tag:blogger.com,1999:blog-18999806067731303082024-03-12T19:44:47.705-07:00Kumpulan CeritaxxxSemua Cerita Seks Ada Disiniceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.comBlogger133125tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-31563411757423220222017-01-04T21:54:00.003-08:002017-01-04T21:54:51.017-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 07<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas bangun mas... mandi gih...kita hari ini ada agenda pagi loh...” ujar seorang wanita mendorong-dorong pundak saya yang masih tertidur pulas akibat sisa-sisa pertempuran dengan Riana. Saya kemudian terbangun dengan masih keadaan tanpa busana dan terduduk di kursi samping kasur...saya kemudian meraih jam tangan yang berada di meja telepon dan menengok waktu. Rupanya masih 4.30. Saya ingat Tania memang mengatakan ada agenda bermain golf dengan para pebisnis lainnya. Saya sebenarnya tidak tertarik tetapi saya berusaha untuk sebaik mungkin dengan perusahaan Riana..terlebih malam tadi ia memberikan saya jasa besar di atas ranjang...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ketika sedang asik-asiknya mengumpulkan nyawa sambil termenung, saya mendengar seorang keluar dari kamar mandi disertai suara gemercik air yang memenuhi bathtub. Sambil berkata wanita itu mulai dapat saya lihat.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Airnya udah aku siapin mas, mandi gih...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
ASTAGAH! Tania! Saya langsung secara spontan menutup daerah kemaluan. Saya sungguh terkejut karena saya pikir yang membangunkan saya tadi adalah Riana. Kemudian saya berusaha untuk menyisir kamar dengan mata tanpa beranjak dari kursi. Tania terlihat kebingungan dengan perilaku saya yang berusaha memastikan apakah Riana masih ada di kamar. Saya juga terbesit pertanyaan bagaimana Tania bisa masuk ke kamar. Suatu hal yang kemudian saya sadari bahwa kamar kami memang terhubung dengan pintu antar kamar.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Bidadarinya udah pulang mas.... lagian kenapa sih ditutupin...udah sama-sama gede...” ujar Tania sambil tersenyum dan duduk di samping tempat tidur yang membuat posisi kami sangat berdekatan. Saya kemudian dengan spontan melepaskan tangan dari daerah kemaluan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kok bengong sih..mandi sana...perlu aku panggilin bidadarinya biar mas dimandiin?” tambah Tania lagi.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ah enggak...kamu...hmmm... oke bentar ya...kamu siapin baju ku ya,,,”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Siap pak boss!!! Btw bokongnya seksi juga...hmmm” ujar Tania bercanda sambil mengejek saya yang terlihat masih gelagapan karena kejadian tadi....saya kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan berendam air panas. Sumpah gan, habis pertempuran tadi malam, rasanya badan dipijet-pijet pas berendem air panas..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Terus terang sempat terpikir bahwa Tania kok kayaknya gak pernah kenapa-kenapa melihat saya tanpa pakaian. Ini adalah yang kedua kalinya Tania melihat alat perang saya. Ia juga tadi sepertinya tahu bahwa saya bermain dengan Riana tadi malam...apakah dia tadi malam menguping atau bahkan mengintip ?</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah saya selesai mandi saya memutuskan untuk kembali dan ternyata Tania tak ada di kamar saya...ia masuk ke kamarnya. Terlihat dari pintu penhubung antar kamar kami yang masih terbuka dan samar-samar mendengar Tania sedang berbicara di telepon..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Entah karena mendadak mendapat telepon atau memang lupa, pakaian saya benar-benar tidak disiapkan oleh Tania. Saking malasnya untuk mengambil pakaian sendiri...saya memutuskan untuk merebahkan diri kembali dengan handuk menutupi bagian tubuh dari pinggang ke bawah. Tanpa sadar saya tertidur sejenak...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Heeehh...mas baru ditinggal bentar udah tidur lagi...ini ayo pakai bajunya...” saya terbangun tanpa pikir panjang dan meminta Tania untuk meninggalkan ruang karena hendak berganti pakaian...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“udah ganti aja di sini, aku masih ada yang diurusin nih...lagian udah sering liat kok hihi...”jawab Tania singkat sambil menyalakan lapto saya... saya memenenuhi perintahnya dan berganti pakaian.. Tania terlihat sangat sibuk mengutak-ngatik laptop saya...ia berdiri di samping meja kerja yang disediakan pihak hotel sambil terus mengetik..keadaan tersebut membuatnya sedikit terbungkuk...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kejadiaan tersebut membuat saya sedikit bengong karena bathrob yang ia gunakan sangatlah pendek. Beberapa cm di atas lutut dan membuat bagian belakang terangkat ketika ia membungkuk..sedikit harapan saya untuk melihatbongkahan bokongnya tetapi Tania kurang membungkuk..tetapi saya tak pikir panjang karena masih lelah dengan kejadian semalem.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Tadi waktu kamu masuk, Riana udah nggak ada?” tanya saya memecah keheningan sambil meraih celana dalam yang sudah disiapkan dan memakainya..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Udah sih mas...BTW tadi malem kayaknya seru banget ya? Aku sampai gak bisa tidur lho...”jawab Tania singkat sambil memutar badanya ke arah saya dan meninggalkan laptop dan menyandarkan tubuhnya di meja.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kenapa? Kangen ya?”goda Tania lagi...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Bisa aja kamu...nggak lah itu kan cuman bentuk servis dari kantor dia buat kita...”jawab saya sekenanya sambil meraih celana golf yang ada di atas kasur.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Servis tapi sampai bikin kangen ya? Luar biasa pasti mainnya bu Riana...Mas kamu jangan lupa nelpon Dena dulu ya pagi ini...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Percakapan pagi ini memang berjalan satu arah...Tania lebih sering bertanya sementara saya lebih sering diam. Bukan karena saya tak suka dengan Tania. Tetapi kejadian tadi malam, serta santainya Tania ketika melihat saya telanjang adalah sebuah hal yang baru...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Harus diakui bahwa Tania memang terlihat agresif semenjak memergoki saya dengan Marin beberapa waktu yang lalu. Namun bukan agresif yang berarti ia menyukai saya....tetapi ia seperti mendukung saya untuk terus mencari wanita. Maklum, Tania memang menjadi salah satu sosok yang meminta saya untuk mencari istri...menurutnya Dena perlu seorang sosok ibu. Tak jarang Tania kerap menjodohkan saya dengan bebrapa wanita yang ia kenal...itulah mengapa ia terlihat agresif dalam beberapa kesempatan tetapi agresif untuk menjodohkan saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tiba-tiba telepon Tania berdering...secepat mungkin wanita cantik itu mengangkat telepon sambil mengarah ke kamarnya. Sementara saya memutuskan untuk menyalakan televisi dan menelepon Dena. Tetapi tampaknya Dena masih tidur sehingga tak ada yang mengangkat telepon...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Beberapa saat kemudian Tania menyelesaikan teleponnya dan kembali berjalan ke arah ruangan saya. Secara buru-buru saya mengambil polo shirt yang ia sediakan karena itu adalah satu-satunya pakaian yang belum saya gunakan. Tania memang orang yang tegas. Beberappa kali ia kesal jika saya tak langsung menyelesaikan pekerjaan. Terkadang saya bingung, siapakah yang menjalankan perusahaan ini?</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“udah nggak usah dipake nggak papa mas...tadi asisten Riana nelpon katanya tempat main golfnya hujan. Trus ya aku cancel aja...”ujar Tania yang kemudian duduk di sampingku di pinggir kasur sambil nonton tv. Senangnya bukan main karena akhirnya aku bisa istirahat,</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Udah nelpon Dena?” tanya Tania</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Udah tapi tadi nggak diangkat. Masih tidur kali...”jawabku santai sambil terus menyaksikan tv. Di sampingku tersaji paha mulus Tania yang disilangkan. Sungguh menggoda selera...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Oh ya mendadak katanya Riana sakit...nggak enak badan gitu...kok bisa ya? Perasaan tadi malem masih teriak-teriak...jadi penasaran...” ujar Tania menatap saya dengan sorot mata tajam seolah menelanjangi saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Yah namanya juga udah bertahun-tahun gak dapet hiburan...kamu kan tau sendiri. Ya bablas hehe...”tawa ku garing.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Dasar bandel...”balas Tania sambil menyubit hidung saya gemas...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kamu enak mas...single...” belum selesai Tania bersuara saya memotong kepancing curhat. Haha</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Enak gimana. Single parent, jadi bapak iya, jadi ibu iya, jadi atasan iya, di teken big boss iya, hiburan gak ada...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“duh dipancing dikit udah langsung keluar semua...udah ah kita lagi liburan,,,”potong Tania sambil memeluk saya dari samping. Suatu hal yang sebenarnya lumayan sering terjadi tetapi kali ini saya merasa ada yang berbeda karena sambil menahan sang adik untuk bereaksi akibat pemandangan indah di bawah.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kamu tuh beruntung...masih single. Semuanya gak ada terikat. Emang ada Dena, kamu harus tanggung jawab besar. Tapi justru karena Dena kamu jadi semangat kerja kan? Di kantor juga ada aku kan yang bantuin kamu ini itu...termasuk ngatur ketemuan kamu sama Marin hihihi...” kata Tania yang hanya saya balas dengan pelukan erat..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kayanya kamu mau curhat deh hahaha...sini sini...” tebak saya yang kemudian disetujui oleh Tania.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah sejam berlalu benar saja, Tania memang memiliki beban berat. Ia menceritakan bahwa mertuanya semakin gencar menuduhnya mandul.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Padahal ia sudah memeriksakan diri ke dokter dan ia subur. Namun Tania tak pernah menceritakan kisah pemeriksaan tersebut ke suaminya. Ia takut sang suami tersinggung dan marah dengan kejadian tersebut. Tania mengaku sudah bercerita dengan ibunya. Namun ibunya justru semakin membuatnya bingung. Tania diminta berterus terang. Jujur saya setuju dengan ibu Tania, tetapi karena keadaanya Tania lagi bimbang...saya hanya mendengarkan saja...saya meminta Tania bersabar dan menikmati liburan terlebih dahulu...tanpa sadar sejam berlaru botol wine kedua kami telah habis. Ya. Sebelum bercerita saya dan Tania sempat meminta pelayan untuk memberikan wine. Tania menangis sepanjang bercerita...saya hanya bisa memeluknya dan menaruh perasaan iba. Setelah semua kondisi menjadi semakin baik dan Tania mulai tersenyum saya pun dengan bodoh melemparkan joke yang tidak lucu. Jauh dari kata lucu.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Nggak papa suami kamu gak subur. Bagus itu, justru kamu bisa ena-ena tanpa khatir hamil...lagian repot lagi punya anak...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Dasar kamu yang dipikirn cuman selangkangan aja...mmuaah” ciumnya ke pipiku...ini pertama kalinya Tania mencium saya...sungguh membuat linglung dan mendadak canggung...namun rasa canggung tersebut berubah ketika ia mengecup bibir saya...hanya beberapa detik tetapi membuat saya semakin membeku tak karuan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kalo klimaks sih gakpapa...lah ini, dapet jatah aja jarang.” Ujar Tania lagi memecah rasa canggung yang kembali berujung curhat...ternyata Tania dan suaminya jarang sekali berhubungan badan..nyaris hanya sekali atau dua kali dalam sebulan...terlebih lagi, hbungan tersebut tak pernah berlangsung lebih dari 15 menit...itu membuat Tania harus mengakhiri malam dengan isakan tangis di kamar mandi...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Namun kali ini saya tak akan membiarkan Tania menangis lagi. Tak akan...wanita yang sudah menjadi asisten atau bahkan repotnya sama seperti ketika saya masih diasuh ibu waktu kecil ini akan saya perlakukan dengan baik..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya kecup bibir Tania sambil berkata...”udah ya...katanya kita lagi liburan..” perkataan saya itu hanya disambut dengan anggukan oleh Tania. Saya pun langsung melumat bibirnya. Kini perasaan aneh timbul dan jauh berbeda jika dibandingkan dengan saat berciuman bersama Marin atau Riana. Kali ini benar-benar Tania yang lebih bersemangat sementara saya merasa ada cinta di dalam ciuman kami...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania langsung pindah duduk di atas pangkuan saya...ciuman kami semakin menggila dengan pertarungan lidah terjadi...Tania mendorong saya tanpa melepaskan ciuman dan menindih tubuh saya yang sudah terlentang di atas kasur..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm-hmpfff..ahhhh” tutur Tania tanpa saya mengerti apa maksudnya. Kali ini benar-benar sudah hilang garis tegas antara bos dan bawahan...mendadak Tania melepaskan ciuman dan memandang saya dengan perasaan cinta. Ia mengelus-ngelus wajah saya sambil berkata...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“jadi..hmm... dari sekian lama aku ngabdi sama kamu...baru sekarang aku dapet jatah hmm? Muah..” ujar Tania sambil terus mengecup hidung saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“ih...emang siapa yang mau kasih kamu jatah?”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Oh okay...” ujar Tania berusaha bangkit namun keburu saya peluk...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“nggak usah baper ah...sini cium dulu...” namun Tania memutuskan untuk tetap bangki...ia menatap saya dengan senyuman nakal...”awas ya...sekarang boleh jual mahal...ntar kalo nagih gak tanggung jawab....” ujar Tania sambil menarik tali pengikat pakaiannya yang kemudian terlepas semua..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Astagah! Benar-benar indah. Pemandangan yang terjadi malam tadi di kolam renang kembali terjadi. Hanya saja pemandangan kali ini benar-benar lebih bagus dan indah...dadanya yang saya kira hanya segenggaman tangan rupanya tak seperti yang saya pikirkan...memang tidak besar tetapi cukup untuk sekedar bergoyang di tengah sodokan...terlebih lagi vagina Tania...memilii bulu yang dicukur rapih...sungguh menggoda selera. Bahkan seolah-olah bulu itu berbentuk tanda panah menunjuk ke arah surga berada. Tentu itu hanya kayalan saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya secara nalar langsung bangun dan berusaha untuk meraba salah satu dari benda tersebut. Namun dengan cekatan Tania menahan dan menggelengkan kepala.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“No...no...nope... tunggu aja. Nanti ada waktunya...” Tania kemudian menunduk dan berusaha untuk melepaskan celana saya... kini kami benar-benar telanjang tanpa sehelai benangpun. Sentuhan paha kami membuat penis saya terus meningkatkan masa otot. Semakin membesar dan mengacung dengan kuat.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Jadi ini yang bikin Tante Marin terus-terusan minta jadwal rutin? Ini yang bikin partner kita, bu Riana tersayang keenakan sekaligus mendadak ga enak badan?” goda Tania sambil meraba penis saya yang membuat seluruh badan saya menegang. Sungguh ini fantasy yang berbeda jika dibandingkan dengan Marin dan Riana.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tanpa saya menjawab, Tania kemudian langsung memasukan penis saya ke dalam mulutnya. Woww.sungguh sensasi yang bikin ngilu gan...terlihat Tania kesulitan dan melepaskan kuluman...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kegedean mas..hmmm...aku jilat-jilat dulu aja ya...”saya hanya bisa mengangguk...saya benar-benar pusing karena pada saat yang bersamaan saya tak bisa menyentuh tubuhnya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania semakin cerdas...ia menjilati penis saya dari pangkal hingga ujung...sama seperti Marin ia juga memainkan ujung lidahnya di lubang seni saya...perasaan yang semakin menggila. Ia sadar itu daerah sensitif saya dan berusaha untuk sesering mungkin menyentuh daerah tersebut...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania juga dengan bijak menggunakan giginya untuk memberikan tekanan ke buah zakar saya...suatu hal yang baru dan rupanya sensainya melebihi sensasi yang diberikan Riana... dengan penis yang sepenuhnya sudah basah, Tania berusaha untuk mengocok penis saya...tentunya mulutnya tak pernah lepas...kocokannya benar-benar gentle.namun genggamannya? Sungguh erat...saya bahkan merasa sudah berada di dalam vagina...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania kemudian berusaha untuk mencondongkan dadanya dan menjepit penis saya. Belum pernah ini dilakukan oleh Marin apalagi Riana. Sungguhh suatu hal berbeda dan membuat saya menggila. Untuk pertama kalinya setelah tragedi persami, saya merasa kewalahan ketika oral...saya sungguh tak bisa menahan foreplay yang dilakukan Tania...dengan keadaan penis saya berada di kuluman Tania, saya benar-benar tak bisa menahan emosi lagi...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Tania...hmmm...sayang...aku mau keluar....”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm...oke...hhh” jawab Tania sambil terus mengulum saya dan tak henti-hentinya memberikan pijatan menggunakan lidah dan giginya..sejurus kemudian pertahanan saya tak terbendung dan akhirnya lepas...cukup banyak cairan yang keluar kali itu dan Tania berusaha untuk menelan semua...namun ada beberapa cairan yang tak tertampung dan keluar dari mulutnya. Tania mengusap itu dengan tangannya dan melumuri seluruh penis saya dengan sperma. Dengan sigap Tania kembali menjilati tentu dengan hisapan yang sangat kuat...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Biar terus kuat..” ujar Tania singkat. ia lalu merebahkan diri dan menantang saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ayo...giliran kamu yang harus bikin aku melayang ya...kalo gak liat aja,,,”ujar Tania...dengan sigap saya langsung bangkit dari posisi semula dan mencium bibir Tania...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Makasih ya sayang” ujar saya yang kemudian hanya disambut senyuman oleh Tania. Saya kemudian menuruni tubuh Tania dan berhenti di lehernya...leher indahnya membuat saya terus menerus menghisap dan mencium dengan ganas. Tak lupa saya mengigit demi meningkatkan gairahnya. Benar saja, setiap sedotan yang saya lakukan,,,tubuh Tania menegang dan dadanya membusung.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Selesai meninggalkan bekas, saya kemudian mengarahkan ciuman ke dadanya. Dada yang tadi malam sudah memanggil semenjak di kolam renang.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kini akhirnya saya bisa menyentuh langsung. Jika dibandingkan dengan Riana dan Marin, dada Tania memiliki ukuran di tengah...namun secara bentuk milik Tania adalah yang terbaik. Masih kencang. Mungkin karena jarang disentuh...terlebih lagi putingnya juga mengacung menantang saya.....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya mengeluarkan andalan dengan mengitari putingnya menggunakan lidah...benar saja...tangan Tania langsung menjambak rambut saya dan berusaha untuk menenggalamkan wajah saya di putingnya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya langsung bangkit dan mengambil ikat pinggang di tas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Sesuai aturan...tangan kamu gak boleh ngapa-ngapain kalo lagi di oral...”saya mengikat kedua tangannya dan menaruhnya di atas kepala...sungguh indah bagaiman Tania menujukkan ketiaknya yang mulus sementara ia hanya bisa menggoyangkan tubuhnya ketika jilatan saya terus menerus menghajar daerah sensitifnya..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ahh...hmmmm terus...mas....hmpfff....”racau Tania...saya kembali menemukan titip panasnya yakni tepat di bawah kedua payudaranya. Tentu itu membuatnya semakin menegang setiap kali saya mengigit.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah puas dengan dada Tania, kini saya memutuskan untuk ke bawah..vagina yang seloah-olah memberikan saya ajakan untuk segera melakukan pengeboran...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya sempat terdiam ketika berada di depan vaginyanya...jika agan pernah memperhatikan vagina perawan...begitulah kira-kira pemandangan saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tak terima hanya disoroti Tania berusaha untuk menyilangkan kakinya di leher saya dan menempelkan kepala saya tepat di vaginanya. Merasa mendapat teguran saya langsung mengecup manis bibir vaginanya..harumnya membuat saya betah berlama-lama di bawah..saya kemudian menjulurkan lidah untuk terus memberikan rangsangan sambil sesekali mencari-cari dimana klitorisnya...benda yang saya yakin akan membuat pekerjaan saya menjadi jauh lebih mudah...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“hmmm....mas.s.. teruss...ahhh naikan dikit mash ahhhhhhhh.” Ujar Tania. Saya kemudian mengikuti perintahnya ya. Ternyata klitorisnya berada sedikit di atas. Setelah sukses saya terus menjilati dan menghisap klitoris Tania...tubuhnya semakin mengang, dadanya semakin membusung, dan ikatan kakinya di leher saya semakin menjadi-jadi hingga pada akhirnya saya merasakan lidah saya disiram cairan hangt. Bersamaan dengan keluarnya cairan hangat itu pula tubuh Tania mendadak menggelinjang dan kemudian melemas...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“HHhhhmmm mass....hmm...ini pertama kali...aku orgasme pas foreplay...” ujar Tania jujur. Saya kemudian memutuskan untuk menjilati cairan Tania yang kemudian ia protes.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“jangan di habisin mas...buat nanti pas punya mu masuk...biar gampang...” ujar Tania sembari mengatur nafasnya...saya kemudian mencium bibir Tania dengan lembut...tak lupa saya lepaskan ikatan tanganya karena sesi foreplay telah berakhir..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tanpa melepaskan pagutan, Tania menjambak saya...sementara tangan saya terus bergerilya di dada dan vaginanya....Tania melepaskan pagutan dan berkata...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Enak aja ya...muah...main iket-iket...kamu mau di iket?” ujar Tania gemas sambil membiarkan saya membuat bekas lain di lehernya..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Semakin membara ciuman kami,,saya memutuskan untuk mengambil inisiatif. Masih berada di posisi atas saya memutuskan untuk memasukan penis saya ke vaginanya...saya menggesekan kepala penis ke bibir kemaluannya. Rupanya gerakan tersebut sudah cukup untuk membuatnya kelojootan dan tak karuan..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Secara perlahan penis saya berusaha masuk...”pelan pelan mas...ergghh” ujar Tania menahan sakit.ia kemudian meraih penis saya dan berusaha menguasai keadaan.namun saya menegaskan bahwa saya yang berkuasa dengan memasukkan penis langsung hingga setengah jalan...Tania hanya bisa berteriak kesakitan...terbukti bahwa vaginanya memang sudah cukup lama tak mendapatkan kunjungan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“ah penuh banget mas....diemin dulu ya...