tetep pake hotpants tapi sekarang pake sebuah baju bali yang longgar dilapisi hoddie berzipper yang ngga dikancingin. Satu setengah jam gue nungguin dia ngerjain tugasnya sambil dengerin lagu dari ipod. Setelah selesai, gue ajak dia makan.
“Shel, lo belom makan kan? Makan dulu yuk!”
“Ngga ah mas, masih kenyang gue. Eh iya, gue boleh nginep disini ngga?”
“ah gila lo, ntar om wido ngomelin gue lagi.” Padahal sebenarnya gue makin sange denger omongan dia.
“Ngga apa-apa mas, males gue dirumah, cuma ada bang rama sama si mbak, ayah paling udah jalan dinas. betegue!”
“Yaudah, tapi ngga apa-apa kan?” gue memastikan daripada kena omel pak widodo.
“Iya mas ngga apa-apa, emm, ngapain kek mas biar asik nih, bosen gue.”
Gue pun duduk di depan komputer, awalnya gue mau nyalain MP3 gue, tapi tiba-tiba terbersit niat kotor gue, akhirnya gue buka koleksi bokep gue.
“Mas apaan tuh? Wah gila lo malah nonton begituan.” Sheila protes ke gue.
“Lah kan kata lo tadi mau yang seru, ini seru banget malah, yaudah deh kalo ngga mau gue matiin.”
“yah jangan dulu mas, pengen liat gue, penasaran.”
Lima menit nonton bokep jepang, muka sheila semakin mirip dengan pemeran wanitanya, terlihat dia sange berat. Gue pun terus memandangi dia mencari momentum yang tepat agar bisa ngerasain memeknya, ngga beberapa lama dia menaikan kaki ke bangku dan melipatnya didepan dadanya. Gue mulai mencoba memegang pahanya dan mengelus-elus, rasa takut kepada pak widodo lenyap semua, yang penting gue bisa ngerasain memek bacol gue hari ini. Terus gue elus-elus paha sheila dan mulai menjalar ke pinggulnya, dia masih ngga peduli sama tangan gue dan serius menonton adegan bokep tersebut. Hingga ketika gue memegang pinggangnya dia menurunkan kakinya dan menatap gue, tanpa berkata dia memejamkan matanya dan buka sedikit bibirnya, ngga pake basa-basi gue cium bibirnya dengan ganas, dia pun membalas dengan binalnya, ternyata dia udah biasa ciuman. ‘karbitan juga ya” pikir gue dalam hati. Gilanya dia main sangat binal, lidah gue dipagut, air liurnya menetes kemulut gue, dan napasnya sangat memburu.
Puas ngehajar bibirnya, gue mulai turun ke lehernya, dengan napas yang masih memburu dia mendekatkan bangkunya ke dekat bangku gue, kepala gue diremasnya. Jilatan gue pun turun ke dadanya, dengan mudahnya baju bali dia yang longgar dapat gue buka, OMG ternyata dia ngga pake BH, wah binal juga ini anak. Langsung aja gue hajar payudaranya yang telah berukuran sekitar 34B, kiri kanan gue isep dan main mainin. Puas dengan payudaranya, gue pindah posisi, dari yang tadi duduk di bangku sekarang gue berlutut menghadap dia, gue mulai ngejilatin perutnya hingga bagian atas selangkangannya, muka sheila sange berat, gue pun terus nahan-nahan hingga dia yang meminta untuk gue jilatin vaginanya. Ngga berapa lama, dia berkata.
“Mas, bukain aja celana gue, udah ngga tahan mas.”
Tanpa banyak cingcong gue buka celana dia, sekarang terhampar G-string merah muda didepan gue. anjir karbitan abis ini anak SMA.
Langsung dengan semangat 45 gue isap vaginanya yang udah super becek. Dia terus melenguh kencang, gue isap clitorisnya dengan perlahan lahan. Ngga beberapa lama, akhirnya dia orgasme.
Lalu gue angkat dia ke kasur gue dan gue terlentangkan, gue buka semua baju gue. posisi dia gue bikin duduk bersandar di kepala tempat tidur gue, dan gue berlutut dengan penis yang tepat dimuka dia.“shel, gantian dong.”
Dia mulai isep kontolgue, gue mengajari perlahan-lahan, sepertinya dia masih belum terbiasa menghisap penis, 5 menit kemudian dia sudah cukup mahir dan gue merasakan kenikmatan di BJ oleh bacol idaman gue.
Sebelum orgasme, gue tarik keluar kontolgue dari mulutnya, takutnya kalo dikeluarin didalam dia jijik dan ilfeel.
Gue beranjak ke lemari pakaian gue. Gue cari kondom yang gue simpen dibawah tumpukan baju gue. Kondom merah ini gue punya dari mantan gue sebelumnya, sayang kalau cuma disimpen doang hehehe.
Dengan cepat, gue pasangkan kondom tipis itu ke kontol gue dan mengarahkan kontol gue ke memek sheila.
Gue berusaha penetrasi ke memek yang masih sempit, kemerahan dan tanpa jembut itu. Dia berkata, “Mas, pelan-pelan, gue takut sakit.”
Wah anjir lampu ijo banget, mulailah gue memasukan ujung penis gue kedalam vagina dia, dia menahan sakit, kembali gue coba ulangi hingga sekitar 10 menit, pada akhirnya masuk juga semua kontolgue, dia terlihat kesakitan dan mengeluarkan air mata, gue tahan kontol gue dalam memeknya. Setelah terlihat agak baikkan gue mulai keluar masukkan kontolgue dengan gaya missionary, aaahhh enak banget seperti dipijat, tetesan darah merah keluar dari vaginanya.
Duapuluh menit bersenggama dengan dia, gue mengubah posisi, sekarang kita main dengan gaya doggie, penetrasi gue pun makin maksimal bikin dia kelojotan, erangan dan desahan sheila makin menjadi.
“ahh, mmm aaa sss, ttteeerrruu ssssss massss, nikmatttttt” Desahan sheila makin bikin gue sange
“shel, coba lo diatas deh.”
Akhirnya gue mencoba WOT tanpa mengeluarkan penis gue dari memek sheila, dia memduduki selangkangan gue, mukanya yang sangat eksotis itu bikin nafsu gue membara, dia mulai maju mundur. Ngga beberapa lama akhirnya dia mengalami orgasme kedua, badannya kejang dan lemas dia tiduran diatas dada gue, kontolgue merasakan cairan hangat mengalir mengikuti alur urat di kontol gue.
Akhirnya gue kembali ngegenjot dia, sepuluh menit kemudian akhirnya gue orgasme didalam memeknya, sangat banyak sperma gue keluar, hingga memenuhi kondom yang gue pake, “Untung gak bocor, kalau sampe bocor bisa repot” Kata gue dalam hati.

Keesokan paginya sheila pulang setelah sarapan, dia membisikkan terima kasih setelah mencium gue, setelah malam itu pun kami jadi sering melakukan hubungan sex, mau di mobil, hotel, rumah sheila, rumah gue, bahkan di sekolah sheila.
Kami pun terus menjadi TTMan sampai guelulus kuliah sekarang.



Admin Mesum - 04.37
Silahkan Promosikan Situs/Web atau Blog Anda Disini



Shout
Review http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com on alexa.com
backlink
Email extractor software for online marketing. Get it now free, Email Extractor 14. online-casino.us.org

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Kumpulan Ceritaxxx - All Rights Reserved