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Tapi ini belum masuk semua...“tambah ku</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“hah gila! Yaudah pelan-pelan yah...”sempitnya vagina Tania membuatku bisa merasakan tulang selangkanya yang keras...ia juga semakin meringis kesakitan ketika seluruh penis saya akhirnya terbenam saya biarkan ia menyesuaikan diri. Kedutan di dinding vaginanya yang terus menekan penis saya membuktikan bahwa vaginanya memang sedang berusaha menyesuaikan ukuran.,,</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Terlihat sudah mulai menguasai keadaan saya memutuskan untuk mendorong dan menarik penis. Rupanya hal tersebut masih terlalu sakit untuk Tania. Ia terus melebarkan kakinya untuk mengurangi rasa sakit...ia juga tak henti-hentinya menggigit leher dan pundak saya..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“duhh mas...pelan ajah...penuh banget ini,,,”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“hmmm...fff.ahh shihhhhh...enak sih....pelannnna aahahha...”teriak Tania seiring dengan usaha saya untuk meningkatkan tempo. Meski masih kesakitan tampaknya Tania mulai bisa merasakan nikmatnya. Terbukti ia kini sudah tak mengeluh rasa sakit dan cenderung teriakan yang menggairahkan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“ahhh yeahhhh shhhha hhahha ah ah ah ah ah mashhh enakkk”racau Tania....tak banyak yang bisa saya perbuat karena takutnya, berganti posisi hanya akan membuatnya merasa sakit dan kembali menurunkan libidonya sementara saya sendiri juga sudah mulai terbiasa dengan rapatnya vagina Tania. Namun tiba-tiba Tania meminta doggy style.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“mas coba gini aja ya...siapa tau sakitnya kurangan...” ujar Tania sembari menungging...kali ini saya teringat kembali dengan pantat indah yang ia suguhkan di kolam renang.sungguh membuat saya tak bisa mengontrol emosi...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Dengan kondisi yang lebih baik penetrasi kedua berjalan dengan lebih mudah meski tetap membutuhkan waktu yang lama...kini kamis udah bisa saling menikmati...Tania pun makin keras berteriak sambil diiringi dengan bunyi indah yang mempertemukan antarapantatnya dengan pangkal paha saya....sungguh indah perpaduan bunyi tersebut.. dari belakang saya genggam payudaranya dan juga saya pukul pantatnnya..harus diakui bahwa pergulatan pagi ini benar-benar diluar kendali. Meski sudah menikah saya akui tubuh Tania seperti perawan. Hanya saja ia terlalu tangguh untuk seorang perawan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“ahhh fuck me yeahhhh your big dick is my heroin. Arhhhghhhh ff hmphhhh yaggg” ujar Tania tanpa saya hiraukan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“yeal ill worship your dick after this ahh, masshhhh aku rela gak hah mmmm digaji mas.....” tambahnya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Dua puluh menit kami menjalani posisi tersebut akhirnya Tania dan saya memutuskan untuk menyudahi pergulatan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas aku mau keluar....jaga temponya ya ”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“aku juga....keluar di mana?”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“di dalem aja...aman.” ujar Tania...namun harapan untuk menjaga Tempo tak bisa terpenuhi nyatanya kammi terus meningkatkan tempo hingga tak karuan teriakan kami berdua...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Arghhh ah aha ah ah ah ah ah” erang saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm ff shhh ahhhh fuck me ahrghahahh oh my....fucking hell ahrghhh”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Akhirnya kami berdua klimaks...cairan saya kemudian membasahi liang senggamanya. Benar-benar tak karuan. Meski saya baru bertempur mati-matian dengan Riana semalam, namun Tania mampu membuat seluruh tenaga saya terkumpul. Bahkan ketika kami berdua belum sarapan... akhirnya saya tidur terlentang dan Tania tidur di atas saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Namun tak berselang lama telepon kamar saya berdering. Tania dengan sekuat tenaga mengangkat telepon tersebut sambil masih berusaha mengatur nafas...setelah perbincangan singkat terjadi Tania menjelaskan bahwa telepon tersebut dari resepsionis...rupanya tetangga kamar kami merasa terganggu dengan aktivitas yang terjadi di kamar kami...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kamu sih teriak-teriak” ujar saya sambil menyubit payudara Tania...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“siapa suruh punya penis enak banget” kami pun tertawa bersama hingga tertidur.</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-65105194513542719982017-01-04T21:50:00.003-08:002017-01-04T21:50:47.431-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 06<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-size: 11pt; line-height: 1.4;">“Wah Ibu Riana langsung yang jemput...jadi nggak enak nih ya kita ngerepotin..” ujar saya ramah sambil cipika-cipiki dengan Riana yang kemudian disusul oleh Tania...</span></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ah bisa aja Pak Rinaldi...cocok banget sih berdua udah kaya pasangan aja....” balas Riana tak kalah ramah yang kemudian hanya disusul dengan tawa tanggung dari saya dan Tania..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kami menuju hotel ke dengan menggunakan mobil...saya duduk di belakang supir sementara Tania berada di samping saya...Riana? ia duduk di depan sambil beberapa kali mengecek hapenya... terlihat pahanya yang mulus karena kali itu Riana tampil dengan pakaian yang sangat santai. Hot pants serta kemeja tanpa lengan sangat membuat leher jenjang putihnya terlihat mempesona jika dilihat dari belakang.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Mungkin agan bertanya-tanya mengapa partner bisnis sekelas saya hanya disambut dengan pakaian santai tersebut. Sejatinya perjalanan ini memang perjalanan senang-senang. Perusahaan Riana mengundang kami dan partner mereka lainnya untuk merayakan ulang tahun perusahaan..tak ada rapat, tak ada bisnis...hanya senang-senang..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tapi harus diakui saya tak begitu tertarik...dari rundown acara yang tertera di undangan...saya tak menemukan suatu hal yang bisa membuat senang-senang. Sama sekali tidak.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Sesampainya di hotel kami diantarkan langsung ke dalam kamar oleh Riana. Saya dan Tania menggunakan kamar yang berbeda namun bersebelahan dan dihubungkan dengan pintu penghubung.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Sebelum meninggalkan kami Riana menanyakan rencana kami malam ini...karena acara dari perusahaan Tania hanya sampai delapan malam dengan acara makan malam...sebenarnya Tania menyarankan saya untuk istirahat. Tetapi saya menolak...saya mengatakan bahwa ingin berenang dan memutuskan untuk mengajak Tania.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kini giliran Tania yang menolak. Di hadapan saya dan Riana, Tania menjelaskan dirinya tak memikirkan untuk berenang dan tak membawa pakaian renang. Namun dengan santai Riana menjawab.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Pakai pakain dalam saja mbak...kalo malu maleman aja jam 10...di sini udah sepi kok kolam renangnya jam segini..” ujar Riana. Tania yang mendengar tersebut langsung sumringah sementara saya tak berpikir apa-apa karena hanya menganggap akan ditemani oleh dua wanita saat berenang...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Malamnya benar-benar makan malam yang membosankan...kami semeja dengan Riana dan salah satu asisten wanitanya. Jujur saya sama sekali tak tertarik. Oh ya gan, Riana memang mendapat tugas untuk menemani kami selama acara karena kami memiliki kedekatan setelah beberapa proyek besar. Bahkan Riana terang-terangan megngatakan bahwa kami adalah partner terbaik perusahaan mereka di dua tahun terakhir.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tapi kalau boleh jujur,, rasanya itu hanya lip service biasa. Sebagai pebisnis, jika memang mereka puas dengan jasa kami..seharusnya mereka berani mengeluarkan dana lebih besar dari investasi satu keinvestasi selanjutnya. Sementara kenyataanya memang terdapat peningkatkan namun jumlahnya tak terlalus signifikan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tepat pukul 10 saya memutuskan untuk ke kolam renang terlebih dahulu. Saya ingin melakukan beberapa putaran karena renang memang membuat saya rileks meski harus mengeluarkan banyak tenaga.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Mendadak saya dikejutkan dengan sapaan dari Tania.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kok saya ditinggalin sih mas?” ujar Tania halus ketika saya berada di pinggir kolam dan masih ngos-ngosan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
aku tak menjawab. Ku perhatikan Tania kemudian melepaskan jubah mandinya dan menunjukkan betapa indahnya tubuh tania... seperti yang disarankan Riana, Tania menggunakan BH sehari-hari...namun ukurannya terlalu kecil sehingga tak bisa menutupi sisi luar payudaranyanya...saya terus memandanginya ke arah bawah...perutnya yang rata benar-benar mempesona...semakin terkejutnya saya ketika melihat Tania rupanya menggunakan G-String. Ia kemudian membalikkan badan dan menunduk untuk meletakan pakaian mandinya ke tempat berbaring di pinggir ...sesaat saya mendapatkan pemandangan surga. Bongkahan pantatnya yang sesuai dengan genggaman dan cukup kencang seolah menantang saya untuk bangkit dari kolam dan meremas bulatnya benda tersebut...namun yang tak kalah hebat, sepintas saya melihat adanya rambut dari arah depan gstring yang ia gunakan, secara tak sengaja saya mendangak... namun semua pemandangna itu hilang ketika Tania mendadak membalikkan badan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ih ditanya juga Mas...malah bengong...kayak gak pernah liat yang beginian aja...” goda Tania sambil menceburkan diri dan berada di sampingku...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Emang belum pernah...” ujarku singkat sambil berusaha menenangkan penis ku agar tak terlihat Tania. Bagaiamanpun saya terus menghormati sekretaris saya sebagai sosok yang sudah menikah dan bertanggung jawab dengan keluarga.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Halaah...waktu itu ngapain di ruang kantor sama Bu Marin...hihihi” ujar Tania yang membuat keadaan sedikit canggung.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kecannggungan tersebut langsung hilang ketika Riana datang dengan balutan bikini yang sangat menggoda. Saya tak pernah membayangkan bahwa niatan saya untuk rileks justru menjadi sangat merepotkan karena harus menjaga penis saya untuk tetap tenang.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Riana datang sambil diikuti pelayang yang membawa seember es dan tiga buah gelas cantik. Sementara Riana menenteng sebotol anggur merah yang mereka rencanakan untuk kami berminum ria.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Riana,s aya dan Tania akhirnya hanya menghabiskan malam di pinggir kolam meski tak keluar dari kolam...secara sembunyi-sembunyi saya berusaha untuk mengintip isi dari bikini biru muda yang digunakan oleh Riana...dadanya cukup membusung meski ukurannya tak jauh berbeda dengan Tania...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya jug amemperhatikan bahwa Riana beberapa kali sengaja menggesekan dadanya ke lengan saya...tentu ia membuat hal tersebut seolah-olah tak sengaja...gelas demi gelas mulai kami lahap bertiga...akhirnya dan sangat disayangkan Tania memutuskan untuk ke kamar terlebih dahulu karena dirinya harus bangun pagi untuk mempersiapkan segalanya untuk saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Itu membuat saya dan Riana hanya berdua...kami terus mengobrol masalah bisnis namun percakapan kami mulai diselingi dengan jeda-jeda panjang yang menandakan bahwa otak kami sudah tak berjalan dengan semestinya karena ini sudah memasuki botol kedua kami.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas, kayaknya burungnya mau keluar tuh dari tadi ngacung terus...” ujar Riana sambil terus menatap burung saya yang menonjol di balik celana dan masih berada di air...kontan percakapan tersebut membuat saya terkejut dan terdiam...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“buka aja pak...kasihan kayanya keteken...” timpal Riana sebelums aya berusaha membalas pertanyaan awal....saya yang masih belum mabuk betul-betul masih menahan diri karena bagaimanapun juga Riana adalah partner perusahaan saya dan saya tak bisa melakukan itu...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tak saya jawab akhirnya Riana memutuskan untuk melakukan tindakan yang saya tak duga-duga...ia mengarahkan kedua tangannya dan terlihat kesulitan membuka bh yang ia kenakan. Sejurus kemudian saya dapat melihat payudara indah yang dimiliki oleh Riana. Berbeda dengan Marin, puting yang dimiliki oleh Riana jauh lebih pink. Hebatnya lagi ukuran puting Riana jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Marin.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Riana terus meraih kedua tangan saya untuk meraih dadanya. Sesuai dengan genggaman saya. Ini yang saya suka...saya memiliki seluruh kontrol terhadap dadanya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm...ahhhh...shhhh enak mas....aduhhh...shhhhh” ujar Riana yang boleh dikatakan agar berlebihan. Akhirnya saya memutuskan untuk melumat bibirnya...siapa disangkan gerakkan saya tersebut rupanya membuat Riana semakin memanas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tanpa melepaskan aksi saya di dadanya kami terus berpagutan. Saling gigit dan bersilat lidah...kami benar-benar di bawah pengaruh nafsu dan alkohol...saya kemudian melumat payudara sebelah kirinya sambil puting sebelah kananya saya pelintir.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ujung lidah saya mengelilingi sekitaran putingnya...itu membuatnya menggelinjang tak karuan...terlebih lagi ketika lidah saya benar-benar menyentuh ujung putingnya yang sudah mengeras...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Fucckkkkkkk” teriak Riana yang sempat membuat saya panik...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Quickie di ruang bilas aja yu....mas..nggak enak kalau ada yang liat dari atas atau dari mana” minta Riana yang kemudian langsung saya turuti...konyolnya saya naik ke atas kolam renan gdengan kondisi menggendong Riana hadap-hadapan...terlebih lagi Riana tak mengenakan BH. Ia hanya bisa menggemgam bhnya sambil menyilangkan kaki di pinggul dan tangan di leher. Setelah mengambil handuk kami berusaha ke ruang bilas dengan posisi yang sama...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Di sana saya langsung membiarkan Riana kembali berdiri... ia memutuskan untuk melepas celananya dan begiti jgua dengan saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Astagah mas...gede banget!” ujar Riana terkejut ketika berbalik badan dan melihat penis saya.kami kemudian kembali berciuman dengan ganas. Namun terdapat sebuah perbedaan...jika sebelumnya tangan kami aktif mengeratkan tubuh satu sama lain..kali ini kami berusaha untuk menyentuh kemaluan lawan masing-masing...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tangan saya berusaha untuk menjamah daerah kewaintaanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus...sama sekali jarang dengan bulu...jika biasanya saya ramah dengan vagina wanita namun kali ini tidak. Saya berusaha memasukkan dua jari untuk mencari klitorisnya... saya langsung memainkannya dengan sekuat tenaga untuk menimbulkan reaksi yang tak bisa iahindarkan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Masss ah....masukin lagi mas jarinya mas....teken teken memekku mas....” ujar Riana sambil melepaskan ciumannya....sementara tanganya tak bisa berbuat banyak dan hanya bisa meremas kemaluanku...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Aku berusaha untuk memasukkan jari tengah dan jari telunjuk lebih dalam...inci demi inci membua t pinggul Riana terus menangkat dan mulutnya terbuka lebar tanda kenikmatan sementara matanya hanya bisa tertutup sayu....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tak lama kemmudian dinding vagina Riana menyedot dua jariku....tubuhnya langsung menegang dan sesaat kemudian melemas....Riana nyaris terjatuh beruntuk saya mampu menopangnya dengan jari yang masih berada di vagina...saya rasakan betul cairan yang cukup deras mengalir dari dalam vagina Riana menandakan orgasmenya....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tanpa menunggu lama saya langsung memalikkan tubuh Riana...ia sedikit menungging dengan bertumpu pada tembok....tahu dengan apa yang saya maksud, Riana yang masih ngos-ngosan dengan santainya melebarkan kakinya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Masukkin punya kamu sayang...tanpa ampun...aku siap menerima...pasti puas banget deh main sama kontol kamu...” ujar Riana dengan kata-kata yang tak pernah saya bayangkan keluar dari wanita manis ini...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
saya yang tak sabar langsung memmasukkan seluruh penis saya tanpa ampun seusai permintaanya...jika Marin saja membuthkan waktu yang pelan-pelan kini Riana saya tikam secara langsung...namun Riana malah berteriak...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Aduhh...gilaaa...ampun mas ampun....tahan-tahan....sakit banget ah....sebentar-sebentar jangan goyang dulu....” ujar Riana seperti mengilu....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah bisa mengatur nafas kini giliran saya berusaha untuk memaju mundurkan penis saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ahhh...pelan ya sayang....ehmmm...iya gi...hmmmm...ehhh...shhh enak mas....”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Perlahan desahan yang dikeluarkan oleh Riana berubah menjadi erangan yang semakin keras terdengar...sekitar lima belas menit kami mempertahankan posisi ...namun kali ini Riana bertindak semakin liar...ia mementokkan pantatnya terus ke tubuh saya dan menghentak-hentakannya...semakinkeras hentakan yang ia buat bahkan menyaingi tempo yang saya ciptakan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas aku mau keluar lagi...” mendengar itu saya tak tinggal dia...saya kembali ingin melihat Riana kelojotan dan memutuskan untuk terus memompa dengan tempo yang ta kalah cepat. Akhirnya Riana menyerah...pertahanannya harus berakhir di sini...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“”Aahahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh...mas aku keluar....nggak kuat mas....” ujar Riana yang kemudian terkulai lemas....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Singkat cerita saya langsung membawa Riana ke kamar saya....saya masih enggan melepasnya karena saya sebenarnya juga belum mengalami orgasme... setelah membaringkan Riana saya berusaha untuk membuka lebar selangkanganya namun Riana menolak...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas please nanti aja ya...masih sakit banget nih...rasanya kebas...kamu tadi kenceng banget sih...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Maaf ya sayang...kamu oralin aku aja deh,,mau ya” bujuk saya sambil menyubit putingnya yang masih menegang dengan gemas...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ihhh bandel....anggep aja ini servis dari perusahaan untuk kamu ya mas....”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Sebenarnya isapan Riana tak terlalu spesial gan.bahkan saya nyaris turn off. Sebelum akhirnya Riana mengeluarkan jurus mematikan. Ia mengurut batang kemaluan saya yang sudah tegak dengan giginya...ya...jika agan-agan tak suka dengan gigi yang menyentuh penis maka yang ini berbeda.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Riana menggunakan dua gigi terdepan yang atas untuk menyapu penis saya dari paling bawah hingga menuju kepalannya...sampai kepala ia mengigit kecil kepalan penis saya yang menimbulkan sensasi menggilakan....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Terus ia ulangi secara perlahan hal tersebut. Urat-urat saya semakin menegang bahkan sesaat terasa ingin mengeluarkan lahar putih...namun saya batalkan..saya minta Riana untuk melakukan penetrasi kembali...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Sumpah mas....aku masih kebas nihh...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“gini aja deh...kamu aja yang di atas. Kamu yang atur tempo...aku diem aja....” bujuk saya dan kemudian disetejui sang bidadari...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Demi partner tercinta apa sih yang enggak...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Riana mulai bangki...ia kemudian mengarahkan penis saya yang dimasukan dengan perlahan...bahkan lebih pelan jika dibandingkan dengan momen bersama Marin....sungguh sedikit membosankan namun saya mengerti keadaanya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ketika kepala penis saya memasuki vaginyanya terasa berkedut-kedut menandakan bahwa vaginanya memang tengah dalam kondisi yang tak terlalu begitu baik....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah masuk semua, Riana mulai mengoyangkan memutar pinggulnya dan membuat saya semakin menggila....</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm gila mas...sebenarnya sakit...tapi penis kamu bener-bener nagih.., ayo mas kamu goyang aja gakpapa....terus mas”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Diberikan lampu hijau saya langsung tancap gas....saya naik turunkan pinggul saya yang benar-benar memborbardir pertahannanya...saya semakin terpacu ketika payudaranya memantul-mantul melawan gravitasi....saya hanya bisa bangung dan menjilati payudara tersebut...tak berlangsung lama kami serasa ingin keluar dan saya hendak mencapai orgasme pertama saya..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Hmmm...ahhhh...woohhhh..shhh ittt.... mas aku mau keluar....”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“sama mbak...keluarin dimana nih?”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Di dalem aja mas,,,aman kok.....1...2...3....ahhhhh”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ahhhhhhh” erang saya tak karuan. Seperti biasa tubuh Riana sempat mengaku dan kemudian menjadi lemas kembali.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“kayaknya di kontrak kerja sama berikutnya kita harus punya kontrak sendiri nih mas untuk masalah ranjang,,,,” ujar Riana manis dan hanya saya balas dengan senyum serta kecupan manis di bibir.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya benar-benar pulas malam itu dan kami tidur dalam keadaan telanjang....</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-20644266762693387892017-01-04T21:45:00.000-08:002017-01-04T21:45:04.856-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 05<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-size: 11pt; line-height: 1.4;">Saran dari Marin di kantor membuat saya sempat berpikir masak-masak. Apakah saya memerlukan seorang pendamping sembari membesarkan Dena. Sejauh ini saya bisa membesarkan Dena dengan baik dan Dena pun menjadi anak yang sangat pintar. Tak pernah terpikir di dalam otak saya untuk mencari pendamping.</span></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Namun saran Marin benar-benar mengubah segalanya. Saya mulai peka ketika Dena mengatakan</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Pah, tante Tania cantik yah...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Pah itu siapa sih kayaknya ngeliatin papah...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Pah, kangen mamah...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya memang sempat menanyakan kepada Dena apakah dirinya benar-bbenar ingin memiliki seorang ibu. Ia memang setuju, tetapi Dena menegaskan bahwa calon ibunya nanti haruslah sesuai persetujuannya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Semenjak obrolan dengan Marin serta obrolan singkat dengan Dena, saya mulai sedikit memperhatikan beberapa pegawai saya serta beberapa wanita yang memang terlintas di hidup saya. Tak jarang saya bertanya kepada Tania mengenai wanita di bagian HRD dan Finance. Namun lagi-lagi kecintaan saya terhadap pekerjaan membuat saya ogah-ogahan mencari pendamping. Oh ya mengenai Marin, saya terus mendapat jatah binaan setidaknya dua kali seminggu. Jatah binaan.. itu sebutan dari Marin mengenai hubungan kami... menurutnya saya masih perlu dibina untuk lebih jinak dengan wanita setelah lama kembali perjaka.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px;"><b><i>Next</i></b></span></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Sebulan setelah kejadian persami saya mendapat undangan sebuah pesta ulang tahun sebuah perusahaan partner kami. Setahun belakangan kami memang memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan ini karena iklannya di media kami cukup melejit. Perusahaan tersebut mengundang saya untuk bergabung ke sebuah pesta di Bandung. Acara yang terdiri dari dua hari mewajibkan saya untuk menginap di sana.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tentu sebagai kunjungan kerja saya selalu mengajak Tania sebagai sekretaris saya. Seperti biasa saya selalu mengajukan ijin kepada suami Tania. Saya menghargai Tania sebagai sosok yang anggun dan sopan. Itulah mengapa saya selalu ijin ke suami Tania ketika hendak memboyongnya ke perjalanan bisnis. Sang suami tentu tak bisa berkutik karena ini adalah pekerjaan dinas. Sikap saya yang sopan itu pula yang membuat saya serta keluarga Tania sangat akrab bahkan sudah seperti keluarga sendiri.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania adala wanita karier. Setelah lulus dari D3 sekretaris ia langsung melamar di perusahaan saya. Pada kejadian ini dirinya berusia 27 tahun dan terpaut 10 tahun lebih muda dari saya...Tania sudah menikah tiga tahun. Namun sampai saat ini dirinya belum juga dikarunia seorang anak.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tania adalah seorang yang unik, ia merupakan keturunan Manado Jawa. Putih serta manisnya Manado bercampur dengan halusnya darah Jawa yang ia miliki. Rambutnya lurus sebahu membuat Tania menjadi salah satu yang tercantik di kantor saya. Boddynya sangat langsing namun tetap memiliki cukup daging di sekitar pinggul dan bokong serta payudara yang sesuai dengan impain saya yakni sesuai dengan genggaman. Seperti Tante Amel.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Namun saya tak pernah berpikir macam-macam tentang Tania. Selain karena saya menghormati pernikahannya. Ketika saya melihat Tania, saya melihat seorang yang selalu dalam tekanan. Bagaimana tidak, mertuanya terus menuntut cucu sementara itu belum juga menjadi hadiah dari Tuhan. Bahkan dalam sebuah acara keluarga mertuanya secara terang-terangan memeprtanyakan kesuburan Tania.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Secara berpakaian Tani dapat tergolong sopan. Namun dalam beberapa kesempatan ia memang menggunakan baju yang memiliki belahan rendah. Saya rasa itu semua masih wajar mengingat itu adalah variasi berpakaian jaman sekarang dan saya tak pernah menganggap macam-macam.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Mas, aku pinjem Tania ya weekend ini?...hahaha... siap siap...kembali tanpa lecet pasti mas...” obrolanku akrab dengan suami Tania sementara sang pemilik suami hanya bisa senyum-senyum di hadapan saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Singkat cerita saya dan Tania berangkat ke Bandung menggunakan kereta. Di sana kami dijemput langsung dengan Ibu Riana. Riana ini merupakan wanita karier juga yang berusia 35an. Ia sangat dekat dengan Tania dan saya karena Riana adalah sosok yang menjadi wakil perusahaan ketika bekerja sama dengan media saya...</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-53478300106980646612017-01-04T21:42:00.000-08:002017-01-04T21:42:11.885-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 04<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Lanjutan..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya kemudian menutup pintu dengan tangan siku yang ada karena kedua tangan harus memegang dua kaleng bir. Saya kemudian duduk tepat di samping Marin yang hanya bisa senyum-senyum saja melihat wajah lugu saya. Ia menganbil kaleng guiness yang ada di tangan saya dan langsung duduk di atas pangkuan saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Dengan pinggiran payudara yang menyapa dari tengah kemeha serta hangatnya bokong Marin, kontak penis saya langsung berinteraksi dan mengeras. Keadaan itu rupanya disadari betul oleh Marin yang kemudian mengecup kening saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Nakal ya...” ujar Marin singkat sambil kemudian membuka kaleng botol dan kemudian meminum isu guiness sampai habis. Sempat tersengal-sengal, namun akhirnya Marin melemparkan kaleng yang ada ke salah satu sudut ruangan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Aku masih haus...” ujar Marin yang kemudian berusaha untuk melepaskans selruh celana saya. Entah mengapa saya berinisiatif untuk membuka kemeja saya setelah meletakan kaleng guiness di sisi sofa. Namun rupanya Marin tak suka dengan apa yang saya lakukan. Ia menarik tangan saya yang sedang melepas kancing dan menyerahkan kaleng bir saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“yang bawah aja, biar ga riber. Kemeja stay on. That is the rule! Enjoy your beer while i enjoy your dick. Anggep aja hadiah kenikmatan malem persami,” tambah Marin tegas sambil terus menatap saya dengan senyum sembari tangannya menurunkan celana dalam putih yang saya kenakan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin akhirnya mengalihkan pandangan ke arah penis saya. Ia meletakan ibu jari, telunjuk dan jari tengahnya di kepala penis saya dan memijat-mijat lembut. Saya benar-benar tak tahan karena kepalan penis saya memang daerah yang sangat mematikan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Untuk mengalihkan perhatian sejenak saya membuka guiness saya dan kemudian menenggak secara perlahan. Tenggakan saya rupanya dibarengi dengan belain lembut menyeluruh ke seluruh batang penis serta buah zakar saya. Marin benar-benar bermain dengan lembut kali ini. Saya yakin ia tak pernah melupakan batang kenikmatan saya yang telah membuatnya mengurangi jatah dengan sang suami.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Seteguk demi teguk saya nikmati guiness di genggaman. Sementara Marin mulai menjilati kepalan penis saya. “aahhh...duuhh...” erang saya karena tepat ketika itu, Marin berusaha untuk menaruh ujung lidahnya ke lubang penis saya dan itu terasa sangat nikmat.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tak tahan dengan perlakuan Marin saya berusaha untuk mengelus-ngelus rambutnya dan dengan halus mendoro kepalanya untuk masuk lebih dalam. Namun ia menahan-nahan. Tampaknya Marin tak ingin terburu-buru.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tanpa pernah terpikir di kepala saya, tiba-tiba tangan saya bergerak menumpahkan sedikit bir yang tersisa ke daerah penis saya saat Marin masih mengulum buah zakar saya. Marin terkejut namun masih menyempatkan diir untuk tersenyum. Tumpahnya bir membuat ia semakin liar dan membersihkan alkohol tersebut dengan lidahnya. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Setiap cm dari penis saya tak pernah lepas dari sedotan bibir tipis manisnya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ini merupakan pertama kalinya saya mendapat oral dari Marin. Mengingat perjumpaan pertama di Kolam kami bermain langsung. Saya memang sempat mengecup vaginanya namun tidak lama.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ketika Marin masih asik dengan penis saya, saya berusaha untuk menghentikan permainannya. Saya takut pertahanan ini jebol. Saya memutuskan untuk total rebahan di sofa dan meminta untuk Marin duduk di atas muka saya. Sama seperti yang saya lakukan di kolam beberapa waktu yang lalu.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin menyambut ide saya dengan antusias. Tanpa pikir panjang ia tenggelamkan vaginanya dihadapan muka saya. Saya yang juga tak kalah antusias langsung memberikan kecupan-kecupan manja di depan celah senggama tersebut.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Harus diakui bahwa vagina Marin benar-benar indah. Tanpa bulu dan masih rapet seperti gadis meski sudah memiliki anak gadis. Harumnya pun benar-benar membuat saya betah berlama-lama menjulurkan lidah saya menyapu pinggiran vaginanya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ah gila enak di...hmmm...” desah Marin sambil memajumundurkan pinggulnya yang semakin membuat gesekan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Pengetahuan yang saya dapat mengenai letak klitorisnya tak pernah saya lupakan. Saya langsung menyambar pusat kenikmatan Marin tersebut dan memainkannya dengan lidah saya. Tak lupa saya hisap-hisap.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setiap hiasan rupanya berakhir dengan tekanan tubuh Marin ke muka saya semakin kuat. Di situ saya mulai sadar bahwa Marin benar-benar suka dihisap. Tahu buruannya telah terperangkap tak berkutik saya semakin menggila, saya terus hisap dan sedot klitoris tersebut hingga wajah saya bener-bener tertekan dan tak bisa bernafas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Aahhhhhh” teriak Marin panjang namun tak membuat saya panik mengingat kantor tengah kosong.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Secara perlahan saya mudah merasakan terdapat cairan yang menuju lidah saya dan menjurus kemulut saya. Saya sadar bahwa Marin telah mencapai orgasme pertamanya. Siang itu. Marin benar-benar kelelahan dan memutuskan untuk rebahan di atas saya. Saya hanya bisa memeluknya dan sesekali mengecup bibirnya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Makasih ya papi...ini pertama kalinya aku orgasme dari oral. Kamu emang hebat...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Mengetahui Marin sudah bisa menyusun kata-kata, saya tak membalas. Saya langsung membalikkan keadaan dan ia berada di bawah. Kami masih sama-sama menggunakan kemeja. Namun Marin menolak maksud saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Aku aja yang di atas. Lagian kalau kamu di atas, nanti dada ku di anggurin lagi.” Ya saya mulai sadar bahwa saya belum menggarap dada Marin. Dada besar yang sedari tadi sudah menggoda saya. Akhirnya saya kembali di bawah dan Marin di atas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kali ini saya memutuskan untuk tenang dan berdiam diri. Saya persilahkan Marin untuk mengarahkan penis saya ke vaginanya. Marin mengatakan bahwa dirinya masih belum sesuai dengan penis yang menurutnya besar. Dalam grup kami, Marin pernah mengatakan bahwa diametre penis saya dua kali lipat lebih besar dari Rei sang suami.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ah gila penuh banget Di sumpah......padahal gua udah basah nih...hmmm”ujar Marin sambil memejamkan mata dan menahan napas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya kemudian bangun dari tidur sehingga kami sama-sama duduk berhadapan. Saya mengecup bibir manisnya dan berlanjut ke kecupan yang semmakin memanas. Saya tak lupa meraba seluruh payudaranya. Namun rupanya gerakan saya membuatnya semakin ngilu.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“aduh di....Di apa-apan sih udah deh aku aja...perih nih...”ujar Marin yang saya tak pedulikan.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya raba dari puting lalu melebar dan berujung dengan genggaman yang memang tak pernah cukup. Namun saya raba payudaranya dengan kuku yang tak terlalu menancap. Membuat Marin kian merinding dan melupakan penis saya untuk sesaat.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya kemudian mengarahkan kembali kecupan ke arah payudaranya dan semakin membuat Marin menjadi-jadi. “Hmmm enak di...ahhh...hmmm”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Kulalap habis semua itu sampai akhirnya mendadak kupaksakan penis ku untuk masuk seluruhnya...Marin tak semarah tadi dan hanya menggigit kecil pundak saya. Saat saya diamkan sejenak, Marin membisikan pujian yang semakin membuat saya percaya diri.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Iihh...nakal ya....tapi pinter juga. Udah rebahan lagi.”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin memulai gerakannya dengan maju mundur. Sebenarnya gerakan ini tak terlalu nikmat tapi lumayan karena serasa batang saya dikoyak-koyak. Dengan sedikit inisiatif dan pengalaman Marin mulai membuat variasi gerakan. Dari sekedar maju mundur ia goyang ke kiri dan kanan semua ia lakukan berlawanan arah kiri kanan depan belakang tentunya dengan hentakan yang keras. Itu tak hanya membuat penis saya merasa di pijit tetapi juga merasa seperti diremas-remas.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Gila penuh banget...eh nanti kelluarin di mulut ku aja ya...” ujar Marin sambil mengecupbibir saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya terus terang agak bosen dengan bertindak pasif. Akhirnya saya berusaha untuk menaik turunkan pinggul dan kemudian membuat Marin semakin belingsatan campuran antara nikmat dan ngilu.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ahh...di...pe...lan pih ahh...ahh..hmmm.ashhh...hmpff” ujar Marin terbata-bata karena tempo yang saya mainkan semakin cepat dan semakin keras...Marin benar-benar tak bisa mengendalikan suaranya dan beberapa kali berteriak...namun beruntung bagi saya karena kantor tengah dalam keadaan kosong.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
15 menit dengan posisi tersebut Marin kembali orgasme. Kini terdapat sensasi yang sangat aneh saya rasakan. Penis saya serasa ditarik ke dalam rahimnya.Marinpun akhirnya kembali rebahan di pelukan saya...namun saya tak mau tinggal diam. Saya gendong Marin dengan keadaan penis masih berada di vaginanya dan memintanya untuk duduk di atas meja kerja saya. Dengan begitu saya akan menyetebuhi dirinya dengan mudah...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“gila ya kamu...aku masih cape nih dii...tahan bentar aja...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Tahu Marin masih kelelahan dan akan bertindak pasif, maka saya lagi-lagi memtuuskan untuk menjalankan andalannya dengan menggepur payudara Marin. Hasilnya cukup efektif karena Marin mulai menyilangkan kakinya di pantat saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Mendapat angin segar sayapun akhirnya memutuskan untuk melakukan gerakan maju mundur...namun baru beberapa gerakan kami bercinta, tiba-tiba pintu ruangan saya terbuka. Say ahanya bisa menoleh ke belakang karena masih belum mau melepaskan penis saya sementara Marin berusaha untuk mengintip siapa yang ada di balik pintu.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Rupanya ia Tania. Tania terkejut dengan pemandangan yang ia saksiksan. Namun karena pentingya misi yang ia bawa. Ia memutuskan untuk memasuki ruangan saya dan menutup pintu. Saya kemudian melepaskan penis saya dari vagina Marin dan menutupinya dengan kemeja seadanya. Saya tahu Tania pasti sempat melihat penis saya secara utuh..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“duuh” ujar Marin sejalah dengan keluarnya penis saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Maaf mas saya nggak tahu...tadi anak-anak mintah saya nyusul mas. Tetapi mas saya telpon nggak di angkat...apa mau saya bilang kalau mas nggak bisa dateng..” buka Tania tenang karena ia memang merupakan wanita yang tenang..</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Oke. Bilang aja gitu...eh Tan. Jangan bilang siapa-siapa ya...”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Baik mas, saya pergi dulu...mari bu Marin...oh ya pintu depan saya kunci deh...yang depan ya mas...” ujar Tania yang disambut hangat oleh Marin...Marin dan Tania memang saling mengenal. Sebagai asisten saya Tania memang dekat sekali dengan Dena anak saya . itu membuatnya juga sangat dekat dengan Marin dan Amel.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Setelah Tania pergi saya pun melanjutkan urusan bisnis dengan Marin. Saya kembali memasukkan penis saya ke dalam vaginanya. Entah mengapa setelah orgasme dua kali, tetap sulit rasanya utnuk menerobos liang senggama itu. Saya rasa masalahnya bukan di penis saya melainkan memang vaginanya yang sangat menggoda dan sempit itu yang membuat semuanya berjalan dengan sulit dan lama.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Usai penis saya kembali tenggelam, Marin dengan senyumnya menyubit kedua pipi saya dengan mesra..”Makannya kalau mau main di kunci dulu dong pintunya sayang...”saya pun hanya bisa tersenyum mengakui kesalahan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin kemudian menlumat bibir saya sambil memaju mundurkan pinggulnya meski kurang maksimal karena kondisi duduk di atas meja. Tetapi saya bisa membantu gerakan Marin dengan terus memaju mundurkan...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin hanya bisa mengerang kenikmatan dan saya juga terus memancingnya untuk teriak. Semua tersebut saya lakukan mengingat Tania sudah berjanji untuk mengunci pintu depan yang menutup akses lantai ke arah ruangan saya.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ahhh fuck me har...der Di....im your wife now...ahhh hmmpfff”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Say my name baby say it loudly....”pancing saya...”Rinaldi fucck meee...please... im yours...fuck mee...i like your dick.. verrryry much..”</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Ujar Marin semakin meracau...setelah cukup lama kami bermain dengan posisi yang sama akhirnya Marin memeluk saya dengan erat... dan menggigit pundak saya... kembali saya rasakan sedotan ke dalam rahimnya di penis saya dan saya mulai sadar bahwa Marin sudah kembali orgasme...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Saya yang tak peduli masih terus menggenjotnya. Namun sensasi sedotan dari arah rahim tadi membuat saya tak bisa menahan gejolak. Penis saya seolah ingin memuntahkan sesuatu dari dalam. Saya langsung mencabut penis saya dengan kencang dan membuat Marin semakin berteriak kencang.</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
Marin sadar saya segera orgasme dan memutuskan untuk berletut...tak ingin mengurangi tempo tinggi yang baru saja saya tinggalkan, Marin mengerahkan tangannya untuk mengocok penis saya. Ia mengocok dengan keras dan mengarahkannya kedalam mulut...sayapun langsung menjadikan mulut Marin sebagai objek...saya maju mundurukan dengan cepat layaknya saya tengah menyetebuhi baginanya. Tak beberapa lama saya mengeluarkan cairan yang diharapkan oleh Marin....Marin dengan gelagapan menerima semprotan saya dan sempat tersedak...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Ugh...hoak...mmmm....”ia kemudian menelan semua cairan saya...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Enak di....sesuai harapan...makasih ya papi sayang...” peluk Marin... saya dan Marin akhirnya berebahan di lantaik dengna posisi Marin di atas saya...kami berpelukan dan berciuman layaknya sepasang suami istri...</div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div data-redactor="1" style="background-color: #fcfcff; color: #141414; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 14.6667px; line-height: 20.5333px; margin: 0px; padding: 0px;">
“Kamu cari pacar gih...biar ga sendiri lagi...kasian Dena tuh...butuh ibu....penismu juga kayaknya masih haus kasih sayang,,” ujar Marin bijak sambil tersenyu,...sekian dulu ya...</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-19868157897209584342017-01-04T10:36:00.001-08:002017-01-04T21:12:06.372-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 03Lanjutan..<br />
<br />
Hari ini hari Minggu, jadwalnya saya menjemput Dena dari Persami. Kalau sesuai edaran untuk orang tua murid, saya harus jemput Dena sekitar jam 1 siang. Tepati setelah acara makan siang bersama.<br />
<br />
Jujur saya tidur sangat pulas malemnya, nggak lain adalah karena pengalaman malam minggu yang berkesan banget sama Marin. Mahmud yang menurut ane badanya masih sekel banget. Oh ya hu, si Marin emang seorang pengacara (pengangguran banyak acara). Statusnya sebagai istri pengusaha memang bikin dia harus menjaga betul anaknya karena suaminya sering mendadak pergi.<br />
<br />
Selain antar jemput Nissa, tante Marin ini memang punya agenda rutin untuk ngejaga bodynya. Kalau pagi dia berenang dan sepedaan sementara seminggu dua kali dia ikut kelas Yoga. Makanya ga heran itu bokong sama dadanya masih sekel dan padet banget hu.<br />
<br />
Satu hal yang ane mendadak terpikirkan adalah pantat Marin. Entah mengapa tiba-tiba kepikiran dan teringat lagi kejadian lagi doggy sama dia. Jujur pas kejadian saya gak terlalu memperhatikan. Tetapi setelah bangun tidur ini tiba-tiba saya teringat bongkahan bokong Marin yang benar benar padet tanpa celah. Tanpa lemak. Tentu suhu gak nyangka kalau pemilik bokong tersebut udah punya anak yang beranjak remaja.<br />
<br />
Sambil males-malesan saya buka cellphone saya Hu. Ada notifikasi cukup banyak. Ada email kerjaan dan grup bbm kerjaan. Ya Hu, kerja di Media memang gak kenal tanggal merah dan jam kantor. Meski saya gak lagi di Redaksi, namun namanya email dan chat kerjaan selalu ada. Bisa dibilang kerja di media ya harus 24/7.<br />
<br />
Setelah menghabiskan 30 menit membalas email-email kantor saya kembali ke grup BBM. Di sana saya lihat ada dua chat dari grup anak-anak. Pesan tersebut dari Amel dan Marin. Belum banyak memang namun membuat saya sangat terkejut.<br />
<br />
“Cie ada yang habis main nih!” tulis Amel sambil menyisipkan smile menutup mata dan menutup mulut.<br />
<br />
“Haha iya dongg!!!” timpal Marin yang tak lama berselang. Rupanya chat tersebut terjadi pukkul 05.00 tepat tiga jam sebelum saya bangun.<br />
<br />
“Cerita dong cerita kayaknya seru!” tambah Amel penasaran.<br />
<br />
“Silahkan bapak Rinaldi. Waktu dan tempat saya persilahkan,” tutup Marin.<br />
<br />
Bener-bener nggak nyangka gan, ternyata Marin cerita-cerita ke Amel. Sosok yang sebenarnya saya puja baru-baru ini. ada rasa canggung, marah sama Marin, tetapi juga heran Amel yang paling alim di antara kita kok gak risih. Saya langsung telpon Marin, sayangnya dia nggak angkat telepon dan saya memutuskan untuk bungkam di grup. Sumpah gan saya gugup.<br />
<br />
<br />
<b><u>Siang Hari di sekolah</u></b>.<br />
<br />
Saya datang ke sekolah dan melihat orang tua lain sudah menunggu anak-anak untuk pulang. Terus terang saya mau ketemu sama Marin. Tetapi bukannya ketemu sama Marin eh malah Amel yang nyapa duluan.<br />
<br />
“Cie papah barunya Nissa nih,” colek Amel dari belakang.<br />
<br />
“Ah apaan sih mba (Oh ya gan Amel ini lebih tua setahun dari saya ya hehe). Emang si Marin cerita apa aja?” tanya saya sedikit gugup.<br />
<br />
Nggak lama kemudian Marin datang. Mereka berdua terbahak-bahak membahas kejadian semalem. Bahkan Amel dengan sangat antusias mendengarkan cerita kami berdua. Bahkan dia melontarkan banyak pertanyaan kepada saya dan Marin.<br />
<br />
“Gimana Di? Enak nggak si Marin?”<br />
<br />
“Lu gimana Rin? Puas sekarang? Udah tersalurkan hasrat lu?”<br />
<br />
“Terus-terus mantapan mana sama Rei?”<br />
<br />
“Serius kalian keluar di dalem?”<br />
<br />
Itulah kira-kira pertanyaan yang keluar dari mulut Amel. Saking antusiasnya saya melihat puting Amel tembus. Saya herang karena sebenarnya terlihat jelas Amel ketika itu mengenakan bra.<br />
<br />
Mohon maaf harus mengakhiri cerita soal persami ini hu, tetapi memang tak ada cerita lagi dibalik persami. Saya akan cerita hubunga selanjutnya saya sama Marin.<br />
<br />
Semenjak kejadian malam minggu itu, saya sama Marin memang agak terlihat lebih romantis kalau lagi ngumpul sama ibu-ibu. Membuat persaan saya ke Amel sedikit canggung. Sementara saya rasa Amel malah antusias dengan hubungan kami berdua.<br />
<br />
Saya sendiri dan Marin sudah sepakat bahwa hubungan kami tak lebih dari kehidupan ranjang. Sejauh ini kami masih menjaga rahasia dengan Rei. Bahkan kadang-kadang saya mulai mengirim gambar penis saya ketika Marin masih ada di ranjang bersama dengan Rei. Namun Rei tak menyadari itu dan mengira kami hanya berbincang-bincang soal sekolah seperti biasanya.<br />
<br />
Harus menjadi perhatian bagi suhu bahwa seperti saya ceritakan sebelumnya, Marin ini orangnya sedikit haus seks dan memiliki fantasy gila. Berikut salah satu ceritanya.<br />
<br />
Ketika itu saya lagi di kantor hu, kirang-kira jam 11 siang. Kantor saya baru aja mendapat kontrak kerja sama dengan salah satu talen di Korea. Tentu itu harus dirayakan besar-besaran karena kami optimis kerjasama itu bisa naikin rating, trafic, dan lain-lain yang tentunya menjamin kedatangan sponsor.<br />
<br />
Saya sudah minta sama Tania, sekretaris saya bahwa saya akan mentraktir mereka di sebuah restaurant agak mahal memang untuk makan siang. Terang saja, kantor kosong kecuali bagian redaksi yang benar-benar nggak bisa ditinggal.<br />
<br />
Namun ruangan saya dengan redakksi memang agak jauh dan bisa dibilang terpisah dengan ruangan bagian marketing, legal, hrd, dan lain-lain. Jadi wilayah sekitar ruangan saya bener-bener sepi. Saya memutuskan untuk telat dateng ke restaurant itu karena memang masih harus melakukan beberapa urusan dengan bagian redaksi.<br />
<br />
Kira-kira 10 menit lagi ngobrol sama orang redaksi tiba-tiba saya mendapat telpon. Saya langsung mengangkat karena tahu ini adalah Marin. Rupanya ia mengatakan ingin bertemu di kantor saya. Otomatis saya tak bisa menolak dengan tawaran tersebut.<br />
<br />
Namun betapa terkejutnya saya ketika Marin datang dengan Rei tepat pukul 11:30. Saya mendadak kecewa dan canggung. Namun di situ Rei dan Marin menjelaskan bahwa Rei ada rapat dengan sallah satu anak perusahaan yang ada di grup perusahaan saya. Dan menitipkan Marin di kantor saya yang rencananya untuk makan siang.<br />
<br />
Tak berlangsung lama basa-basi, Rei akhirnya meninggalkan ruangan. Tepat setelah saya menutup pintu, Marin langsung memeluk saya dari belakang.<br />
<br />
“Papi! Kangen nih...” bisik Marin di telinga saya.<br />
<br />
“Ah kamu nggak bisa nahan dulu? Suami kamu aja masih belum jauh lho....” jawab saya sambil saya giring Marin ke sofa. Tak lupa saya merapatkan tirai jendela untuk membuat kami berdua sedikit merasa nyaman.<br />
<br />
Harus diakui kalau Marin itu adalah perempuan yang pandai berbusana hu. Marin nggap pernah terlalu terbuka tetapi selalu bikin saya penasaran. Dipertegas. Selalu bikin penis saya penasaran. Termasuk hari ini.<br />
<br />
Ia mengenakan kemeja sedikit longgar dengan lengan panjang. Tak lupa dipadukan dengan rok span yang membuatnya mudah berbaur jika berada di tengah para anak buah saya. Namun satu yang menarik perhatian saya adalah fakta bahwa dirinya lagi-lagi tak menenakan bra. Saya melihat betul betapa bentuk dadanya sangat terbentuk di balik kemejanya.Terlebih lagi, paha mulusnya membuat say abenar-benar pusing .<br />
<br />
Marin duduk menyilang di sofa di ruangan saya. Posisi tersebut membuat rok yang awalnya tak terlalu pendek menjadi seolah-olah sangat pendek dan membuat penis saya kembali semakin penasaran untuk segera menghabisi apa yang ada di dalamnnya.<br />
<br />
“Kamu mau minum apa?” ucap saya sambil mengecup bibir nya yang kali itu diwarnai dengan lipstik merah muda yang sesuai dengan ranumnya bibir Marin.<br />
<br />
“Minum ini boleh?” jawab Marin sambil meremas buah zakar saya yang masih terbungkus pakain kerja.<br />
<br />
“Nanti ya...aku ambilin bir mau kan?” ucap saya sambil keluar dari ruangan karena tak ada lemari es di ruangan saya. Saya kembali dengan dua kaleng guiness yang memang selalu menjadi puja-puja saya karena rasanya yang nikmat.<br />
<br />
Namun betapa terkejutnya saya melihat pemandangan di dalam ruangan kerja. Ketika baru membuka pintu, saya sudah bisa melihat terdapat sebuah rok yang terlepas dari pinggul bidadari. Tak jauh dari rok tersebut, sebuah g-string hitama tergeletak melilit seolah sang pemilik terburu-buru menanggalkannya. Pandangan terus saya arahkan menuju sofa, LUAR BIASA!<br />
<br />
Seorang bidadar bernama Marin tengah menyilangkan kaki jenjang mulusnya di sofa. Pinggulnya tertutup panjangnya kemeja yang ia kenakan. Namun kemeja tersebut telah meninggalkan pekerjaan utamanya. Kancing terlepas dan hanya meninggalkan dua kancing bawah. Ya. Dua kancing bawah.<br />
<br />
"Kok bengong sih? buruan tutup pintunya. aku haus nih,"<br />
<br />
<br />
Bersambung...<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-259719955896087272017-01-04T10:18:00.000-08:002017-01-04T21:30:23.066-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun Menduda - Part 02Kisah 1: <u><b>Marin dan Amel Ibunda Temannya Dena</b></u><br />
<br />
<br />
Dena memang anak yang supel seperti ayahnya, namun anak saya yang super manis itu memiliki dua sahabat wanita yang sudah saling kenal sejak TK yakni Nissa dan Putri. Ketiganya selalu bersama dan mengenyam sekolah yang sama sampai sekarang. Bahkan ketika sekolah mereka tak memiliki SMA, ketiganya memutuskan utnuk masuk ke SMA yang sama. SMA yang hanya diisi wanita dan sangat populer tersebut.<br />
<br />
Persahabatan ketiga anak tersebut membuat saya sang ayah mau tak mau juga bersahabat dengan orang tua mereka. Marin merupakan ibu dari Nissa dan Amel ibu dari Putri. Meski saya pria sendiri, namun suami dari Marin dan Amel sama sekali tak menaruh curiga. Kedua suami mereka menganggap kami sebagai sahabat saja. Terlebih lagi mereka paham situasi saya yang menduda cukup lama.<br />
<br />
Jujur kedua mahmud abas (mamah muda ana baru satu) tersebut memang sangat cantik dan menarik perhatian saya. Namun baru Dena meraih SMP lah saya mulai menyadari itu.<br />
<br />
Saya sebenarnya lebih tertarik dengan Amel. Badannya prposional dan langsing serta memiliki dada yang sesuai genggaman saya. Tingginya sekitar 168 cm namun saya tak paham bobotnya, kulitnya yang sawo muda membuatnya sangat ingin saya belai. Namun sayang ia sangat setia dengan sang suami dan sama sekali menganggap saya sebagai sahabat tak lebih.<br />
<br />
Berbeda dengan Marin, dengan darah China Jawa Belanda membuatnya menjadi sangat cantik bak model. Tingginya lebih dari saya, ia sekitar 175 sementara saya hanya 170. Tubuhnya cukup proposional dengan dada yang seukuran 36b. Sedikit kontras dengan tinggi dan badannya yang tak terbilang berisi.<br />
<br />
Namun bak cinta bertepuk sebelah tangan, Marin lah yang rupanya senang dengan saya. Ia beberapa kali memang menggoda saya terutama masalah seksual. Sebagai catatan, kami bertiga memang sangat terbuka soal seks. Mungkin mereka menganggap saya sebagai gay. Padahal tidak sama sekali. Marin selalu menggoda saya karena saya sudah lama tak mengeluarkan cairan pria.<br />
<br />
“Di, lo nggak pernah gitu pengen? Udah berapa tahun lu gak main kan?” goda Marin di grup BBM. ketika itu Dena baru masuk SMP kelas 7.<br />
<br />
“Wah miring luh, ngapain sih bahas-bahas ginian? Gua pengen kan jadi repot,” jawab saya berharap Marin menghentikan obrolan. Namun sayang, harapan tersebut pupus karena Amel justru menimpali.<br />
<br />
“Lu ajarin lah Rin, lo kan katanya gak pernah puas sama Rei (suami Marin). Siapa tau Aldi(sapaan saya dari Amel) udah lupa,” tambah Amel sambil cekikikan. Saya mengakhiri obrolan malam itu dengan tanpa pamit haha<br />
<br />
{Skip Skip}<br />
<br />
Suatu saat Dena, Nissa dan Putri ada acara perkemahan. SMP Dena ketika itu masih mengadakan Pramuka. Saya seperti layaknya seorang ayah mengantarkan Dena ke sekolah, di sana saya melihat Marin dan suaminya. Kami bertiga mengobrol sangat akrab dan cekikikan.<br />
<br />
Sesekali saya melirik ke arah dada Marin, dengan kaos hitam berbelahan rendah, Marin seolah sengaja menyilangkan tangannya di dada yang membuat payudaranya seolah menengok keluar dan ingin menyapa saya. Karena sudah lama tak merasakan belaian wanita, sepertinya gelagat saya terbaca oleh Marin. Ia hanya senyum-senyum saja.<br />
<br />
Tak lama kemudian Rei mendapat telepon bahwa dirinya harus segera ke luar kota karena sang ibu sedang sakit. Ini membuat keduanya sempat mengacuhkan saya. Tetapi akhirnya mereka selesai berunding dan membuat Marin stay di Jakarta karena harus menjemput Nissa hari Minggu. Rei akhirnya pergi dahulu membawa mobil untuk bersiap-siap ke bandara.<br />
<br />
“Anterin gua balik ya ganteng,” ujar Marin ke saya bahkan ketika suaminya belum jauh melangkah. Saya tak sadar bahwa ini adalah rencana Marin untuk stay di Jakarta. Meski begitu, sebenarnya saya sudah biasa mengantar Marin pulang.<br />
<br />
Di jalan kami mengobrol biasa namun saya tak bisa melepaskan kesempatan mencuri pandah ke belahan dada Marin. Namun seperti yang saya katakan tadi, saya terlalu lugu untuk kembali mengendalikan wanita sehingga perilaku saya dengan mudah terbaca Marin.<br />
<br />
“Di..Di...Gua kenal lu udah sembilan tahun baru kali ini gua liat lu kaya gini. Perlu gua buka?” ujar Marin menggoda dan saya hanya terbata-bata menjawab pertanyaan tersebut. Dengan nekat Marin membuka kausnya yang membuatnya topless di dalam mobil saya, di tol. Sungguh ini membuat saya merinding.<br />
<br />
“Wah gila lu Rin, pake lah! Entar kalo diliat orang gimana? Dikira macem-macem kan berabe!” ujar saya sedikit panik karena saya memang panik.<br />
<br />
“Make? Lo mau make gua? Ayo aja sih!hahaha santai aja kali Di,” tambah Marin santai. Saya memang maklum karena menurut pengakuannya, Marin dan Rei memang maniak seks. Tetapi Rei tak mampu memuaskan Marin.<br />
<br />
Marin akhirnya baru mengenakan baju ketika memasuki kompleks. Kompleks di kawasan Bintaro memang mewajibkan buka kaca. Sesampainya di rumah Marin meminta saya untuk tinggal sejenak dan akhirnya saya menyetujui.<br />
<br />
Kami akhirnya ngobrol di teras belakang yang terdapat kolam renang. Setelah sang pembantu menghantarkan minuman, Marin memastikan bahwa sang suami sudah ke bandara kepada si pembantu. Ia lalu memerintahkan pembantu untuk stay di kamar.<br />
<br />
“Di lo lagi banyak kerjaan ya? Keliatannya kaku gitu belakangan? Rileks aja lagi, malem minggu Dena juga lagi have fun di sekolah. Lepasin aja ah,” ujar Marin menggoda sambil menyenderkan kepalanya di dada saya. Suatu hal yang sering terjadi di antara kami bertiga namun sebagai sahabat.<br />
<br />
Saya kemudian langsung menceritakan keluh kesah saya di kantor seperti biasanya kepada Marin. Entah mengapa saya sangat emosional dan seakan semua kemarahan di kantor akhirnya terlepas. Mendadak Marin bangkit dari bahu saya masih dengan keadaan duduk di sofa, ia menghadap saya dan masih terus mendengarkan cerita.<br />
<br />
Tetapi mendadak ia mengecup bibir saya dengan manis. Ia lalu melepaskan kecupan singkatnya bahkan saya tak sempat membalasnya. Dengan gerakan manis ia mengarahkan bibirnya ke telinga saya dan membisikan. “udah ah marahnya, lupain aja ya?”<br />
<br />
Kontan saya langsung mengangguk pelan tanda setuju. Ia kembali menaruh wajahnya di depan saya, tak lama berselang kami saling berpagutan. Bibirnya yang tipis seolah mengajari saya berciuman kembali. Sayapun seolah teringat kembali caranya berciuman. Dengan nabsu menggebu saya melahap bibirnya, lidah kami berpagutan, lenguhan tecipta dan menimbulkan nada birahi di halaman belakang.<br />
<br />
Saya kemudian melucuti kausnya yang secara langsung memperlihatkan saya kepada dadanya yang besar menurut saya. Ia pun tak kalah dan langsung melepas polo saya. Kami terus melanjutkan ciuman namun saya masih canggung untuk menyambi menggarap dadanya. Dengan tak melepas pagutan, Marin berusaha meraih tangan saya ke dadanya. Di sana saya sudah mulai berani meremas dada kiri dan kanannya.<br />
<br />
Dada yang sudah lama saya idam-idamkan, kekenyalannya sangat pas untuk diremas serta puting kecoklatannya membuat saya teralih. Saya melepaskan pagutan dan mengarahkan bibir saya ke puting kiri.<br />
<br />
Marin melenguh hebat dan membuat saya sadar bahwa puting adalah salah satu daerah mematikan baginya. Dada kiri saya habisi giliran dada kanan. Lenguhan marin semakin keras dan tak terkendali. Saya tak peduli karena untuk pertama kalinya selama 15 tahun saya merasakan nikmatnya payudara wanita.<br />
<br />
Sambil terus berpagutan saya meraba-raba celana pendek yang ia kenakan. Saya beberapa kali menyelinapkan jari saya namun karena hebohnya ciuman membuat saya tak berbuat banyak. Akhirnya Marin naik ke pangkuan saya dan membuat tangan saya kini memiliki kesempatan untuk membuka resletingnya.<br />
<br />
Namun mendadak Marin berdiri dan melangkah mundur. Itu membuat saya sedikit kesal dan tak bisa apa-apa. Perlahan Marin berjalan mundur dengan tetap menatap saya. Dengan tawa manisnya melihat saya kesal, Marin membuka celana yang rupannya menjadi benteng terakhirnya. Ia kemudian juga membuka ikatan rambutnya dan membiarkannya tergerai sampai ke bahu.<br />
<br />
Setelah benar-benar telanjang, Marin melebarkan tangannya dan menjatuhkan diri ke kolam renang. Rupanya ia memancing saya untuk bercinta di dalam air,pikir saya saat itu. Tanpa pikir panjang saya langsung menyusul ke kolam. Tentu setelah melepaskan segalanya.<br />
<br />
Di dalam kolam kami kembali berpagutan dengan ganas. Saya langsung meraba payudaranya kembali. Entah mengapa saya penasaran dengan vaginanya tetapi payudaranya selalu mampu memanggil saya untuk meremas.<br />
<br />
Asik-asiknya berpagutan, Marin kembali mengambil inisiatif, ia meraba batang saya yang sudah sedari tadi menguat dan mengeras.<br />
<br />
“Ini nih yang kamu bilang 20 cm? Ternyata bener ya?” ujar Marin yang memang pernah menanyakan ukuran saya di grup BBM.<br />
<br />
Dengan sigap Marin langsung menarik saya kedaerah dangkal yang terdapat tangga untuk rebahan di dalam kolam. Di sana kami terus berpagutan sambil Marin rebahan di bawah sementara saya di atas, hanya sbagian badan Marin yang terendam air.<br />
<br />
Genggaman Marin sangat kuat bahkan cenderung meremas. Saya kemudian baru ingat bahwa vaginyanya kini sedang dalam lowongan untuk dijamah. Saya kemudian memutuskan untuk mengutus jari telunjuk danjari tengah saya untuk meraba vagina Marin yang bersih tanpa bulu. Saya usap-usap gundukan menawan tersebut dan membuat Marin sedikit terhenti dalam mencium saya.<br />
<br />
Tugasnya untuk memagut bibir saya berakhir sudah ketika saya memutuskan untuk memerintahkan jari telunjuk lebih dalam mempelajari medan pertempuran. Hebatnya, agen saya tersebut langsung menemukan klitoris yang menjadi kunci kemenangan perang saya malam itu.<br />
<br />
Tak habis-habis saya gesekan jari saya ke klitoris tersebut dan membuat Marin sedikit berteriak merasakan kenikmatan dari sahabatnya. Sekita 10 menit saya melakukan fingering dan akhirnya ia memeluk saya dengan erat tanda orgasme pertama.<br />
<br />
Setelah dua menit istirahat, Marin mengarahkan penis saya ke vaginanya. Rupanya ia penasaran dengan milik saya.<br />
<br />
“Okeh, buktiin ke aku kalau penis kamu lebih jago dari jali telunjuk kamu yang kecil itu,” tantang Marin,<br />
<br />
Spontan saya yang terpancing langsung memasukan penis saya ke dalam vagina saya. Marin terhentak tanda dirinya cukup terkejut. Anehnya saya saat itu juga terkejut. Dengan pengalaman dan fantasy liar yang ia ceritakan, entah mengapa vagina Marin terasa seperti perawan. Sangat rapet.<br />
<br />
“Tahan-tahan Di, suami gua ga segede ini. Bentar. Pas gua tahan napas, baru lu masukin. Tapi pelan!” perintah Marin yang sekaligus menjawab pertanyaan ku.<br />
<br />
Sesuai arahan saya masukan secara perlahan sesuai kode dari Marin. Namun baru setengah jalan Marin mengeluh. “Gila ini belum semua?!”<br />
<br />
Saya langsung memagut Marin dan menghenti penetrasi sementara. Ketika Marin sudah mulai melupakan penis saya di vaginanya karena nabsu berpagut, saya pun kembali menyodok. Namun kali ini dengan keras dan membuat penis saya masuk semua.<br />
<br />
“Fuucckkkk!!!” teriak Marin keras sekali sambil mencakar punggung saya.<br />
<br />
Saya kembali menciumi bibir manis Marin. Saya yakin cara ini akan kembali mehilangkan rasa sakitnya. Awalnya Marin terengah-engah dan tak meladeni ciuman saya. Namun perlahan ia mulai merespon dan tak sadar saya mulai melakukan goyangan.<br />
<br />
“Gila gua ngerasa penuh banget di, gua takut gerak. Parah. Lo goyang dikit aja gua udah ngilu. Sakit tapi nagih,”<br />
<br />
Sekitar 20 menit saya di atas dan menggenjot Marin dengan tempo sedang. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya klimaks. Lagi-lagi kukunya berkenalan dengan punggung saya.<br />
<br />
“Di gua udah gak kuat...hari ini gua capek banget dan kayaknya gua gak bisa ngeladenin perjaka kaya lu. Gua masih bisa seronde lagi tapi lo bebas deh gua pasrah,” ujar Marin terengah-engah.<br />
<br />
Saya langsung memintanya untuk menungging. Kali ini saya minta ia kembali sedikit memasuki kolam. Saya lalu melakukan doggy style. Parahnya posisi ini membuat penis saya seolah semakin masuk dan merasakan pijatan indah dari vagina Marin.<br />
<br />
Mendapat lampu hijau saya mulai melupakan Marin dan kalap. Saya memacu dengan cepat dan tak menghiraukan teriakan Marin. Namun tak lama Doggy style, Marin kembali orgasme untuk ketiga kalinya.<br />
<br />
Mengetahui Marin Orgasme saya pasrah. Saya yakin ronde saya sudah berakhir tanpa klimaks. Namun mendadak Marin bangun kembali dan menatap saya.<br />
<br />
“Gila luh! Tiduran!” bentak Marin, ia lalu menatap saya dengan mata membunuh. Ia berjongkok di depan muka saya, saya langsung mengoral Marin. Saya heran, kemana Marin yang tadi terengah-engah menyerah?<br />
<br />
Namun tak lama saya mengoral, ia lalu mengarahkan vaginanya ke arah penis saya. Dengan ragu-ragu dan memprediksi kesuksesan, Marin berusaha untuk memasukan penis saya ke dalam lubang kenikmatannya.<br />
<br />
Perlahan Marin memasukan penis saya dengan sempurna. Ia juga mulai bergoyang maju mundur dan naik turun. Saya hanya bisa diam melihat payudaranya yang memantul-mantul. Namun karena saya sudah tahu Marin agak kelelahan, saya membantu menaik-turunkan pinggul saya.<br />
<br />
Kami pun terus meningkatkan tempo dan akhirnya saya sudah bisa merasakan ingin menghabisi semuanya dan mengeluarkan sperma.<br />
<br />
“Rin, gua mau keluar”<br />
<br />
“Di dalem aja. Aman tapi bareng ya, gua mau lagi nih.”<br />
<br />
Kami kemudian kembali terdiam karena berkonsentrasi untuk meningkatkan tempo. Sampai akhirnya:<br />
<br />
“Ah kerasin di, bentar lagi!!! Ahhhhhhhhhhhhhhhhh Fuck anjing enak banget!” lenguh Marin.<br />
<br />
“Ahhhh ” lenguh saya pelan karena saya tak bisa menghentikan keluarnya sperma yang sudah lama terpendam. Bahkan saya seolah kaget sendiri dengan tak hentinya sperma yang keluar.<br />
<br />
Kami kemudian kembali berciuman namun kini dengan mesra. Saya kemudian memeluknya masih di tangga kolam renang yang datar.<br />
<br />
Namun mendadak kami panik karena ruang tengah tiba-tiba menyala. Memang posisi kami terhalang perabotan di teras, namun kami dapat melihat apa yang terjadi di ruang tengah dengan jelas.<br />
<br />
Marno sang supir yang baru saja mengantarkan suaminya terlihat menatap pintu kaca teras dan melangkah ke teras belakang. Kami berencana untuk bersembunyi di dalam kolam. Namun mendadak sosok pembantu wanitanya menghalanig Marno.<br />
<br />
“Eh eh eh! Mau ngapain! Sana balik udah malem!” tegur pembantu wanita Marin.<br />
<br />
“Enggak, itu kok pintu belakang masih kebuka. Iki ya aku mung mulihke kunci kok. Kowe ki yen arep turu dicek lawange!” ujar Marno yang kemudian pulang.<br />
<br />
pembatu Marin yang melihat Marno pulang langsung mematikan kembali lampu tengah dan kembali ke kamarnya.<br />
<br />
Saya dan Marin hanya bisa tertawa. Kami terus menghabiskan waktu sampai tengah malam sambil terus berpelukan dengan telanjang. Kami saling mengelus namun tanpa tindakan lebih. Malam itu saya pulang dengan bahagia.<br />
<br />
<br />
NB: Buat anda yang ingin bayangin Marin kaya apa, doi mirip Marlene nya Niki Lauda di Film Rush. Sepintas menurut saya. mengingat Marin ada Bulenya. Nah entah kebetulan atau apa, di Film Rush itu Marlene sama Niki Lauda emang sempat berenang topless..<br />
<br />
Tapi saran saya, pertahankan imajinasi anda semua. Imajinasi kita adalah satu-satunya perisai untuk bertahan di sini hehe.<br />
<br />
Ditunggu kritik dan saran anda, kalau tulisan saya ada yang menyinggung atau ada kemiripan dengan salah satu tokoh diatas mohon diinformasikan... Saya harap komentar dari anda semuanya.<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-20635043105422330962017-01-04T09:56:00.000-08:002017-01-04T21:31:10.634-08:00Menjadi Liar Setelah 15 Tahun MendudaHalo para penghuni Kumpulan Cerita XXX. Perkenalkan saya Rinaldi seorang lelaki berkepala empat yang memiliki seorang anak yang baru masuk SMA dan seorang istri. Saya akan cerita banyak tetapi perkenankan saya memohon kesidaan serta maklumat dari para suhu karena saya seorang newbie yang tak hilang dari kesalahan dan kekilafan.<br />
<br />
Ini adalah cerita saya. Anda boleh berpendapat ini fiktif tapi juga bisa berpendepat sebaliknya. Saya tak akan membenarkan atau menyalahkan karena saya mempersilahkan anda untuk memiliki pendapat masing-masing. Satu hal yang saya minta adalah untuk tidak meminta mulustrasi dan lain-lain. Ciptakan karakter suhu-suhu sendiri dan pelihara itu sampai saya tak lagi menulis cerita..<br />
<br />
<b><u>Perkenalan</u></b><br />
<br />
Seperti yang sudah saya katakan di awal, nama saya Rinaldi. Saya memiliki anak perempuan berusia 15 tahun dan baru saja memasuki masa SMA. Sedang bandel-bandelnya. Mengenai status pernikahan, saya baru saja menikah kembali setelah 15 tahun menduda.<br />
<br />
Istri pertama saya meninggal tepat saat melahirkan anak tercinta saya, Dena. Sejauh ini saya tak akan menceritakan mengenai alm istri saya karena bagi saya itu tidak menarik. Saya akan banyak bercerita yang mungkin tidak sesuai lini masa tetapi cukup mampu dinikmati. Yah kayak nonton star wars lah, kebalik balik tetapi tetap yahud.<br />
<br />
Saya adalah seorang anggota direksi di salah satu perusahaan media yang tergabung dalam grup perusahaan besar di Indonesia. Jabatan saya yang berada di bawah CEO membuat saya bertemu langsung dengan banyak jenis manusia.<br />
<br />
Saya memulai karir di media sejak lulus kuliah. Menghabiskan dua tahun di lapangan membuat saya memutuskan untuk mengambil S2 Digital Marketing di Australia. Di sanalah saya bertemu dengan istri saya.<br />
<br />
Sepualang dari Australia dengan gelar S2, saya dan istri memutuskan untuk menikah tak membutuhkan waktu lama bagi kami untuk mendapatkan Dena. Namun sayang istri saya meninggalkan kami dan jadilah saya seorang single parent.<br />
<br />
Beruntung ketika saya kembali dari Australia saya tak lagi kerja di lapangan, jabatan saya sudah terbilang mapan dengan bertindak sebagai Redaksi Pelaksana. Namun karena CEO melihat latar belakang saya, maka pindahlah saya meninggalkan ruang redaksi dan naik ke bagian yang lebih tinggi.<br />
<br />
Memang jabatan yang berat untuk mendongkrak perusahaan namun setidaknya saya memiliki banyak waktu untuk membesarkan Dena. Kerja di media juga membuat saya fleksibel berinteraksi dengan anak saya sampai dia besar.<br />
<br />
Semua berjalan indah bagi kami berdua. Saya benar-benar tak tertarik untuk mencari pasangan atau sekedar teman kencan. Sampai akhirnya Dena menjadi anak mandiri dan memasuki dunia SMP. Ia sudah bisa ditinggal ayahnya dan mau dijemput oleh supir ketika pulang.<br />
<br />
Sejak itu saya mulai memiliki waktu luang untuk memperhatikan diri sendiri, memperhatikan pegawai wanita, bahkan memperhatikan wali kelas Dena. Sebagai catatan, saya pria 170cm dengan warna kulit coklat muda. Orang-orang bilang saya manis namun terlihat tegas.<br />
<br />
<br />
<br />
Dan Petualangan pun dimulai..<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-31259792975914333052017-01-04T09:43:00.000-08:002017-01-04T21:36:17.184-08:00[Liban Story] Teh LiliesLiban tersenyum mengingat kisah itu dulu, awal yg pertama kali mencoba rapalan, dan kehilangan perjaka nya oleh teh lies, memang stlh itu mereka sering mengulang lagi kalau ada kesempatan, tp semenjak teh lies kerja ke Bandung, kesempatan itu makin jarang, dan akhirnya liban pindah ke jakarta. Sudah lama sekali liban tidak bertemu teteh nya, saat bbrp kali pulang, selalu teh lies nya sdh kembali duluan, utk bertemu di Bandung, rasanya liban segan, takut mengganggu... Dan sore ini, liban yakin teh lies ada. Liban rindu dgn teteh nya yg montok, yg berisik bila di ewe, yg genit kalau ngobrol, liban sudah membawakan hadiah utk teteh nya yg montok, dan yakin, nanti malam dia bakal di berikan service birahi oleh teteh nya!<br />
<br />
Saat liban memasukan mobilnya di perkarangan, mamahnya sudah menyambut anak semata wayang nya,<br />
<br />
" a'aa mau mandi dulu... Biar mamah masakn cai haneut... (air hangat)" kata ibu liban dgn lembut...<br />
<br />
" aahh udah mah, nanti liban bikin sendiri..gampang..nanti malam kita makan di restauran yah mah..liban mau traktir mamah...kalo teh lies aya..." tanya liban...<br />
<br />
" ada tuh, di kamar kamu kamu..dah di situ 2 hari, tadi sih nyariin kamu...kunaon aa? (ada apa sih )" kata mamah nya...<br />
<br />
Lies biasa nya kerja di luar kota, dan kebetulan sedang pulang kampung.<br />
<br />
" ah nggak, mau ngajak sekalian nanti malam mah.." jawab liban.<br />
<br />
" ajak atuh..masa di tinggal..hahaha.." kata mamah liban.<br />
<br />
Langsung liban menuju rumah kecil yg di jadikan kamar nya, tempat dia tidur dulu, dan sebelumnya itu adalah tempat ayah nya menerima tamu, agar tidak mengganggu istri dan anaknya.<br />
<br />
Tok..tok..tok...<br />
<br />
" tehh..." kata liban sambil mengetuk pintu...<br />
<br />
" eh a'aa..kata lies sambil buka pintu, dan matanya melihat ke arah rumah utama... Dan setelah yakin mamah liban sudah masuk, lies menutup pintu lagi. Saat lies membalik badan, liban langsung memeluk dan menicum bibir lies dgn ganas...<br />
<br />
" oohhmsss..hnngsss..." lies mulutnya mendesah2 saat bibir nya di kulum liban...<br />
<br />
" a'aa..ohhh...hmmss... Masih nakal..." kata lies, masih sambil di peluk dan di cium... Tangan liban meremas gemas pantat lies, yg cuma memakai celana pendek...<br />
<br />
" udah ah 'aa..nanti ajahh..sshhh...teteh sieun (takut) ketahuan mamah kamuuhh..hmmss..a'aa..sshh..." lies menikmati tangan liban yg sudah mendarat di payudara nya yg masih di bungkus kaos tipis dan BH, tp jemari liban yg meremas nya terasa bagai menembus kulit, puting nya seketika mengeras, lubang kemaluan nya langsung basah... Lies takluk dgn pesona liban yg memang menawan... Apalagi skrg liban sudah sgt beda, lebh keren, trendi, dan jelas, macho...<br />
<br />
" teh..hmmss... Nanti malam kita makan di restaurant yah..samaa mamah..hmmss..wangi teteh...hmmss.." liban masih mencium cium lies dgn napsu, tangan nya dgn nakal meremas2 gundukan daging kenyal milik lies.<br />
<br />
" oohh hayuuu aa..sshhh..." kata lies menahan geli..." teh..liban bawain oleh2..tuhh.." kata liban sambil trus meremas toket lies...<br />
<br />
Lies, bagai tdk perduli, matanya terpejam menikmati rangsangan dr liban... Yg salah satu tangan nya malah mengelus gundukan vagina nya... Dan liban memasukan jari nya ke dalam celana pendek lies, dan terasa bulu halus lies yg sengaja di cukur rapih... Dan menuju belahan memek nya, yg sudah sgt banjir... Jari tengah liban membelah dgn mudah ke dalam lubang lies...dan menyentuh itil lies yg sudah berkedut2...<br />
<br />
" aaghh..sshhh.a'aa..oohhh..hmmsss...enaakk aa'aa.." lies merintih pelan...<br />
<br />
Liban langsung memutar jari nya sambil merapal ajian nya, lies langsung mendesah, sambil melebarkan lagi kaki nya.<br />
<br />
" iyahh, a'aa..oohhh..sshhh..truss 'aa..aahhh..aahhh..sshh tetehh..oohh,sshh makin pinteerr.aahh.." seperti biasa lies selalu bawel kalo lagi di " nakalin", dan ini selalu membuat liban tambah napsu, racauan lies membuat liban menjadi tambah semangat ngerjain memek nya, lalu liban dgn tangan satunya menarik kaos lies ke atas, sekaligus BH pink nya, dan keluarlah tete lies yg berputing coklat tua itu, dgn ganas liban langsung menghisap... Lies makin menjadi2, rintihan nya semakin ga jelas, liban memang pandai membuat lies birahi...<br />
<br />
" a'aa..sshh dah lama ga nyuussuu yaahhh..sshhh...enaakk susuu tetehh 'aaa..aahhh..sshh oohh rasaaahh nyaahh..oohh...tteteehh ..a'aa..sshhh...AAAAA'AAAA..ooghhh!" lies menyemburkan cairan dari itilnya, orgasme nya sudah datang... Dan rasanya begitu lega, lies menikmati jari liban di dalam memek nya...itil nya berkedut2, liban yg tau lies sdh orgasme, segera menekan jarinya di itil lies...<br />
<br />
" nakal kamuh aa..mau masukin sekarang...apah mauh teteh hisap " kata lies genit sambil membelai kontol liban yg sudah ngaceng...<br />
<br />
" hmm..nanti aja habis makan... Bakal saya gempur si teteh..." kata liban sambil menarik tangan nya dari celana lies...<br />
<br />
Lies masih lemas...dia duduk di sofa kecil, masih menikmati orgasme nya, bahkan kaos nya masih terbuka, susu montoknya masih terlihat, liban yg masih kentang jelas jadi horni lagi, tp mengingat waktu, jelas tidak memungkinkan, liban mengambil bungkusan, dan memberikan ke teteh nya yg lemas...<br />
<br />
" nih buat teteh..." kata liban<br />
<br />
" oh, naon iye aa (apa ini a'aa)... Eh Hape..aduh..." lies langsung segar, kaos nya di turunkan dan membuka kardus hape, pemberian liban, sebuah hape pintar, dan cukup canggih, liban memang cukup royal, dgn mamah dan teteh nya, karena masa kecil nya sesudah ayah liban meninggal, mereka lah yg mengurus liban di keseharian nya.<br />
<br />
Malam itu mereka bertiga makan di restaurant, jarak nya memang agak jauh dr rmh ortu Liban, karena harus keluar dulu dr desa liban, menuju jalan utama, lalu mengikuti jalan utk menuju ke restaurant yg cukup besar dan mewah utk ukuran penduduk desa disana. Liban bahagia, melihat mamah nya makan dgn lahap dan banyak cerita ttg kehidupan sehari2, juga teteh lies yg trus senyum, karena dapat HP baru dr liban... Keluarga kecil liban malam itu sungguh bahagia...sudah lama liban tidak sebahagia ini... Sehabis santap malam, liban sebenarnya masih ingin pergi lagi, sekedar mengajak mamah nya jalan2 malam, tp apa daya, malah minta pulang karena mengantuk.<br />
<br />
Akhir nya dgn rasa sungkan liban mengantarkan mamah nya utk pulang, sesampai di rumah, liban mengantarkan mamah nya ke rmh utama, dan sejenak berbincang2, dan akhir nya mamah nya masuk kamar utk tidur, tinggal liban dgn teteh nya.<br />
<br />
" teh, ke tempat liban aja, sekalian di ajarkeun cara pakai HP na..." kata liban, supaya mamah nya ga curiga, padahal liban masih napsu sama tetehnya..<br />
<br />
" ah teu kudu,(ga perlu) gegabah,(sembarangan) bisa atuh teteh make na... " jawab teteh nya sambil senyum di tahan.<br />
<br />
Jelas liban sewot dengar teteh nya pura2 ga mau... Karena mamah nya sudah masuk kamar, liban langsung mendekat teteh nya dan dengan cepat meremas susu montok lies, jelas lies berontak karena takut ketahuan..<br />
<br />
" a'aa, iihh apaan sih..ssttt...nt mamah, bangun..." bisik lies yg tak berkutik, di peluk liban dr belakang, dan diremas2 toket kebanggaan nya...<br />
<br />
" mangkanya...nurut atuh..." kata liban, yg menempelkan batang besar nya di bokong lies...<br />
<br />
" duluan gih...nanti teteh nyusul...ngaco...sshhh..iih kamu a'aa..sshhh..udaahhh..." lies, sudah merasa mulai terangsang, tangan liban dgn terampil memutar2 daging montok di dadanya lies dan mulutnya mencium pinggiran leher lies yg putih bersih! Liban menikmati mencium tengkuk tetehnya, bibir dgn ganas menjilati dan menyedot tengkuk mulus lies... Sementara tangan liban dgn nakalnya meremas 2 bongkah daging yg kenyal itu... Lies jadi menikmati paksaan liban, birahi nya jadi terpacu lagi... Bokong montok nya di gesek oleh kemaluan liban yg mulai membesar... Lies malah merintih...<br />
<br />
" aa'aaahhh...sudaaahh atuuhh..sshhhh..." lies menahan lenguh nya...<br />
<br />
" teh...liban tungguu yahhh...." kata liban sambil meremas tete besar lies...<br />
<br />
<br />
Lies di tinggal liban, yg pindah ke kamar nya yg beda rumah... Lies menarik napas... Lalu kedalam kamar utk ganti baju, di lepas bra dan celana dalamnya, lalu memakai daster yg cukup ketat, sehingga lekuk tubuh nya tercetak jelas, bahkan puting nya jelas terlihat nyemplak! Lies melihat bayangan nya di kaca lemari, dan memakai sedikit minyak wangi . . .<br />
<br />
" liesss..." kata mama liban tiba2 dr tidurnya...<br />
<br />
" eehh teteh, kirain geus saree (kirain dah tidur)..hehehe..lies ganggu teteh?Punten (maaf)atuh.." kata lies ketakutan...<br />
<br />
" ga kok lies.. Hoyong ka (mau ke ) liban kamu..." tanya mamah liban kembali dgn lembut...<br />
<br />
" eh iya teh...ga papa kan...lies mau nanya soal hp..." sambung lies..<br />
<br />
" sok wae..teteh mah ngantuk...jaketan atuh...eta pentil meuni jeplak (itu pentil kelihatan)..era atuh,(malu donk) geus bujang eta si liban teh...(dah besar itu si liban)" tiba2 mamah liban kasih tau...<br />
<br />
" ehhh iya...abis risih teh, iyah , lies make jaket..hihiihi..bisa tangtung (berdiri)si liban engke..." kata lies genit...<br />
<br />
Mamah liban hanya senyum melihat kelakuan lies, buat nya biasa melihat lies seperti itu, karena sudah dari kecil dia tahu soal lies..<br />
<br />
Setelah pakai jaket lies menuju rmh kecil tmpt liban tinggal... Liban di dalam nya sudah berganti baju, dia hanya memakai kaos putih tanpa lengan, dan boxer hitam, liban terlihat begitu macho..tangan kekar nya terlihat indah di mata lies, otot liban yg berurat terlihat begitu jantan di mata lies... Lalu otot dada nya yg membusung, kekar terbungkus di dalam kaos putih yg ketat... Dan tonjolan di tengah paha liban, membuat lies teringat, nikmat nya saat dulu di setubuhi liban...<br />
<br />
" teteh...sinii..." kata liban yg langsung menghampiri lies yg mematung di depan pintu...<br />
<br />
<br />
Di dekap lies dr depan, sambil menyibak rambut lies yg panjang, badan lies menempel, di badan kekar liban, lies hanya pasrah, lalu dgn ganas liban mencium bibir lies... Ciuamn ganas dr liban, mengorek mulut lies, menyedot bibir lies, liban benar2 berhasrat utk memuaskan teteh nya malam ini... Jaket nya di tarik oleh liban, sehingga badan lies yg sebenarnya telanjang kini ter pampang dalam bungkusan daster, tangan liban merayap di gundukan payudara lies... Membelai, dan menjalar jalar di area puting . . . Merasakan kenyal dari tete lies... Sementara itu lies hanya melenguh dgn mata terpejam, dia sudah memberikan badan dan hasrat nya utk liban malam ini, lies sudah gatal ingin disodok liban...<br />
<br />
Dgn konsentrasi terbagi, liban kembali merapal dalam hati . . . Lies bagai tersentak... Kemaluan nya menjadi tiba2 sgt gatal... Birahi binalnya makin menjadi... Napas nya makin berat.. Lies begitu melonjak birahi nya dgn tiba2... Kemaluan nya banjir dgn tiba2... Mata nya terbuka, dgn mata penuh birahi lies memohon liban agar segera menyetubuhi nya . . .<br />
<br />
" a'aa...hayuuu atuuhh..oohhh..sshh teteehhh ...piinggiinnnss..." desah lies memohon...<br />
<br />
Liban malah merangsang lies...lidah nya menyambar leher lies, dan menjilat dgn ganas... Lies malah meraung menahan geli... Lenguh nya sudah lepas... Liban membuat dia gila... Bukan hanya lidah nya, tangan nya juga meremas payudara nya, sambil memilin milin puting nya, mereka masih dalam keadaan berdiri... Liban dgn ganas menggauli teteh nya sambil berdiri...<br />
<br />
Lies makin ga karuan, napas nya bagai org yg sedang berlari... Degap jantung nya makin cepat... Liban menyiksa nya dlm birahi... Dan dgn cepat, liban tiba2 menarik ke atas daster lies berbahan kaos... Dgn sekejap..lies bugil dihadap liban...<br />
<br />
" teteh, badan nya makin baguss...' kata liban sembari memeluk dan mengangkat badan lies dalam gendongan nya, di bawa tubuh lies bagai membawa guling, ringan sekali liban mengangkat lies... Badan seksi lies di bawa ke atas tempat tidur nya, dan perlahan direbahkan . . . Lies, kaget, saat direbahkan, kaki nya di buka oleh liban, dan langsung di jilat lubang nonok nya... Lidah liban mengorek memek lies... Lies makin menjerit, rambut liban di tarik, lies melenguh menikmati jilatan liban di lubang memek nya, birahi nya makin memuncak... Rasa geli nya sudah makin menggumpal, dan ingin segera pecah . . . Jilatan liban makin keras, dan akhirnya, lies menjerit nikmat... Pecah sudah orgasme nya...<br />
<br />
" OOGHHHH.... Shhhh...a'aaa..ooghhhh...sshhh..." lies melenguh nikmat...<br />
<br />
Liban menghentikan jilatan nya, lies sudah tergolek pasrah dalam keadaan telanjang bulat, badan yg seksi dgn lekuk yg indah terbujur di atas tempat tidurnya, payudara lies yg montok, terlihat naik turun mata lies masih sedikit terpejam, muka nya begitu terlihat nikmat akibat orgasme dr jilatan liban tadi . . . Liban dgn senyum puas, memperhatikan teteh nya yg terlihat begitu ranum . . . Perlahaan liban membuka baju dan akhirnya telanjang bulat, lalu dgn perlahan liban mendekati teteh nya yg sudah pasrah . . .<br />
<br />
" teh, makin cantik sih . . . " kata liban . . .<br />
<br />
Lies senang liban membuai dgn rayuan, dan itu membuat lies makin terangsang, lalu dgn erotis , lies bangun mendekati Liban . . .<br />
<br />
" manuk (burung) a'a asa makin gede aja ban . . ." kata lies sambil memain kan batang nya, lies sungguh takjub dgn ukuran dan kekar nya kontol liban, bentuk nya bagus, lurus dan bersih, palkon nya memerah, batang nya berurat dan tdk berkulit hitam, lalu dgn perlahan, sambil melirik ke liban, lies mulai menjilat ujung penis liban, mulutnya perlahan menghisap, ujung nya, dan lidah nya bermain2 di palkon liban . . . Liban menikmati kuluman teteh nya, lies memang pandai menghisap kontol suami nya dulu, dan kini kontol liban yg jauh lebih besar dr suami nya dulu, ada dalam mulutnya . . .<br />
<br />
"a'aa...ughh..ghelloo...hmmss...ghedee...hufsss..." kata lies sambil menghisap batang liban...<br />
<br />
Mulutnya ga mampu utk memasukan semua batang nya, terasa pegal bibir lies, lalu lies sambil mengocok batang besar liban, dia menghisap2 kantong pelir liban . . .<br />
<br />
" aahhh.sshh tetehh..shhh, enaakkk tehhh..sshhh..." liban meracau, tangan nya sambil terus meremas2 toket lies.<br />
<br />
Setelah lies puas menghisap kontol liban, lalu lies membuka kaki nya melihatkan indah vagina nya yg berbulu halus, dan perlahan liban memasukan kontol besarnya ke dalam memek lies yg masih sempit . . .<br />
<br />
" aaghhh a'aa, asaann..aahhh..sshhh..makinn ageung eta manuk na (makin besar burung nya). . ." celoteh lies, saat kontol lioban perlahan menerobos masuk memek nya . . .<br />
<br />
Memek lies begitu terasa penuh, dan ujung kontol liban yg akhirnya mentok, terasa menggaruk ujung rahimnya, lies merintih keras, dan meliuk2 . . . Kontol liban bagai merojok keras di dalam memek nya, lies merasa begitu nikmat, apalagi saat liban mulai menarik dan mendorong masuk lagi . . . Lies langsung mendesah keras, untung jarak rumah agak jauh sehingga, lenguh nya lies tdk akan terdengar jelas . . Liban juga merasa nikmat, ini memek yg mengambil perjakanya dahulu, liban selalu merinduka teteh nya yg seksi ini, dan sekrg tengah di gauli oleh nya . . . Tangan liban terus meremas tete lies yg cukup besar, mencium bibirnya, dan pinggulnya trus menggenjot lies yg benar2 sudah terkapar dalam kenikmatan, lies bagai tidak perduli lagi atas tubuh nya, malam itu dia berikan utk liban, dan kenikmatan senggama yg sudah lama dia tdk rasakan kini bertubi2 menghantam memek nya . . . Dan tidak sampai 5 menit lies orgasme oleh sodokan kontol liban . . . Lies teriak keras . . .<br />
<br />
" a'aa..sshh aahh..teteehh ..aahhh..AAAHHHH!" lies teriak nikmat . . .<br />
<br />
Liban tidak berhenti mengerjai teteh nya, liban suka melihat ekspresi teteh nya saat orgasme tadi, terlihat begitu seksi dan cantik, dan lies juga makin hot menggoyangkan pinggulnya karena geli yg dirasa . . . Tp liban tidak memberi dia istirahat, sodokan nya makin terasa cepat, lies makin menggila, memeknya yg barus aja orgasme tidak dibiarkan istirahat oleh sodokan kontol besar liban yg hanya masuk separuh . . . Lies trus merintih pelan, dan kadang keras . . . Napas nya tidak teratur lagi, kontol liban benar2 perkasa, kenikmatan di dalam memek nya membuat lies semakin gila, dan akhir nya lies kembali orgasme . . . Dan liban juga masih belum berhenti, dan akhirnya sudah 1/2 jam lies di gauli liban dgn tiada henti, lies juga sudah berkali kali orgasme . . . Dan lemas sudah raga nya . . . Badan indah nya berpeluh membuat terlihat makin eklsotis, liban tdk bosan menjilat tete lies . . .<br />
<br />
" a'aa..sshh kamu tehh gelooo..sshhh..lami pisan ( lama banget) siihhh..sshhh..teteh..aahhh..capeee..atuhhh..." kata lies pelan . . .<br />
<br />
" sebentar teh..aahh liban mau keluar kok...tahan yahhh..sshhh..memek nya teteh makin rapeett..aahhh..." jawab liban sambil menaikan tempo genjotan . . . Dan membuat lies kembali orgasme . . . Lalu di hajar oleh gesekan kontol liban yg cepat di dalam memek nya . . . Akhirnya keluarlah lahar kental liban di dalam memek lies, begitu banyak sehingga tumpah keluar, di tambah lagi cairan dari lies, yg tadi keluar berkali2 . . . Liban menanamkan kontolnya sedalam dalamnya, lies kaget dan terpekik, ada rasa sakit dan geli saat liban menyodok di dalam!<br />
<br />
" a'aa..ngaco ah..naha crot di jero (kenapa di keluarin di dalam<br />
<br />
" . . .iihh..nanti teteh hamil kumaha (gimana). . ." kata lies sambil memeluk badan kekar liban yg sedang menikmati orgasme nya, kontol liban bagai di urut2 oleh kedut2 memek lies . . .<br />
<br />
" ah sabodo . . . Jadi istri liban aja teteh nya . . ." jawab liban masih menikmati orgasme nya . . .<br />
<br />
" ih edun, ga mau, cape badan, di ewe kau mah . . .hahaha . . ." kata lies . . .<br />
<br />
Lalu liban sambil telanjang, menuju kamar mandi, dia mencuci kontol nya dan lalu mencuci mukanya dgn air dingin . . . Sekembali nya liban melihat lies yg terbungkus selimut, badan nya masih telanjang di balik selimutnya, napas nya teratur, terlihat tete nya naik turun dgn perlahan . . . Liban menjadi birahi kembali, padahal baru saja dia selesai orgasme, kontolnya dgn perkasa kembali mengacung dgn tegak . . . Lies mendengar langkah liban, menegok ke arah liban dan terkejut . . .<br />
<br />
" a'aa..iihhh meuni berdiri deui eta manuk . . . ( itu burung nya berdiri lagi)" kata lies sambil cekikikan . . .<br />
<br />
" ah embung ah, teteh hoyong sare . . . (ga mau ah, kakak mau tidur) " lanjut lies lagi sambil narik selimut . . .<br />
<br />
Tapi liban mana mau tau, hasrat nya masih berkobar, napsu nya masih menyala, dgn sekali tarik, selimut itu terbang, tubuh teteh nya yg telanjang, tersaji di atas tempat tidur nya . . . Lies teriak kaget . . . Lalu dgn perlahan liban mengangkat badan teteh nya, dan mencium bibir lies dgn napsu, dgn mudah liban mengangkat badan lies, dan lies melingkarkan kaki nya di badan liban, sambil berdiri liban mencium teteh nya . . . Lalu liban kembali merapal mantra nya . . .<br />
<br />
Seketika lies merasa di bakar birahi lagi, napsu nya menjadi terpancing, memek nya kembali berkedut2 meminta utk di gesek oleh kontol besar liban . . . Lies meritih dalam gendongan liban . . . Lalu liban mencoba memasukan kontol nya sambil menggendong lies, dan zleebb...liban berhasil, lies di ayun oleh liban agar badan nya naik turun mengocok kontol nya, lies menahan tangan nya di leher liban, dan melingkarkan kaki nya dgn kuat di pinggang liban, tapi sodokan liban membuat lies lemas . . . Tiba2 lies terlepas dr gendongan liban . .<br />
<br />
" a'aa..teteh lemesss..iihhh..kamu ahh..nyambung trusss...baru juga tiduran..sshhh..." kata lies manja.<br />
<br />
" teteh saya pangku aja yah . . ." kata liban sambil memutar badan teteh nya dan lalu dia duduk di kursi rotan yg agak rendah . . .<br />
<br />
Lies bagai di hipnotis, dia nurut dgn permintaan liban, setelah liban duduk, perlahan lies, dudk di pangkuan liban, memasukan kontol liban di memek nya, slleebbb...<br />
<br />
" aahhh..sshh 'aaaa...sshhh lebih keras..nusuukkk..oouuhhh..shhh...geliiiaahhh..." lies ga berani memasuk kan sampai mentok, memek nya yg gatal bagai terdesak penuh oleh kontol liban yg besar!<br />
<br />
Lalu sambil menopang badan nya di senderan tangan kursi, lies mencoba utk menaik turunkan badan nya di atas pangkuan liban . . . Tapi ternyata malah membuat memeknya jadi bertambah geli, lies teriak dan merintih, rasa nikmat bercampur geli menjadi satu di dalam memek nya . . .<br />
<br />
" 'aaa.sshh oohh..aahhh..sshhh...geloohh..sshhh.a'aaa..sshhh..." lies meracau keras . . .<br />
<br />
Dan saat mereka sedang dalam pacuan birahi, hujan tiba2 turun, deras membasahi bumi, lies semakin menggila teriakan nya, karena dia yakin suara nya tertutup deru hujan . . . Udara dingin pun semakin menjadi, tp di dalam kamar itu adegan mereka begitu panas, bahkan udara dingin saat itu seperti tidak terasa oleh mereka, badan liban penuh dgn keringat, begitu jg dgn lies, liban begitu menikmati genjotan tetehnya, lies naik turun di atas pangkuan liban, matanya terpejam menahan gejolak, toket lies yg besar di remas oleh liban dari belakang, lies merasakan kenikmatan yg bertubi2 di dalam raga nya, rangsangan dr rapalan liban makin membuat lies gila, memek nya terasa begitu gatal, sehingga membuat lies trus menyodok kontol liban dgn kuat, memek lies bagai terasa penuh , ujung rahimnya terasa terbentur kuat oleh palkon liban, dan rasa nya makin gatal di setiap gesekan kontol liban di dalam rahimnya, lies makin getol menaik turun kan badan montok nya, napas nya makin memburu, rintihan nya makin keras bersaing dgn suara deru hujan . . .<br />
<br />
" a'aaa..sshh enak pisaann..aahh..ssh teteh sayaangg aa'aaa..sshhh..oohhh..a'aaa... Teteh mau kleuarrrss..'aaaa...sshh..oghh iyaahh...sshhh...AAAGHHHH!" lies menjerit hebat . . . Cairan di dalam memek nya kembali keluar, kenikmatan orgasme kembali membuat lies terbang, badan lies terhempas ke belakang, lies di peluk kuat boleh liban, toket nya di remas kuat oleh liban, lies merasakan kenikmatan orgasme yg luar biasa.<br />
<br />
Sesudah orgasme nya sedikit mereda, lies masih merasakan kontol liban di dalam memek nya . . . Kedutan kontraksi di memek nya membuat lies merintih kecil, rasa letupan2 birahi kembali membuat gatal di memek nya . . . Jelas, karena liban masih merapal mantra nya, liban berbisik kepada tetehnya,<br />
<br />
" putar teh badan nya . . . Ngadep ke sayah . . ." kata liban . . .<br />
<br />
Perlahan lies mencoba jongkok di atas kursi rotan itu, dan memutar badan montok nya tanpa melepas kontol liban di dalam memek nya, ada sensasi aneh saat lies memutar badan nya, kontol liban bagai menggelitik dinding memek nya, lies lirih merintih, saat mereka berhadapan, liban mencium bibir lies, dan meremas susu lies . . . Kemudian tangan liban menuju pinggul lies lalu dgn tangannya, liban naik turun kan badan teteh nya, utk kembali mengocok kontol perkasa nya . . . Liban merasakan sensasi luar biasa, kontol nya bagai di kocok benda sempit yg berkedut kedut memijit2 batang nya, dgn tenaga yg kuat, liban trus mengakat badan teteh nya, dan menurunkan lagi, membuta kontol nya keluar masuk dgn gagah di dalam memek lies . . .<br />
<br />
Lies menjadi kegelian, tenaga nya sudah terkuras, tp birahinya muncul trus, membuat lies menjadi ingin trus2an di gauli oleh liban, kini badan nya di naik turun kan oleh liban, lies merasakan kenikmatan dalam setiap genjotan kontol liban, rintihan nya semakin keras, dingin udara pegunungan, tidak terasa oleh mereka, keringat justru penuh membasahai badan mereka . . . Rambut lies yg panjang menjadi basah keringat . . .<br />
<br />
" a'aa..sshhh cepet atuuhh..sshhh..teteeehhh...lemesssshhh...aahhh...ssss..." desah lies . . .<br />
<br />
Liban malah makin cepat memompa badan lies, dan akhir nya lies kembali orgasme yg ntah sdh berapa kali . . . Badan nya memeluk liban dgn erat, menahan sensasi orgsme yg datang bertubi tubi, tp serangan kontol liban malah makin cepat, lies teriak menahan geli yg luar biasa, tangan nya makin erat mendekap badan kekar liban, toket lies yg berdempet dgn dada liban trasa menggesek naik turun, pentil nya makin terasa geli, seluruh badan lies menjadi super sensitif! Liban makin kuat menghajar memek lies . . . Dia berusaha mengejar orgasme nya, trus memacu badan teteh nya, seakan tidak perduli dgn rintihan lies yg makin keras dan brutal . . .<br />
<br />
" ooghhh..oghhh a'aa...geellloohhh..aa'aahhh,sshhh..oohh teteehhh mauuuhh keluaarrr ddeeuiii (lagi)..aaghhh....laaammmaaa pisaannn ..." rintih lies . . .<br />
<br />
Dan akhirnya liban mulai merasakan orgasme nya, batang perkasa nya sudah mulai terasa, ingin mengeluarkan sesuatu, dan makin cepat liban menghajar memek lies, sesaat orgasme nya ingin memuncak, lies orgasme lagi, kali ini lies menggila, kepalanya dia geleng2kan sambil mendongak, tangan nya mendekap keras bdan liban, roh tubuh nya bagai keluar dari raga, melayang ringan di alam kenikmatan, dan tiba2 lies menggigit pundak liban dgn gemas . . . Di mana saat liban orgasme, dan menancapkan batang nya sedalam mungkin . . . .<br />
<br />
" AGHHHH...AAOOOWWW...tetehh..aahhh...kok di gigitt..aaggg..." liban melepas benih laki2 nya di dalam rahim lies . . . Dan akhir nya setelah mereka reda orgasme nya, lies melonggarkan pelukan nya . . .<br />
<br />
" nyeuri atuh teh, naha di gegel an . . ( sakit donk teh, napa di gigit sih)" kata liban, masih sambil duduk.<br />
<br />
" maneh gelo,( kamu gila) ngewe na lama pisan ( ngewe nya lama bgt). . . Lemes tau . . .iihhhh.." kata lies sambil cubit liban . . .<br />
<br />
" hahaha..lemes tapi nikmat kan teh . . . Abis teteh napsuin sih . . . Bikin a'aa pingin trus . . . Nanti lagi yah . . ." kata liban sambil menarik lies ke pelukan nya dan meremas gemas tete lies yg masih montok . . .<br />
<br />
" iihh ogah...mau tidur teteh . . .iihh sanah..apaan siihh..iihh hahaha..gelii a'aa..ssshhh...udah ah...nanti mamah kamu curiga . . .haisss..sanah...itu manuk ngaceng deui ( itu burung berdiri lagi)..amit2..." jawab lies sambil mengambil daster nya . . .<br />
<br />
" kan ujan teteh... Bobo di sinih aja..yah..." kata liban . . .<br />
<br />
" ga mau, nanti kamu ewe in teteh lagi . . . Ngantuk tau . . .aya payung tuh . . ." jawab lies sambil menuju kamar mandi. Setelah keluar kamar mandi, lies sudah memakai dasternya, terlihat cetakan badan lies yg aduhai, liban malah kembali ingin memasukan kontol nya lagi, tp karena dia kasihan, sama teteh nya, jadi liban hanya membiarkan lies bersiap pergi . . . Dan sebelum pergi, liban memeluk lies, dan mencium mesra . . .<br />
<br />
" nuhun (makasih)..teteh sayang..." kata liban sambil sedikit meremas gunung lies yg montok.<br />
<br />
" hehehe..dah sanah...ihh..genit..." lalu lies menuju rumah utama.<br />
<br />
Dan liban tertidur pulas setelah dari kamar mandi!ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-55648730800493569852017-01-04T09:29:00.000-08:002017-01-04T09:31:07.993-08:00Special OrderPetualangan Liban sang SATPAM Komplek<br />
<br />
#2 : <b></b>SPECIAL ORDER<br />
<br />
" siapa kamu... Hei... Toloonnggg!TOLOOONNGGG!"<br />
<br />
" BANGSAATTT...RAMPOOKKK!"<br />
<br />
Teriak seorang perempuan muda yang badan nya berbalut baju tidur, badan sexy nya gemetar ketakutan, keringat dingin mulai keluar dr pori2 kulit nya yg putih bak porcelain. Perempuan itu seorang istri dari pengusaha kaya. Tiba2 di kamar nya ada seorang laki2 berbadan tegap berdiri, berkaos hitam tangan panjang, jeans hitam, juga dgn topeng hitam, yg hanya bolong bagian mata, hidung, dan mulut.<br />
<br />
" silahkan teriak sepuas anda nyonya . . ." teriak laki2 tegap itu, yang tiba2 masuk ke dalam kamar nya yg super nyaman, dingin ber AC . . .<br />
<br />
" tapi saya tau anda...nyonya Carla . . ."<br />
<br />
" eh sapa lu...anjing! Keluar...TOLOONNGG..RAMPOOKKK..." teriak nyonya muda itu lagi.<br />
<br />
" percuma, nyonya, satpam anda, pembantu anda, tukang kebun anda DAN juga anjing anda...hahaha..semua sudah tidur..." kata laki2 itu lagi.<br />
<br />
" anda mau uang...saya kasih, tapi tolong pergi... Suami saya akan pulang...anda lebih baik pergi sekarang..." kata nyonya carla gemetar.<br />
<br />
"HAH!Pulang darimana nyonyaa..hahahahaha!" tawa nya menggema di dalam kamarnya yg luas...<br />
<br />
" suami anda kan ada di Jepang, HAHAHA... Pasti dia sedang ngentot dgn para pemain JAV!HAHAHA.." sambung laki2 itu lagi.<br />
<br />
Lalu dgn cepat laki2 itu mendekat, dan dgn sigap memeluk carla dr belakang, jelas carla meronta, dan berusaha melepaskan diri dari pelukan laki2 yg tidak dia kenal.<br />
<br />
" tenang nyonya, saya tidak akan menyakiti anda, tapi saya akan memberikan hadiah utk nyonya..hmmmm...wangi sekali badan anda nyonya...hmmmm... Anda ulang tahun kan...liat sudah jam 12 lewat . . . Saya akan kasih kepuasan utk nyonya..." kata laki2 itu mengunci gerak dari badan carla, sehingga badan sexy carla menjadi diam dan sulit bergerak.<br />
<br />
" paaakk..ammpuunn...saaayyaah kasihh uaanngg...jaahhngann perkossaa saaayyaa paaakkk..." kata carla ketakutan...<br />
<br />
" tenang nyonyaahh...sayaa tidak suka menyakiti wanita secantik anda...aahhh...sungguh sempurna badan anda nyonya, hmmm..anda masih layak utk umur 25 tahun...ohhh..payudara anda masih kencaangg...hmmmmsss...kulit anda sungguh halusss...dan jelasss..hmmm...wajahh anda sungguh cantikkss...andaa pantasss..utk jadi bintaang koreaa nyonyaahhh..hmmmm" kata laki2 itu memuji, dan tangan nya sudah merayap ke payudara carla. Entah gimana, Carla menjadi sedikit tenang, kata2 lelaki yg akan memperkosanya membuat dia menjadi terbang, rayuan nya sungguh membuat Carla menjadi terhanyut. Suaminya sudah tidak pernah lagi memujinya, bahkan menggauli nya saja hanya sebagai iseng saja, carla sudah tidak pernah puas dalam hal seksual. Hanya dildo yg menjadi pemuas dia di kala kesepian.<br />
<br />
<br />
" aahhh..paakk...ampunnn... " kata carla... Tangan kekar lelaki itu begitu hangat saat menyentuh payudara nya yg cukup besar, puting nya seakan tergesek lembut oleh belaian nya... Carla menjadi sedikit birahi.<br />
<br />
<br />
" nyonyaahhh jaahngaannss tahkutt..hmmmm.. Ahh leherr andaaa wangi sekalihh...hhmmm..rambut anda juga nyonyaaa...malam ini akan saya puaskan nyonyaaa..drpd nyonya memakai titit palsu, lebih baik dgn yang asli...." kata laki2 itu sambil menggesek belahan pantat carla yg sexy.<br />
<br />
<br />
" ohh paakkk..janngaannn...tollonngg paakkk...ammpunnn..." kata carla...gesekan penis laki2 itu di belahan pantat nya, membuat dia berdesir, " oohhh ssshhh..napa akuh menjadi horny...ga bisaa...harus tahaan..aahhh...dia remas lagi toket guaahh siaalaannn..." kata carla dalam hati.<br />
<br />
<br />
" nyonyaahh tenaanngg..nikmaatihh semuaahh..sshhh... Jamiinn nyonyaa akann sukaahh..." kata laki2 itu lagi, lidah nya kini mulai menjilati tengkuk carla yg putih, tangan nya mulai kendur kuncian nya, dari kulit carla terlihat bulu2 kecil nya merinding, carla merasakan bahwa tangan laki2 itu mengendur, dgn cepat dia melepaskan diri, carla bebas dari pelukan laki2 itu.<br />
<br />
" paakk..hahhsss...silahkan keluarr...saya akan berikan uaangg...tp jangan perkosa saya..pakkk..." kata carla dgn napas yg naik turun dgn cepat.<br />
<br />
<br />
" saya tidak butuh uang nyonya...saya butuh badan nyonya...hmmm..cantik sekali anda..." kata laki2 itu sambil membuka pakaian nya sendiri, badan tegapnya, terlihat, otot dada yg cukup sempurna, bahu yg kekar, tangan yg berotot, lalu perut sixpack... Carla melihat dgn jelas, laki2 ini benar2 sexy, dan ada rangsangan yg muncul. Vagina nya berdenyut, dan carla tau dia sudah basah...<br />
<br />
" paakk..ohhh...jahngan mendekaat..saya teriakk..paakkk..toohhllonggsss...paakkk..ssshhh..." carla berniat teriak, dia sudah tersudut di ujung kamarnya, dgn sigap, laki2 itu malah memeluk nya, tangan carla dinaik kan di tembok, lalu dgn tatap nya yg tajam dan dalam, dia menatap mata carla yg bulat dan berbulu mata lentik lewat topeng hitamnya. Carla bagai terlena oleh tatap itu, badan mereka berhadapan, dada carla di buat membusung menekan dada lelaki itu, tapi dekapnya walaupun memaksa, ttp terasa hangat dan lembut. Carla membuang mukanya...<br />
<br />
" paakk jahnngaannn..tolong lepaskann sayaahhh...janjiihh..sshhhaayaahh tdk aakann laporrr..oohh...paakkk..." gemetar carla berkata<br />
<br />
Tapi lelaki itu malah mencium leher carla yg jenjang, lidah nya bermain disana, menyapu naik turun. Carla takut, tapi birahinya begitu menggebu, ada rasa menggelitik di dalam vagina nya, bahkan puting nya begitu terasa mengeras, napas carla sudah sulit di atur, antara takut dan birahi. Jilatan laki2 itu begitu menggelitik, rasanya menjadi nikmat, belum lagi tangan laki2 itu meremas payudara indah nya yg selalu dia jaga. Carla mulai melenguh, merintih, dan lupa akan diri nya sedang di perkosa. Sentuhan lelaki itu membuat dia menjadi terangsang, kemudian, lelaki itu mencium bibir carla, ciuman nya begitu hangat dan mesra, memainkan bibir carla yg tipis mencumbunya begitu mesra, lidah nya bermain dalam rongga mulut carla . . .<br />
<br />
<br />
" aaahhh...sshhh...cumbuannya hebat...oohh napas nya pun berbau mint..." carla berkata dalam pikirannya.<br />
<br />
<br />
Di dalam kamar carla yg luas, ada sebuah sofa, badan carla di angkat dan di bawa ke sofa tersebut. Ada sedikit rontaan dalam gendongan lelaki itu, tapi rontaan itu hanya sedikit dan malah carla mulai menyambut ciuman laki2 itu. Badan sexy carla di baringkan dgn lembut oleh lelaki itu, sambil mereka berciuman...<br />
<br />
" nyonya tenang saja... Saya akan membuat nyonya puas malam ini...aahhh, nyonya carla sungguh cantik..." suara laki2 itu begitu dalam dan lembut, carla bagai di manja oleh pujian2 nya. Seakan dia sudah mulai lupa bahwa dia akan di perkosa.<br />
<br />
<br />
Laki2 itu masih mencium carla yg terbuai, tangan nya merayap di badan mungil nya, lingerie nya yg tipis bukan penghalang berarti utk jamahan laki2 itu, payudara carla yg montok di remas dan main kan ujung nya dgn lembut, perlakuan laki2 misterius itu begitu mesra, dan hangat, seakan tau titik birahi mana saja yg ada di tubuh carla. Tubuh carla menggelinjang, mata nya terpejam, dia menikmati sentuhan binal itu, dia biarkan tubuh nya di jamah. Lalu tiba2 dgn sekali hentak di tarik lingerie itu hingga robek... Payudara carla yg putih mulus terbuka dgn bebas. Bentuknya masih indah, puting nya mengacung ke atas, berwarna coklat muda, carla terkejut oleh robekan lingerie nya, dan dengan malu dia menutup payudara indah nya dgn lengannya..<br />
<br />
" pak sudaahh..aahhh...jangann terusskaannn..." kata carla perlahan, tapi laki2 itu tau, carla sudah takluk, dgn pelan diangkat lengan nya..<br />
<br />
" jangan tutupi nyonya, dada anda sungguh indah, biarkan saya melihat...oohhh...hmmmm"<br />
<br />
" aahh paakkk..sshhh..oohhh...sudaahhh...paakkk..sshhh" carla merintih saat mulut laki2 itu dgn tiba2 menjilat susu nya, dan memainkan puting nya dgn lidah nya, tangan carla di tahan di atas, ketiak mulus nya terbuka, dgn bebas laki2 itu menjilat payudara carla yg indah, lidah nya berputar di daging lembut itu, puting nya di hisap dan di tekan oleh lidah nya.<br />
<br />
<br />
Carla merintih hebat, suaminya tidak pernah melakukan itu padanya, selalu terburu2, dan selalu cepat. Tapi malam itu, benar2 hebat, birahinya menjadi tinggi, rangsangan nya membuat dia terlena, payudara nya yg belum pernah menyusui anak itu, kini di dalam mulut lelaki itu, putingnya di jilati dan di hisap, carla menyerah oleh rangsangan nya.<br />
<br />
" aahhh paakkk..sssshhh...oouuhhhh..." rintih nya.<br />
<br />
<br />
Tangan lelaki itu kini mengarah ke vaginanya, carla tau, dia se akan menanti kelanjutannya, dan benar saja, G string nya di elus2 dgn pelan, carla sudah basah kewanitaan nya dari tadi, dan sentuhan itu malah menambah keras rintihan nya.<br />
<br />
" aahh paakk.. Jaahhnngaannnss..aahhh..." desah nya.<br />
<br />
Tapi jari itu malah merambat masuk, mengelus permukaan vaginanya yg berbulu tipis, kadang clitoris nya tersentuh, carla menjerit kecil, dia ingin agar jari itu mengelus kelentit nya, tapi jari itu dgn nakal nya malah berputar, dan bermain di permukaan, pinggul carla naik, dan turun, bokong sexy nya menggantung meminta utk di remas. Jari itu keluar dr selah G string carla, dan dengan sentakan kasar, putus lah celana dalam itu, carla teriak kecil...<br />
<br />
" aahh paakk..berhenttiihh..oohh..suudaaahhh..paakkk..." rintih nya . . .<br />
<br />
<br />
Carla tak tahan, selagi kewanitaan nya di elus, dada montok nya habis di jilat dan di hisap oleh laki2 misterius itu, ada sesuatu yg besar akan keluar, mulut lelaki itu lalu turun, perlahan dari hisapan di puting, menuju ke perut carla yg ramping, lidah nya berhenti dan memulas pusar bersih nya, carla melenguh menahan geli, dia tahu arah jilatan ini kemana, suami carla selalu hanya sebentar merangsang carla, dan jarang mengoral vaginanya, kini lelaki yg belum dia kenal itu, pasti akan mengoral nya, benar saja, ciuman nya trus turun ke arah vagina nya, karena masih malu dan sedikit ragu, carla merapatkan paha putih nya.<br />
<br />
<br />
" buka saja nyonyaa... Saya mau melihat lubang nyonya..." bisik laki2 itu sambil membuka kaki carla.<br />
<br />
Walo meronta, tp carla kalah tenaga oleh lelaki yg sudah membius nya lewat birahi. Muka carla langsung merah, saat vaginanya di tatap oleh lelaki itu.<br />
<br />
<br />
" paakk..aahh,..sudaahh...maluu..paakk...oohhgghh...sshhh.paaaaakkk...aahhh.." carla bermaksud menutup vaginanya dr tatapan lelaki itu, tapi malah dgn cepat lelaki itu menjilat vagina carla dgn ganas, klentitnya di jilat, dan lubang vaginanya juga di jilat, carla bagai terbang, lidah lelaki itu masuk ke dalam lubang nya, menggelelitik di dalamnya, bagai berputar dgn cepat, mengorek2 isi nya, carla menjerit nikmat, pinggulnya naik ke atas . . .<br />
<br />
" ooh ..ssshhh..yaahhh..paakk..oohhhh..." rintih nya nikmat.<br />
<br />
Lelaki itu memainkan clitoris carla dgn lidahnya, lalu menghisap nya, sambil mencolokan jari ke dalam lobang carla... Seketika carla merintih keras, lupa bahwa dia sedang di perkosa, carla menikmati oral dari laki2 itu, tangan nya sudah bebas, malah dia meremas payudara nya sendiri, carla benar2 menikmati jilatan di vagina nya... Belum 5 menit, tubuh sintal carla menegang kencang, rintihan nya berubah menjadi teriakan terputus... Orgasme hebat melanda tubuh nya, carla menggelepar hebat.<br />
<br />
<br />
" OOGHHH.....paakkk..sshhh..aahhhh" teriaknya, air kenikmatan di kemaluan nya muncrat dgn hebat nya, bahkan selama ini carla tidak pernah tau dia bisa squirt. Carla benar2 mendapatkan orgasme yg super nikmat.<br />
<br />
" bagaimana nyonya, nikmat kan... Hmmm..sekarang saya akan memberi yang jauh lebih nikmat." kata laki2 itu sambil berdiri dan membuka celana jeans nya. Tubuh kekar nya terlihat sempurna, dan carla melotot saat melihat penis besar laki2 itu.<br />
<br />
" paakk janngann..ampunn..paakk sayaa takutt..." carla ketakutan melihat besar nya penis lelaki itu, tapi dia juga ingin merasakan bagaimana nikmat bila penis itu masuk ke dalam vagina nya, penis itu terlihat lebih besar sedikit dr dildo yg biasa memuaskan nya, begitu gagah dan perkasa.<br />
<br />
" ahh tenang nyonya, saya akan pelan2, dan nyonya akan suka..." bisik lelaki itu.<br />
<br />
Tubuh carla di dekati oleh nya, lalu dgn perlahan di buka kaki carla yg jenjang, penis besar itu sudah di mulut vagina carla, hanya sedikit rontaan, carla hanya merintih agar tidak di teruskan... Tapi penis besar itu sudah di ujung vaginanya, kepalanya menggesek bibir vaginanya..dan menimbulkan kenikmatan yg luar biasa, bagaimana kalau masuk, pikir carla. Perlahan lelaki itu memasukan penis nya, saat ujung nya masuk, carla merintih, perlahan masuk lagi, lagi dan trus, akhirnya mentok.. Carla hilang suara nya, penis itu begitu nikmat saat menggesek masuk, rasa gatal nya di dinding vagina nya bagai terobati. Penis itu terasa penuh di dalam rahimnya, menusuk masuk ke ujung nya dan carla tersentak hebat kembali, saat penis itu di tarik keluar dan menggesek kembali dinding vaginanya. Kemudian dgn hebatnya penis itu keluar masuk di dalam vagina nya.<br />
<br />
<br />
" paakk..sshhh..massukk paakk..aahhh..aahh..oohhh.paakk..bessaarrr.." desahnya.<br />
<br />
<br />
Tubuh sexy nya yg mungil bagai tersentak2 saat tekanan penis itu masuk di dalam vaginanya yg berbulu tipis. Carla menikmati sekali persetubuhan itu, kenikmatan nyata ini yg dia cari, dan kini dia sedang menikmatinya, tak selang lama, carla merasa orgasme nya akan muncul, dan penis itu masih trus menggesek nya dgn hebat, carla sudah tak tahan dgn rasa geli dr gesekan penis itu di dalam vaginanya, dan akhir nya dia kembali menegang.<br />
<br />
<br />
" paakk..oohhh..sssaayaahh keluaarr..paakk..aahhh..." rintih nya.<br />
<br />
<br />
Penis itu malah makin cepat keluar masuk di dalam vagina nya, carla menjerit kuat, karena vaginanya makin geli oleh gesekan dari penis besar itu, badan nya berontak melawan geli nya birahi. Kepalanya menggeleng kanan dan kiri, rambutnya tambah berantakan. Penis itu masih saja dgn perkasa keluar masuk di dalam vaginanya. Payudara carla bergoyang naik turun, carla tau, bahwa lelaki ini bakal trus menghajar vagina nya sebelum dia orgasme, tapi gesekan itu membuat dia merasa geli, vagina nya berkedut hebat, klitoris nya trus mengeras, kadang ikut tergesek oleh batang kekar dr penis itu, carla kembali orgasme, badan nya menegang kembali, dan lalu melemas, namun genjotan itu masih berlangsung, carla hanya bisa pasrah, lelaki itu benar2 hebat, dia sudah orgasme berkali2 tapi penis itu bagai masih trus sanggup menyetubuhi nya. Setelah hampir 20 menit, dan carla pun sudah berkali2 orgasme, lelaki itu berbisik.<br />
<br />
" nyonyaa..saya mauu keluaarr..oohhh..nikmat sekali nyonyaa...terimaa pejuhh kuuu..." kata lelaki itu..creett..crettt... Dgn keras penis nya menghujam sedalam mungkin, carla kembali orgasme karena sentakan dalam oleh penis itu saat menyembur, carla orgasme lagi dgn hebat. Napas carla bagai orang yang sedang lari maraton, keringat sudah membasahi badan carla yg mulus. Dengan lelah carla tiduran di sofa nya. Lalu lelaki itu berjalan ke arah celana jeans nya, dan mengeluarkan HP nya, dan menelepon seseorang.<br />
<br />
" halo .. Ini nyonya.. Ada yang mau bicara.." kata lelaki itu menyerah kan Hp ke carla.<br />
<br />
" hah..ssii..siiaaapaah paakk..." kata carla ketakutan.<br />
<br />
" sudah terima saja nyonya..tidak usah khawatir" kata lelaki itu.<br />
<br />
" hha..hhaalooo..." carla bersuara parau.<br />
<br />
" hai beb...pie birthday yahh say...mmuuaahhh...hahaha...surpriseee!" kata suara perempuan di sebrang sana.<br />
<br />
" eehh..siisiaappa yahh..haaalooo..." kata carla sambil berpikir...<br />
<br />
" sapa coba.." kata suara itu lagi..<br />
<br />
"eehh..hmm Lisaa?" kata carla lagi..<br />
<br />
" betul sayang..hahaha.. Gimana puas gak? Hahaha, itu hadiah ultah buat kamu yah dari aku.." kata suara yg bernama Lisa.<br />
<br />
" hah gila kamu Lis, OMG, kalo suami aku tau bisa runyam..gila ah..." kata Carla<br />
<br />
" eits..tenang aja, dah di atur kok sama Ai, you tinggal terima beres..hahaha..puaskan...say, u kan pernah bilang sama Ai, kalo di perkosa kayak nya enak deh, hahaha..inget gak..." kata Lisa<br />
<br />
" ah edan, itu kan bercanda..ampun deh . . . Trus ini siapa.." tanya carla.<br />
<br />
" nama saya Liban nyonya!" kata lelaki itu sambil membuka topeng hitamnya.<br />
<br />
" nah dah kenal kan, tenang aja say, liban itu baik, gua sering jalan sama liban kl gua di jakarta, dan ini adalah kerjaan special buat dia untuk kamu say... Gimana enak kan..." kata lisa.<br />
<br />
Setelah itu mereka masih telponan, liban dgn lembut memberikan selimut di tubuh telanjang carla yg sedang telponan dgn Lisa. Carla menyukai perlakuan Liban yg baik dan ternyata mukanya juga ganteng, seperti blasteran bule. Setelah itu Liban mencari kamar mandi, dan dia membersih kan sisa sperma di penis besarnya.<br />
<br />
<br />
Liban teringat akan permintaan tante Lisa 2 minggu yang lalu, dan hampir 2 minggu juga Liban memperhatikan rumah Carla, dan di mana saja titik CCTV, stlh observasi hampir 2 minggu, Liban menyanggupi special order tersebut. Lisa pun mencari tau kapan suami carla akan keluar negeri, dan ternyata benar saja, bertepatan sekali dgn ultah carla. Dan baru lusa suami carla balik dari Jepang. Liban sudah mendapatkan data lengkap utk order ini, dan sebelum jam 11 malam Liban sudah merapal mantra Sirep Sukma, membuat semua penghuni nya akan menjadi mengantuk, kecuali Carla, karena Liban sengaja tidak mengarahkan kepada Carla.<br />
<br />
" jadi nama kamu Liban" kata carla di pintu kamar mandi, sambil mengembalikan HP.<br />
<br />
" iya nyonya, saya Liban.." jawab liban.<br />
<br />
" hmmm...unik yah nama kamu... Hebat sih kamu, itu nya masih aja berdiri, kata Lisa, kamu adalah kado special buat saya, jadi masih ada beberapa jam lagi sebelum pembantu saya bangun, saya mau lakukan lagi sama kamu . . .dan jangan panggil saya nyonya, panggil carla.. Oohh besar sekali..." kata carla sambil menghampiri Liban, lalu dia jongkok, mengocok batang besar Liban, dan mulai mengoralnya, mulut mungil carla bagai melar di masuki penis besar Liban, tapi carla trus berusaha, Liban menikmati hisapan mulut carla, hanya ujung penis liban saja yg sanggup carla hisap. Liban merasakan rangsangan lagi, penis nya tegak sempurna kembali, hisapan carla cukup membuat dia kembali bernapsu.<br />
<br />
" liban, akuh mau lagi...ohh..sekarang puaskan aku lagi...cepat liban..." carla berubah menjadi binal. Ditarik liban ke dalam kamarnya lagi, lalu mereka yg masih dalam keadaan telanjang bulat naik ke atas tempat tidur, dan carla ingin di atas, sambil jongkok carla perlahan memasukan penis besar itu di dalam vagina nya . . . Blesss, masuklah semua.. Carla menjerit, penis itu bagai menjebol vaginanya ke ujung perut nya.<br />
<br />
<br />
" LIBAANNN...AAHHH..gilaaa..sshhh..besarr sekalii..oohhh.." rintih carla, dia menikmati besar nya penis liban di dalam rahimnya, seperti penuh di dalamnya, belum juga memompa, vagina carla sudah berkedut, dgn perlahan carla menaikan pinggulnya, dan menurunkan lagi pelan2, tidak sampai 2 menit carla kembali orgasme...crett..crettt...carla menyemburkan air kenikmatannya di perut Liban.<br />
<br />
" oohh..akuuh keluarr libannn..aahhh..aahhh.." jerit carla. Lalu dengan lemas, dia mau mencabut penis itu dari vagina nya, tapi liban menahan nya, dan dari bawah liban memompa vagina carla dgn cepat, pahanya di tahan, agar tidak lepas, carla menjerit, vagina nya tidak bisa istirahat, sekarang kembali di gesek oleh penis besar itu, orgasme tadi belum juga selesai rasa geli nya, kini malah mendapatkan gesekan lagi. Carla menjerit hebat, mata nya mendelik ke atas, belum pernah badan nya di siksa penuh kenikmatan oleh suami nya, kini Liban memberi kenikmatan itu.<br />
<br />
<br />
" ooh libaannn..aahh..aahh..nanntiihh..aahhh..oohh..sshh..aahhh..bisaa keeluaarr laagihh..aahh" desah carla ga jelas.<br />
<br />
Lama liban memompa vagina carla dari bawah, dan sudah brp kali orgasme, carla sudah tidak tahu. Kini liban mengganti posisi.<br />
<br />
" aku mau dari belakang yah..." kata liban.<br />
<br />
" oohh..libannn..pelann yahhh.." carla pasrah.<br />
<br />
Setelah carla posisi nungging, liban melihat punggung mulus nya, putih dan bersih, di tambah bokong yg sexy, vagina carla terlihat merah merekah, dan terbuka meminta utk segera di senggama, dengan perlahan liban memasukan penis besar nya, lalu mulai menggenjot carla. Sodokan liban dari belakang, membuat carla lebih merasakan besar nya penis liban, ujung penis liban bagai menggaruk2 dinding atas vaginanya, carla kembali merintih, dia meraung raung keras.<br />
<br />
" aahh libann..oohh..oohh...sshhh..lihhbaannn..ssshh.." desah nya keras, suaranya memenuhi kamar besar nya, AC dingin dalam kamar tetap membuat carla berkeringat, bercucuran jatuh dari tubuh mulusnya. Tangan liban memegang bokong carla, dan trus menggenjot nya, carla sudah tak kuasa menahan gempuran liban, badan nya melemas, sudah berkali2 orgasme yg dirasakan carla. Tapi Liban masih saja dengan perkasa menghujam vaginanya. Dan akhirnya setelah hampir 45 menit liban mulai merasakan orgasme nya akan datang, sebenarnya bisa saja dia menahan, tp karena kondisi, akhirnya liban kembali melepas benih nya di dalam vagina carla...creett..crettt..liban menikmati orgasme nya di dalam vagina carla.<br />
<br />
<br />
Carla langsung jatuh tertidur, wajah cantik nya begitu terlihat puas, carla tersenyum dalam lelap. Tubuh telanjang nya di selimutkan oleh Liban, dan di kecup kening carla. Liban membereskan sisa2 perkosaan nya, lalu dia pergi dari rumah mewah itu dgn santai, setelah diluar, Liban melepas rapalan batal mantera nya. Liban pergi dgn motor matic nya yg dia sembunyikan.<br />
<br />
ENDceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-13974186716706254292017-01-04T09:10:00.001-08:002017-01-04T09:18:09.386-08:00Bercinta Dengan PembantuPetualangan Liban sang SATPAM Komplek<br />
<br />
" nama ku Liban! " kata gua memperkenalkan diri.<br />
<br />
" rani, makasih yah mas Liban, dah bantuin aku tadi. " kata cewe yg bernama Rani ini.<br />
<br />
" kalau sampai hilang, bisa marah nyonya ku." kata Rani sambil senyum genit.<br />
<br />
" ah kan sudah tugas ku mbak sebagai satpam komplek, lagian kok bisa2 nya itu jambret masuk ke dalam wilayah saya! Kalau mbak ga narik saya tadi sudah habis saya hajar, jadi kabur deh tuh bangsat!" jawab Liban sang Satpam komplek.<br />
<br />
<br />
" ya sudah sini saya temani, naik motor saya aja mbak, di blok mana sih..." kata Liban lagi.<br />
<br />
" eh boleh deh mas Liban, ga repotin kan, lurus aja mas, nanti di perempatan besar baru ke kiri..." jawab Rani sambil naik ke motor matic liban.<br />
<br />
<br />
Sepanjang jalan rani seperti menempelkan badan montok nya ke punggung Liban, rani memang terkenal sebagai babu genit di dalam Blok nya, tapi hanya sebatas genit, belum ada supir, kuli atawa jongos bahkan sekurity spt Liban yg sudah berhasil menggaet nya. Liban adalah kepala sekurity komplek, bertugas menjaga keamanan sepanjang jalan besar komplek yg tidak terlalu besar ini, tapi penghuni nya adalah kaum elite kelas atas ibukota!<br />
<br />
<br />
Liban seorang pemuda berbadan tegap, tinggi dan macho! Liban sebenarnya mantan tentara, tapi karena menghajar seorang anak Kolonel, yang kalah bermain biliard dan tidak mau bayar uang taruhan, Liban emosi, dan menghajar badan anak itu dengan menggunakan semua stick billiard yang ada, sampai semua patah! Besok nya malah Liban yang habis di hajar di komando, dan masuk ke dalam buih selama hampir 3 bulan! Seandai nya atasan Liban tidak membantu, pasti Liban masih di dalam penjara, dan hampir setiap hari habis di pukuli! Setelah keluar penjara Liban di berikan pekerjaan oleh mantan komandan nya, Liban di titipkan ke seorang yang sangat kaya, dan Liban di angkat menjadi komandan sekurity di komplek elite tersebut! Kebetulan boss nya punya saham di perumahan itu. Liban adalah seorang anak sebatang kara! Ayah nya konon seorang tentara Amerika yg desersi, lalu berhasil kabur ke Indonesia, lalu menikah dgn ibu Liban yg berdarah Sunda. Nama Liban di ambil dari kata Lebanon! Ga heran liban berperawakan tegap dan berwajah ganteng! Tapi ekonomi keluarga Liban yg kurang baik! Ibunya masih ada dan tinggal di sebuah desa kecil di Ciwidey, Liban merantau ke ibukota utk menjadi tentara, tapi gagal karena kesalahan nya sendiri! Ayah Liban sudah lama meninggal, saat Liban berusia belasan tahun, skrg Liban ber umur 22 tahun, menjelma menjadi pemuda yg ganteng, di balik seragam sekurity nya Liban gagah sekali!<br />
<br />
<br />
Wajar Rani babu ganjen jatuh hati dgn ketampanan pemuda yg baru menolongnya. Tapi liban belum menanggapi dengan serius, Liban memang termasuk penjahat kelamin, dan sering menjual jasa utk tante2 yg haus akan sex! Di tambah dgn ilmu sirep yang di berikan oleh tetangga di desa nya yg termasuk jawara di kampung Liban, sahabat ayah nya. Yang mengajar silat dan berbagai ilmu kebatinan untuk Liban. Dalam boncengan motor nya rani sengaja menempel kan senjata andalan nya, yaitu tete nya yg lumayan besar, Liban tau sedang di goda, dan membiarkan gundukan daging itu menempel di punggung kekar nya. Malah liban dengan iseng membaca mantra birahi utk menggoda Rani.<br />
<br />
<br />
" mas, kok pelan sih motor nya...ssshh akuh mo pipiss masss...." kata rani tiba2, dia kaget, karena tiba2 di kewanitaanya seperti ada yg menggelitik, seperti ada sesuatu yg mengelus, seketika menjadi basah. Rani memang berjauhan dari suaminya, rani termasuk wanita gatelan, di kamarnya selalu ada timun segar atau terong, utk digunakan menggaruk liang memeknya! Tapi rani termasuk babu yg tidak gampangan, belum pernah ada yg berhasil membawa rani ke tempat tidur. Malah rani yg berhasil minta di beliin pulsa, atao sekedar jajan bakso. Tapi saat ini, pesona Liban membuat dia takluk, di tambah rangsangan tiba2, membuat rani menjadi agresip, tangan nya memeluk pinggang liban yg ramping, dan merambat ke perut sixpacknya! Tangan satu nya menahan kresek belanjaan.<br />
<br />
<br />
" ini dah belok kiri, rumah nya di mana mbak..." kata liban tiba2 mengerem motornya sehingga toket rani menekan lebih keras ke punggungnya.<br />
<br />
" ouw mass..aahh...kok rem tiba2 sih...aduh..." kata rani genit.<br />
<br />
" hehehe, abis tuh tete di tempelin di punggung saya terus sih... Bikin gemes aja..." kata Liban cuek.<br />
<br />
"iihhh apaan sih...genit ih mas..jorookkk.." kata rani dgn bibir di cemberutin, " udah mas..ini umah'e..." lanjut rani lagi.<br />
<br />
<br />
Liban berhenti di depan rumah yg cukup besar, lalu rani turun, dan menawarkan minum untuk Liban.<br />
<br />
" mas mau mampir ga...aku bikinin kopi..." kata rani genit.<br />
<br />
" ah ga enak, nanti majikan mu tau, malah marah lagi...nanti2 aja..." jawab liban<br />
<br />
" ga ada kok, sore baru pulang, lagi jemput non sekolah, nyonya ku, tuan sih ke kantor, paling cuma pembantu yang lain, mereka sih takut sama aku.." kata Rani menunjukan kuasa nya. Siang itu rani memakai kaos ketat, bergaris2, di padu dgn jeans ketat yg bolong2, rambut nya yg agak keriting di ikat, mukanya juga di hiasi make up tipis, dan lipstick merah.<br />
<br />
<br />
" ah boleh juga nih babu, dah lama ga ngewe ama yg beginian gua.." pikir Liban. Terakhir dia ML itu malam minggu kemarin, Liban di booking oleh seorang tante dari Semarang, tante yg berusia 35 tahun, masih memiliki body sintal, walo payudara nya tidak terlalu besar, tapi masih berlibido tinggi, Liban menggenjot hampir semalaman, tante Lisa tepar penuh kenikmatan setelah orgasme nya tidak terhitung. Walaupun bayaran dari menjadi gigolo lumayan Liban tetap menjadi sekurity, memang Liban senang menjadi sekurity, sayang cita2 nya menjadi tentara kandas!<br />
<br />
<br />
Liban memasuki perkarangan rumah mewah itu, memarkirkan motor nya dan masuk lewat pintu belakang, dan ternyata rumah tersebut dalam nya luas, ruangan utk pembantu, di pisah, sehingga pembantu tidak bisa masuk ke dalam ruang utama apa bila majikan tidak di tempat, tapi fasilitas utk para pembantu dan supir termasuk lengkap, dari kulkas, kompor, dan TV plasma ukuran 33" ada. Liban sudah biasa memasuki rumah mewah, jadi dia sudah terbiasa dgn situasi seperti ini, Rani memiliki kamar sendiri, dan WC sendiri, pembantu lain nya tidur bersamaan di dalam kamar yg cukup besar. Di sana masih ada 3 orang pembantu perempuan lagi. Dan masih cenderung muda. Pantas saja Rani berkuasa.<br />
<br />
<br />
" ini belanjaan pesanan nyonya, taruh dulu di kulkas sini, nanti kalo nyonya pulang masukin di kulkas depan yah... Kalian jangan keluar rumah, aku lagi ada tamu." kata rani dgn gaya bos.<br />
<br />
<br />
" mas masuk aja ke kamar itu mas...aku mau ambil minum dulu yahhh...." kata nya genit<br />
<br />
<br />
<br />
Liban masuk ke dalam kamar Rani, tanpa menutup pintu, dan duduk di pinggir kasur, utk kamar babu sih mayan gede juga, dan cukup nyaman, dan ga lama Rani masuk membawa kopi kaleng dingin.<br />
<br />
<br />
<br />
" ini mas, enak dingin yah..aduh aku ke WC dulu yah mas..kebelet...sihhh..sshhh.." katanya genit, selagi rani keluar, Liban kembali merapal mantra birahi, dan rani kembali gelisah, dan tiba2 saja badan nya panas, dan memeknya menjadi gatal. Rani cepat2 menuju kamar mandi yg dekat dgn kamarnya, lalu membuka celana panjang nya, lalu di gantung, dan mencoba pipis... Rani merasakan itilnya mengeras, dan tete nya juga mengeras, pentilnya seperti ada rasa geli yg merayap di permukaanya, saat kencing nya berhenti rani menyiram air dan membersihkan dgn jari, dan ternyata sentuhan jari nya sendiri, membuat dia menjadi tambah horni!<br />
<br />
" aduh, aku kenapa yah..sshhh..oohhh..aahhh..enak..sshhhh.." kata rani sambil mengocok itil nya sendiri. Lalu tiba2, TOK2!<br />
<br />
" mbak aku jaga lagi yah.." kata Liban di luar kamar mandi.<br />
<br />
"eh sebentar mas...oohh...sshhh..iyahhh" kata rani gelagapan.<br />
<br />
Rani keluar dgn muka merah, menahan napsu, kepalanya sudah tidak bisa lagi waras, dan yg lebih gila lagi dia lupa memakai kembali celana kembali...<br />
<br />
" mas, jgn balik dulu, sini mas..." kata rani.<br />
<br />
" loh mbak kok cuma pake cawet aja " kata Liban.<br />
<br />
"halah, wah, aku lupa, hayo cepat masuk mas...biyung..." kata rani nyadar kalo lupa pakai celana, pembantu yg lain karena takut sama rani, mereka pura2 tidak melihat, sambil menahan ketawa! Rani cepat2 menarik liban masuk ke kamarnya lagi.<br />
<br />
" napa sih mbak, saya kan harus jaga lagi . . . Kopi nya saya dah minum..." kata liban dingin.<br />
<br />
" mas..ini loh, aduh piye iki, mas liban... Aduh..saya di bantu lagi mas..sshhh..." kata rani dgn muka gelisah, dia menggoyangkan kaki nya seperti orang kebelet kencing, sambil memegang tangan kekar liban.<br />
<br />
" bantu apa sih mbak... Kan saya sudah antar mbak..." jawab liban singkat, liban tau, ini waktunya bermain dgn rani, perempuan ini sudah dalam genggam nya, dan ini hanya tarik ulur supaya rani makin horni!<br />
<br />
" ini loh mas..akuuh..kok jadi pingin..ituh..sshh..aduh isin aku..." kata rani kebingungan, dan rasa rangsangan itu makin kuat, sekarang malah merambat di dalam lubang memek nya, daging dalam nya seperti ada jutaan semut, yg menggelitik geli, rani makin becek... Badannya di tempelkan ke badan liban yg kekar dan tinggi... Rani mau, tapi takut, masih ada perasaan gengsi, dari dalam hatinya, tp lebih dari sebagian sudah sangat menginginkan Liban.<br />
<br />
Liban tau, dan secara iseng malah meremas susu Rani yg bergoyang goyang...<br />
<br />
" tete nya gede sih mbak..." kata liban sambil meremas.<br />
<br />
" aahh mas...aduh..kurang ajar yah...oohhh.." kata rani masih pura2, tapi malah badan nya makin merapat ke badan liban.<br />
<br />
" jangan ah mas..aku punyahhh..oohh..suahmiihh..." kata rani lagi, tangan liban masih meremas, tatap matanya bagai menusuk, lirih rani protes, malah badan nya makin menikmati remasan liban.<br />
<br />
" enak yah mbak, suaminya, pasti sering nete yah mbak..duh masih kenceng nih...." kata liban sambil remas2 tete rani. Rani memegang tangan liban, tapi hanya memegang bukan melarang.<br />
<br />
" eh apa sih mas..ngawur sih..sshhh wes toh mas...nanti di intip.." kata rani melarang, tapi malah menikmati...<br />
<br />
" alah apaan sih mbak... Udah diem aja..nihh..enak gakk..." kata liban semakin berani, skrg tangan malah menggosok memek rani yg masih tertutup celana dalam nya.<br />
<br />
"oohh mass...iihhh...kok mass..aahhh...ojooh mass..akuhh ndakk taahhaaann..." rintih Rani.<br />
<br />
Liban yg sudah sering menghadapi keadaan seperti ini segera mengerti, buat dia ini cuma selingan di siang hari, biasa nya tante highclass yg dia garap, ato mahasiswi, tp memang rani mempunyai perawakan yg cukup menarik, apa lagi liban bisa membuat harga dirinya naik di antara para laki2 yg mendekati rani di komplek. Dan memang semua tahu liban, dan rata2 yang sudah kenal, jelas tidak akan berani melawan Liban!<br />
<br />
Liban segera menutup mulut rani dgn mulutnya, kaos ketat rani di robek dgn kasar oleh liban, sehingga langsung terbuka lah badan marni yg montok. BREEETTT!<br />
<br />
" aahh masss...ohhh..di sooeekk siih mass..." kata rani... Tete besar nya segera terlihat, gunung kembar itu masih di bungkus BH hitam, belahan nya terlihat terjepit, dan dgn sentakan lagi Liban menarik tali BH rani hingga lepas... Skrg payudara rani bebas dari penahan nya. Dengan tenaga yg besar liban menggendong rani, menyelipkan telapak tangan nya di ketiak rani, lalu mengangkat badan nya dan di taruh di meja dekat pintu, meja kecil, tapi pas menahan pantat rani, liban dgn buas nya menjilati toket rani, kulit rani agak hitam, jadi pentilnya pun berwarna coklat tua, tapi bentuk tete rani cukup bagus, bulat dan masih kencang, karena rani blm pernah menyusui dan melahirkan, rani meronta kaget karena serangan liban yg cepat dan bertubi2, badan nya sudah hampir telanjang, dan kini tete kebanggaan nya sedang di jilat oleh liban, sekurity komplek yg baru dia kenal, jilatan liban sungguh liar, cupangan langsung memenuhi bulatan tete rani, jika saja kulit nya putih, yakin bekas gigitan liban tercetak jelas memerah! Rani meronta, tapi rangsangan juga sudah telanjur membius nya, liban sengaja memainkan perasaan rani, dengan ganas Liban menyerang rani, meraba dan meremas semua badan rani, rani pun merasa basah di dalam kewanitaan nya, sudah sedari tadi rangsangan aneh muncul tiba2, birahi nya melegak tak terkontrol, tp masih ada sedikit akal sehat berkecamuk utk menolak, jilatan liban menambah birahi rani yg bergejolak. Rani sadar bahwa dia sedang berselingkuh, runtuh sudah tembok kesombongan nya, kini dia dengan mudah di telanjangi oleh laki2 yg baru dia kenal, walaupun sering melihat. Pentil nya di kenyot oleh liban, daging tete nya di remas dgn kasar, liban memain kan jari nya di celana dalam rani, terasa betul celana itu sudah membasah. Rani merontah walaupun lemah. Ledakan birahi nya membuat akhirnya menikmati permainan kasar liban! Dalam hati liban mulai bersorak, karena rani mulai takluk, ditarik nya lagi dengan kasar celana dalam rani, hingga robek di bagian depan... Breett-<br />
<br />
" aahh mass.. Ojo kasarr..aahhhh...massss..kerrii..oohhh..hmmmm" sesaat rani mau protes, liban memainkan itilnya, rani melayang di sentuh bagian sensitif nya, birahinya yg sudah memuncak, makin tinggi rasanya. Jari liban makin cepat menggosok itil rani.<br />
<br />
" enak ga mbakk..hmmm.... Enakk kaannn....hhhaahhh..." tanya liban.<br />
<br />
Rani tidak bisa menjawab, sudah lama dia tidak di sentuh laki2, dan sekarang badan nya sudah bugil di hadapan liban sang satpam komplek! Belum juga 5 menit liban memainkan itil rani, badan rani langsung menegang, orgasme sudah menghajar nya, rani teriak lirih.<br />
<br />
" aaghhh masss...oohhh sudaaahhh...aaahhh..aahhhh..." desah rani kencang.<br />
<br />
Liban segera menghentikan kocokannya, lalu dia membuka celana birunya, dan langsung jatuh melorot, kontol liban yg belum sepenuh nya berdiri terlihat gemuk, besar dan panjang, rani merinding melihat penis yg begitu besar.<br />
<br />
"mmaaasss..besarr tennaannn..oohhh.." kata rani ketakutan...<br />
<br />
" sini mbak..hisap..." kata liban menarik badan rani dari atas meja... Sehingga rani terjatuh dan berlutut di depan kontol liban yg besar.<br />
<br />
Rani bingung, bukan tidak pernah menghisap penis, cuma kali ini batang liban begitu besar dan berurat, jauh lbh besar dari ukuran suaminya, pelan rani menjilat ujung nya dahulu, lalu perlahan palkon nya dia hisap, mulut rani terasa penuh, dan tiba2 di dalam mulut nya terasa membesar, yah kontol liban mendapat rangsangan jadi membesar, rani tersedak.<br />
<br />
"oohhoogg..huk..ohookk..masss...akuh ga bisa.. Gedi men toh masss..." kata rani sambil batuk2.<br />
<br />
" aahhh..ujung nya aja mbak..ayooo..." kata liban sambil memegang kontolnyan dan mengarahkan ke mulut rani. Akhirnya dgn terpaksa, mulai di hisap kontol liban yg besar itu, mulut rani melemot pelan2, palkonnya di hisap2 ujung nya, dan akhirnya seluruh palkon nya bisa masuk ke dalam mulut rani..<br />
<br />
" ahh mbak..enak...hisap yg kuat...aahhh..pintar mbak..sshh..iyahhh..aahhh.." kata liban menikmat emutan mulut rani di kontol besar nya, selama ini belum ada wanita yg berhasil memasukan 1/2 batang, 1/4 saja sudah batuk2... Geli terasa oleh liban, dan makin lama lemotan rani membuat liban makin terangsang, apalagi dia tadi saat menggosok itil rani terasa, jembut rani yg tipis, dan daging memek yg cukup tebal, liban yakin rani lubang nya juga masih agak kecil, akrena belum pernah melahir kan... Sesudah liban merasa cukup, langsung liban menyuruh rani berdiri.<br />
<br />
" mbak..sudah..aku masukin aja sini..bangunn" kata liban sambil mengangkat badan rani supaya berdiri. Dan langsung mengangkat kaki kiri rani dan siap memasukan kontol besar nya ke dalam memek rani..<br />
<br />
" mass..pelaan pellaaannnn!AAGHHH...AAGHHH..AAGHHH..masss rroobeekkk..oohhh " rani berteriak, liban dengan sekali sentak langsung memasukan kontol besar kedalam memek nya dengan cepat, rani melotot merasakan memeknya penuh oleh kontol liban, kaget dgn sentakan liban, terasa seperti menembus kedalam perutnya, rahimnya seperti penuh oleh kontol besar liban, belum lagi rani mengambil napas, liban langsung mengocok kontol nya dgn memek rani, sentakan2 demi sentakan langsung di terima rani dgn cepat... Napas nya seperti tercekik, blm pernah dia merasakan gesekan kontol yg begitu kasar, memek rani bagai di desak oleh benda tumpul yg besar, ini lebih besar drpd terong yg selama ini dia pakai utk onani.<br />
<br />
" mass...besar bgt sihh oohh..mass..aahhh...sshhh.." desah rani dalam goyangan liban.<br />
<br />
Rani ga tahan oleh sentakan kontol liban, memeknya gatal nya bagai di garuk oleh kontol liban yg besar, dan akhirnya rani orgasme lagi...<br />
<br />
" mas..aahhh..aahh..akuhh keluaarr lagi mass..aahhh..sudaah mass..sebenntaarr aahhh..." rani meminta liban utk berhenti sebentar, tapi yg ada liban malah menaikan tempo goyangan nya lagi, fisik liban begitu sempurna, badan kekar nya bagai mencekram tubuh rani yg di entot nya sambil berdiri, rani badan nya bergoyang di hantam gempuran liban, tete nya bergoyangan dgn kencang, pinggulnya keras di hantam pinggul liban, rasa ngilu di dalam memek nya berubah menjadi geli lagi, kontol liban dgn perkasa nya keluar masuk di dalam memek rani yg cukup sempit.<br />
<br />
" bentar mbaakk..aahh enak juga memek kamu mbak..sshhh...' kata liban sambil menggempur rani.<br />
<br />
Rani benar2 pasrah, kontol liban memang nikmat, apalagi rani sudah lama tidak ML, dan sekarang memeknya habis di rojok kontol liban.<br />
<br />
" edan mass..oohhh...aahhh..akuhh..meh..metuh maningg mass...wess tohhh.aahhh" rani merintih...dengkul nya terasa lemas, dan rahimnya terasa ngilu dan geli bercampur. Dan akhirnya rani kembali orgasme. Dan liban masih saja seperti jauh dr orgasme, goyangan nya seperti tidak pernah kendur, trus menghujam... Dan tiba2 liban ke ingat, ini bukan hotel, ini rumah salah satu penghuni komplek..<br />
<br />
" mbak, jam brapa nyonya mu pulang...hah..." kata liban sambil memompa memek rani.<br />
<br />
"oohhh..pahliinngg...seetengaahh ..aahhh..aahh..massss...jaammm..aahhh..dduuh mass..lemess akuhh" kata rani menahan hujaman kontol liban.<br />
<br />
" mbak badan nya di putar ...sshhh..." kata liban, sambil mencabut kontolnya dan memutar badan rani...dan membuat rani menungging, pantat semok rani terlihat, dgn sunhole yg hitam..liban memukul keras buah pantat rani..PLAAKK!<br />
<br />
" ooww mass..periihh..aaaaaaaahhhhhh..mmassss..wess toohhh..biyunnggg..." rani mau protes pantat nya di geplak liban, tp malah liban langsung menghajar memek rani lagi lewat belakang.<br />
<br />
Memek rani terasa lebih sempit saat di hujam dr belakang, kontol besar liban seperti hampir masuk semua, rani menahan badan telanjang nya di meja kecil tadi, yg menghantam tembok tiap kali liban menyodok kontolnya, dok..dok..dok..terdengar sampai keluar kamar, semua pembantu di luar tahu apa yg mereka lakukan di dalam kamar. Tapi karena mereka takut sama rani jadi mereka hanya mengintip dr jendela kamar rani, mereka melihat badan telanjang rani, dan kontol besar lipan, keluar masuk di dlam memek rani, rani seperti menikmati dan mengerang2 nikmat. Sudah hampir 1/2 jam dr awal tadi, liban menghajar memek rani, kali ini rani benar2 habis di kerjain, rani sudah tidak menghitung orgasme nya, lemas sekali kakinya, apalagi skrg, liban menghajar rani dr belakang, baru berapa kali sodokan, rani kembali keluar, geli sekali rasanya sodokan kontol liban yg besar ini, orgasem nya menyerang lagi, energi rani bagai habis. Dan dia berharap liban segera orgasme... Liban meremas tete nya yg bergantung dr belakang, sambil trus menyodok2 kontol nya, liban menikmati sekali badan babu ini, sudah lama liban tidak ML dgn kelas babu, buat liban babu itu nikmat, karena mereka biasa nya tidak terlalu tau banyak soal seks, apalagi yg masih baru dr kampung. Tapi kadang babu juga suka membuat liban kaget, ada juga yg hyper, dan tau banyak soal gaya seks. Dan rani termasuk yg kurang tau banyak, hanya genit, dan mata duitan, kali ini rani kena batunya.<br />
<br />
<br />
" mbaakkk..akuh mau keluarr..di dalaam yahhh...oohhh..enakk bangett..siihh.." kata liban makin kencang goyangan nya..<br />
<br />
" masss..ooohhoohh....ojoohh di daalleemmm...AAGHHHH..." rani melarang liban utk ngecret di dalam, tp yg ada liban tiba2 menekan kontolnya dalam2 dan keluar peju yg banyak sekali...<br />
<br />
"mmbaakkkk...ambbill ppejuhh kuuhh..aahhhh...aahhh.." kata liban menikmati orgasme nya...<br />
<br />
Setelah bbrp saat liban menarik kontol nya dari memek rani, lalu dgn robekan celana dalam rani, liban me lap kontolnya dari sisa pejuh nya... Rani masih dalam posisi nungging di meja kecil. Liban memakai celana biru nya kembali, dan merapikan bajunya, sisiran, lalu mengambil robekan kaos rani dan melap keringet nya. Sebelum keluar kamar liban kembali memukul pantat rani..PLAKK!<br />
<br />
" makasih yah mbak...lain kali lagi yah...enak banget memek mu" kata liban sembari memukul pantat rani, dan meremas tete nya<br />
<br />
" mas..kalu aku hamil piyeee..kok di keluarin di dalam siihh..." kata rani sambil nahan tangis...<br />
<br />
" tenang aja, ada suami mu kan...hahaha, nanti aku yg bilang..pokoke mbak tenang aja..hahaha..." kata liban cuek.<br />
<br />
Lalu liban keluar kamar dengan tenang, dan melihat ke arah 3 pembantu yg senyum2 ke arah liban...<br />
<br />
" napa neng..mau juga?" kata liban ke arah mereka...<br />
<br />
" iihh atuuttt..aahh..hihihi.." kata yg agak besar dgn centil<br />
<br />
" ga ahhh..ke gedeaan siih masss..iihhh" jawab yg satu lagi, dan yg babu satu lagi cuma cengengesan genit...<br />
<br />
" ah bertiga aja sekalian... Abang kuat kok..hayooo.." kata liban mendekati mereka...<br />
<br />
Langsung mereka kabur dgn cekikikan centil...<br />
<br />
" sialan pada ngintip rupanya mereka tadi..hahaha... Dasar babu gatal..awas, nanti mereka bertiga kuentot semuanya.." kata liban dalam hati.<br />
<br />
Liban keluar dr rumah mewah tersebut, dan dgn motor maticnya liban menuju post nya...<br />
<br />
" eh kang liban..darimana kang.." tanya anak buah nya...<br />
<br />
" abis ngentotin babu pri..hahaha.." kata liban cuek.<br />
<br />
" buset, ga ngajak2...hahaha.." kata jupri teman liban.<br />
<br />
Ini salah satu kisah liban, masih ada lagi kisah lain nya nanti di cerita yang berbeda.<br />
<br />
ENDceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-15891534460165076822015-02-01T04:51:00.000-08:002015-02-01T04:51:27.057-08:00Pegawai Bank Yang Cantik<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<strong>Pegawai Bank Yang Cantik</strong></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gambar Hanya Sebagai Ilustrasi;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://img.store.co.id/images/zoom1/HARUKO_Baju_Senam_Ungu_L_prod38636.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://img.store.co.id/images/zoom1/HARUKO_Baju_Senam_Ungu_L_prod38636.jpg" height="320" width="213" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebagai Sinta<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: auto; margin-right: auto; padding-bottom: 6px; padding-left: 6px; padding-right: 6px; padding-top: 6px; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://sekolahalam-bekasi.sch.id/wp-content/uploads/2014/03/id_tejo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://sekolahalam-bekasi.sch.id/wp-content/uploads/2014/03/id_tejo.jpg" height="320" style="cursor: move;" width="243" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 13px; padding-top: 4px; text-align: center;">Sebagai Tejo</td></tr>
</tbody></table>
</span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"><br /></span></span></span></td></tr>
</tbody></table>
Bagian Satu : Menunggu Dor Prize undian<br />
<br />
Sinta, seorang wanita muda berusia 25 tahun, dengan langkah gontai menembus kerumunan para peserta jalan sehat yang masih terus mondar-mandir kesana kemari dengan ramai menunggu hasil pengumuman door prize undian. Sejak tadi malam, kondisi badan Sinta memang sedang kurang fit, namun karena ia telah berjanji dengan temannya untuk mengikuti acara ini, ia pun memaksakan diri untuk mengikuti acara ini. Berbeda dengan hari kemarin yang terus menerus dirundung hujan, Kota Jakarta hari ini benar-benar terbasuh dengan terik mentari yang begitu dahsyat. Akibat perubahan cuaca yang begitu ekstrim ini, dapat dipastikan kondisi tubuh Sinta kian bertambah parah. Untuk mengistirahatkan diri, ia pun terduduk sejenak di pinggiran trotoar di sekitar lapangan tempat berkumpulnya peserta jalan sehat. Tas punggung yang hanya berisi barang seadanya itu, ia sampirkan di sampingnya.<br />
<br />
Sinta adalah seorang supervisor call center bank swasta terkemuka di indonesia. Ia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Hari ini ia memakai setelan kaus dan celana training berwarna ungu yang memanjang hingga ke mata kakinya yang terbungkus kaus kaki berwarna krem yang agak transparan. Selain itu ia juga menali rambutnya gaya ekor kuda , sehingga tampak lehernya yang putih dan jenjang. Wajahnya bulat dihiasi dengan poni rambut, kulitnya kuning langsat, bola matanya hitam tajam. Tampak begitu manis walaupun dengan mimik yang lesu seperti itu. Hidungnya yang sedikit mancung nampak begitu mempesona. Sesaat ia mengeluarkan lidahnya dan menjilati bibir bawahnya, ia tampak kehausan.<br />
<br />
Tanpa ia sadari, seorang lelaki bertubuh gempal telah mengawasinya sejak awal acara jalan sehat. Lenggak-lenggok tubuh Sinta di balik baju sportinya telah mampu membuat darah muda lelaki berusia 20 tahunan itu menggelegak. Tejo namanya, Ia hanya cleaning service di gedung tempat Sinta bekerja. Jabatannya hanya sebagai pegawai biasa yg kerjanya bersih-bersih kantor, ia ikut gerak jalan ini karena ajakan rekan kerjanya yang lain dan ia mendengar Sinta ikut serta. Selama ini Tejo memendam rasa tertarik pada Sinta tapi segan karena perbedaan status yang mencolok. Namun kali ini, kemolekan body pegawai bank yang memang aduhai ini, ditambah dengan wajahnya yang mempesona, membuat rasa haus dan lapar Tejo hilang seketika. Berkali-kali ia meneguk liurnya sendiri memandang Sinta dari belakang. Perlahan ia mendekati Sinta dan menyapanya, “Kenapa Mbak, tampangnya pucat begitu? Mau diambilkan air?“<br />
<br />
“Eemmm, tak usah Mas. Nanti biar saya cari minum sendiri“ jawab Sinta sekenanya.<br />
<br />
“Nggak apa-apa Mbak, sebentar ya” Secepat kilat Tejo si pria muda itu telah kembali dari tempat pembagian air minum. Ia membawa dua botol Aqua sekaligus, satu untuk dirinya dan satu untuk Sinta, yang telah menggoda imannya.<br />
<br />
“Terima kasih banyak ya Mas” Tanpa persetujuan Sinta terlebih dahulu, Tejo langsung duduk tepat di samping pegawai bank cantik tersebut. Sinta pun menjadi sedikit risih dibuatnya. Ia sedikit menggeser pantatnya ke arah berlawanan. Karena merasa tidak enak sudah diambilkan minum, ia pun membiarkan lelaki itu duduk bersebelahan dengannya walaupun tetap dengan menjaga jarak. Karena ia telah demikian haus, ia pun menenggak air minum itu hingga setengah botol. Entah mengapa mendadak kepala Sinta menjadi pusing. Matanya berkunang-kunang, pandangannya kabur dan tenaganya melemah.<br />
<br />
Terdengar cekikikan dari mulut Tejo. Ternyata pria muda itu telah mencampurkan sesuatu di minuman Sinta sebelum ia menyantapnya. Dengan santainya ia mengalungkan tangannya ke leher Sinta dan menarik tubuh molek si pegawai bank yang cantik itu ke dalam pelukannya. Orang-orang masih sibuk lalu-lalang mengikuti menunggu pengumuman door prize undian. Walaupun ada orang melihat Tejo yang memeluk Sinta, mereka hanya menyangka kalau mereka adalah sepasang kekasih, karena umur keduanya tidak terpaut begitu jauh, selain itu karena akting Tejo yang meyakinkan. Apalagi wajah Sinta yang demikian lemah membuat para peserta lain tak berani mengganggu pasangan itu.<br />
<br />
Sinta merasa geli merasakan usapan-usapan tangan kasar Tejo di pipinya. Ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terasa lemah dan kaku. Ia merasa bingung akan apa yang terjadi padanya. Setelah minum air mineral tadi, kesadarannya terasa tertahan. Ia tidak bebas menggerakkan anggota badannya padahal ia masih dapat melihat dan merasakan segala sesuatu di sekelilingnya. Keringat semakin deras membasahi wajah dan kaus yang dikenakannya. Hampir-hampir pegawai bank nan molek itu basah kuyup oleh keringatnya sendiri.<br />
<br />
Melihat hewan buruannya telah begitu jinak di pelukannya, Tejo malah makin bernafsu. Kemaluan yang sudah beberapa bulan tidak dipakai itu kini berontak dengan dahsyat dari balik celana panjangnya. Bau keringat Sinta yang semakin menyengat membuat gelegak birahi Tejo makin meletup-letup. Ia membayangkan dirinya menyetubuhi pegawai bank cantik dan menawan itu dengan liar hingga Sinta bergetar hebat dibuatnya. Ia dekap tubuh indah itu lebih erat dan diciuminya bau keringat Pegawai bank yang merangsang itu. Ditempelkannya hidungnya di pipi Sinta dan sesekali Tejo mengeluarkan lidahnya dan menjilati wajah Sinta. Sinta pun hanya bisa meringis dan menikmati perlakuan Tejo pada dirinya.<br />
<br />
“Akkhhh …” terdengar sedikit lenguhan Sinta begitu pelan namun telah cukup membuat denyut nadi Tejo berdenyut-denyut. Pegawai bank yang kini makin basah bermandikan keringat itu, campuran dari keringat bekas mengikuti acara jalan sehat dan keringat dingin akibat dijamah oleh Tejo, itu terlihat begitu gelisah. Tubuhnya yang basah menjadi makin menggiurkan bagi pria muda yang tengah meraba-raba tubuhnya. Kegiatan mereka makin mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Tejo sedikit khawatir dengan hal itu, ia pun memikirkan jalan agar bisa menikmati tubuh Sinta dengan lebih leluasa.<br />
<br />
Tejo pun memutuskan untuk membawa Sinta ke sebuah tempat sepi, mumpung pegawai bank nan menawan itu masih dalam pengaruh bayang-bayang campuran obat bius dan obat perangsang yang tadi diberikannya. Dengan cepat ia melepas pelukannya pada Sinta dan bergegas mengambil motor bebeknya yang diparkir tak jauh dari situ. Ia pun membimbing Sinta untuk berdiri dari trotoar dan mengajaknya untuk naik motor bersamanya. Dengan lembut Tejo membisikkan sesuatu di telinga Sinta, “Sayang, bila kau ingin merasakan kenikmatan yang jauh lebih indah dari ini, ikutilah kata-kataku. Sekarang naiklah ke motor ini dengan membonceng padaku”<br />
<br />
Layaknya seorang kerbau yang dicocok hidungnya, Sinta pun menuruti semua yang diperintahkan Tejo. Ia merasakan adanya dorongan yang begitu dalam dari dirinya untuk merasakan kembali sentuhan dan belaian seorang Tejo. Ia merasakannya seperti gairah. Mungkin ini adalah efek dari obat perangsang yang diberikan oleh Tejo tadi. Sinta yang tadinya merupakan seorang pegawai bank yang anggun, menawan, cantik, dan santun kini telah tergila-gila dengan perbuatan cabul Tejo. Setelah Tejo naik motor pun, Sinta dengan pasrah menurutinya dan duduk menyamping sambil memeluk pinggang Tejo dengan erat.<br />
<br />
Merasakan hal tersebut, Tejo begitu girang. Selama perjalanan ia hanya memakai tangan kanan untuk menarik gas dan mengerem, sementara tangan kirinya terus mengelus-elus tangan perawan nan cantik yang melingkari pinggangnya. Sinta telah begitu jauh terperosok ke dalam jebakan yang dibuat Tejo. Mereka berdua begitu dilanda birahi yang menggebu-gebu di atas motor tua itu. Mereka sudah sama-sama tidak sadar untuk melampiaskan nafsunya masing-masing. Tanpa sadar tangan Sinta pun dengan lembut mengelus-elus bagian perut Tejo membuat pria muda itu belingsatan dibuatnya. Untung rumah kontrakan Tejo tidak begitu jauh sehingga 10 menit kemudian mereka telah sampai.<br />
<br />
Begitu sampai di dalam rumah, Tejo langsung menyiapkan segalanya. Pintu rumah ia kunci, motor ia masukkan, dan Sinta ia baringkan di atas kasur rumah kontrakannya. Kini hidangan lezat telah menantinya di atas ranjang itu dengan gairah yang menggelora.<br />
<br />
Tejo pun langsung membuka kaus dan celana panjangnya. Tinggal celana dalam saja yang tersisa ia pakai. Ia terlihat begitu sangat bernafsu dengan wanita yang tengah tergolek lemas di hadapannya. Ia pun merangkak di atas wanita itu dan membelai wajah Sinta yang cantik itu. “Siapa namamu manis?”<br />
<br />
“Sinta, Mas” jawab Sinta sambil menggigit bibir bawahnya. Ia juga tampak telah begitu tegang dengan Tejo yang telah menanggalkan busananya. Ia sadar semua ini sudah tidak bisa ditolak lagi. Pergolakan batin terus berlomba di dalam hatinya. Ia begitu bingung untuk memilih lari, karena raganya mengatakan sebaliknya. Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, dan baru kali ini seorang pria menanggalkan busana di hadapannya dan mendekatinya hingga begitu dekat di atas ranjang.<br />
<br />
“Nama yang bagus, Sayang. ”<br />
<br />
“Terima Kasih, Mas” Tejo pun menurunkan jari-jemarinya ke bawah menuju bagian buah dada Sinta yang menggunung. Besarnya ia taksir sekitar ukuran 36. Sinta memang mempunyai ukuran payudara yang lebih besar dari teman-teman sesama pegawai bank. Bisa dibilang ialah pegawai bank terseksi di antara rekan kerjanya. Sebenarnya itu bukan masalah di kalangan rekan kerjanya, tapi setelah bertemu orang seperti Tejo yang begitu menggilai payudara besar, Sinta sadar bahwa itu adalah bahaya besar.<br />
<br />
Perlahan Tejo meremas-remas payudara yang masih tertutup kaus Sinta itu dengan nafsu yang begitu menggebu. Ia merasakan puting di payudara Sinta yang sebelah kanan, puting itu telah begitu tegang sehingga nampak menonjol dari balik kausnya. “Kamu udah horny yah say?”<br />
Sinta hanya diam saja diperlakukan seperti itu, ia tak mampu menyangkal bahwa ia telah takluk dalam dekapan pria muda yang lebih layak menjadi adiknya itu. Ia pun tetap diam ketika tangan Tejo mampir ke ujung celama panjangnya dan menariknya perlahan ke atas. Tangan yang kasar itu pun dengan lancangnya menjamah betis dan paha mulus Sinta yang belum pernah dilihat sekalipun oleh lelaki lain. Tangan itu bergerak naik turun sehingga membuat Sinta akhirnya mengeluarkan desahan yang begitu menggairahkan, “Aaaahhhh … “<br />
<br />
Tejo begitu senang mendengarnya. kemaluannya pun semakin keras dan tegang. Ia makin berani mengerjai pegawai bank nan cantik itu dengan menurunkan celana dalam Sinta ke bawah. Ia pun kini mengelus-elus lembut kemaluan yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi itu dari balik celana panjang yang masih terpasang. Tejo memang belum berniat melepas pakaian Sinta, ia makin terangsang dengan mengerjai Sinta dalam keadaan masih lengkap berpakaian sporty.<br />
<br />
Tejo pun mendekati wajah sang pegawai bank nan anggun tersebut. Bibir mereka telah begitu dekat. Sinta pun dapat merasakan bau badan Tejo yang begitu tak sedap, tapi entah kenapa Sinta pun ikut mendekatkan bibirnya yang indah itu ke bibir pria yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Tejo membelai mesra rambut Sinta dan memagut bibir sang pegawai bank dengan lembut dan penuh nafsu serta gairah. Pria muda itu pun semakin berani dengan mengeluarkan lidahnya agar dijilat oleh Sinta. Sinta pun tanpa malu menyambutnya dengan gairah yang tidak kalah besarnya. Persetubuhan serasa tinggal menunggu waktu bagi mereka berdua.<br />
<br />
Sambil memagut bibir indah nan seksi itu, tak lupa Tejo pun meremas-remas payudara Sinta dari kausnya. Bergantian dari kanan ke kiri dan sesekali memelintir putingnya. Sinta pun merasakan sensasi yang begitu menakjubkan.<br />
<br />
Serasa tak ada waktu lagi, dengan buasnya Tejo melumat bibir suci nan menawan milik seorang pegawai bank ternama itu. Sinta , sang pegawai bank rupawan, kini sedang berpacu dengan gairah dan birahinya sendiri. Campuran dari obat perangsang yang diminumkan saat menunggu pengumuman door prize undian tadi dan jamahan yang terus dilakukan Tejo membuat jantungnya berdenyut begitu cepat. Ia seperti lupa rasa bencinya pada laki-laki sudah ia rasakan sejak lama. Padahal dalam setiap kesempatan, ia selalu menghindari hubungan cinta dengan laki-laki karena trauma pernah dikhianati mantan tunangannya yang sangat ia cintai. Tapi kini Sinta tampak malah meminta tubuhnya sendiri untuk dijamah oleh lelaki bejat seperti Tejo yang sedari tadi telah menanggalkan pakaiannya.<br />
<br />
Sinta meletakkan tangannya di punggung Tejo. Dielus-elusnya punggung pria muda yang telah mengundang birahi jalangnya untuk keluar itu. Tejo pun makin panas merasakan elusan sang pegawai bank idaman itu di bagian tubuhnya yang cukup sensitive. Namun ia tak mau kehilangan tempo, ia akan berusaha memancing gairah Sinta agar ia bertingkah lebih binal lagi. Ia ingin Sinta tak hanya menyerahkan keperawanannya namun juga bisa merasakan puncak kenikmatan dunia darinya, siapa tahu nanti Sinta menjadi ketagihan dan mau menjadi pemuas nafsu seksual dirinya yang sewaktu-waktu bisa meledak. Apalagi ia sudah jarang menikmati tubuh bibinya karena ngak enak mengkhianati kepercayaan pamannya dan bibinya terlalu banyak selingkuhan jadi memeknya ngak seret lagi. <br />
<br />
Sehingga selepas SMU ia memilih tinggal sendiri dan berkerja sebagai cleaning service sambil kuliah di dekat tempatnya bekerja. Sesekali memang ia masih berkunjung ke rumah pamannya untuk mendapat uang saku tapi ia selalu berusaha menghindari ajakan bibinya untuk selingkuh. Memang sesekali ia masih meladeni godaan bibinya tapi jauh menurun drastis daripada saat ia masih menumpang di rumahnya pamannya. Kadang-kadang Tejo dan rekan kerjanya juga main dengan kenalan mereka yang bisa dipakai tapi jarang yang bisa memuaskan Tejo. <br />
<br />
“Sebentar ya Mbak,” Tejo dengan nekat memasukkan tangannya yang hitam legam ke kaus putih Sinta. Tangan Tejo pun langsung bergerilya di daerah itu. Payudara Sinta yang besar dan sensitive itu diremasnya dari balik kausnya. Sinta pun mendesah ringan sebelum kausnya disingkap hingga diatas dada dan tubuhnya resmi dimasuki oleh tangan nakal Tejo.<br />
<br />
“Mass, ohhh, geli mas” begitulah erangan Sinta ketika Tejo mulai intens meremas-remas payudara pegawai bank muda yang begitu ranum itu. Segaris senyum menempel di bibir mesum Tejo ketika Sinta menekan kepalanya begitu kencang ke arah payudaranya sendiri. “Ufhhh, ampunn Mas …. !”<br />
<br />
Tanpa pikir panjang lagi, Tejo langsung memasukkan kepalanya ke balik kaus putih Sinta. Disingkapnya pakaian terusan Sinta, kemudian dengan perlahan ia mengeluarkan payudara Sinta yang telah begitu membuncah dari bra krem yang masih menempel di tubuhnya. “Mbak, toketnya ca’em banget … warnanya pink, lagi tegang gitu, ukurannya berapa sih?” Ledek Tejo sambil terus meremas-remas dan memainkan putting payudara Sinta.<br />
<br />
Ucapan kotor Tejo semakin membangkitkan birahinya. Satu persatu pertahanan keimanannya telah runtuh. Mimik wajahnya yang biasanya penuh keanggunan kini perlahan berubah menjadi begitu erotis dan merangsang. “Iya mas, ukurannya 36 … ohhh, enak mas diremes gitu”<br />
<br />
“Ohh, Mbak cantik suka yah? Kenapa gak bilang tadi waktu di monas, kan bisa sekalian mas entot di sana?” Jawab Tejo makin berani.<br />
<br />
“Apa mas? Entot ?? ahh …” Sinta lemas begitu Tejo mengucapkan kata-kata kotor itu. Ia sadar kalau dirinya sudah di ambang birahi, dan Tejo pun sudah tidak tahan untuk melepaskan gairahnya. Ia pun memperbaiki posisi berbaringnya agar Tejo bisa lebih mudah menyetubuhi dirinya. Ia telah benar-benar kehilangan akal sehatnya.<br />
<br />
Merasakan geliat tubuh indah yang ada dalam dekapannya, Tejo pun ikut bergeser hingga wajahnya tepat berada di atas payudara Sinta. “Liat deh Mbak, toketnya dah penuh neh, Mas kurangin sedikit yah susunya …” Ujar Tejo sambil menyibak sedikit kaus Sinta hingga ia bisa melihat payudaranya sendiri.<br />
<br />
“Ahh Mas …” Sinta pun mendesah ketika bibir Tejo mulai menyentuh putting payudaranya. Seketika selembar lidah nan panas dan kasar menjulur keluar dan menggerayangi payudara Sinta yang begitu mulus, belum terjamah seorang pria pun. Sinta pun langsung menggeleng-gelengkan kepalanya menahan desakan birahi yang begitu menggebu. Erangannya sudah tak bisa dibendung, matanya memejam menunggu ledakan gairah dari dalam tubuh seksinya.<br />
<br />
Tejo melakukannya dengan begitu perlahan-lahan. Ia ingin ini menjadi sesuatu yang tak akan ia lupakan seumur hidup. Kapan lagi kan, bisa menyetubuhi seorang pegawai bank cantik seperti Sinta ini. Dengan ganasnya Tejo mengulum putting payudara Sinta mulai dari yang sebelah kiri, kemudian berlanjut ke payudara sebelah kanan.<br />
<br />
“Ahhh, Mas. Geli banget …”<br />
<br />
“Mbak suka kan, kalo suka Mas kulum terus yah.” Tejo sudah tidak segan-segan lagi mengatakan kata-kata cabul di hadapan Sinta. Dan respon Sinta pun bukannya berusaha memberontak, tapi malah seakan membuka pintu lebar-lebar bagi Tejo untuk merobek keperawanannya di sebuah rumah yang terkesan sedikit kumuh itu.<br />
<br />
“Iya, Mas. Suka.” Mendengar kata-kata itu, Tejo pun menganggapnya sebagai sebuah izin untuk melakukan hal yang lebih jauh. Ia pun melepaskan kulumannya di payudara Sinta sang pegawai bank manis, dan kemudian diikuti lenguhan panjang Sinta yang menandakan kekecewaannya akan perlakuan Tejo itu. Dengan langkah cepat, Tejo langsung turun ke bagian bawah tubuh Sinta dan kemudian menarik perlahan celana panjang Sinta.<br />
<br />
Ternyata Sinta masih memakai celana dalam, celana dalam itu berwarna biru muda dan terbuat dari bahan yang tipis. “Mas buka ya Mbak, celana dalamnya.” Sinta yang telah dilanda birahi yang benar-benar menggelegak itu pun hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.<br />
<br />
Dengan sekali tarik, celana dalam itu pun terlepas dari tempatnya. Selain karena bahannya yang tipis dan kekuatan Tejo, Sinta pun ikut memberikan sedikit bantuan dengan mangangkat bokongnya untuk memudahkan Tejo. Ia seperti telah pasrah, bahkan malah benar-benar menginginkan untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh Tejo.<br />
<br />
Dalam sekejap, betis dan paha mulus Sinta pun terpampang dengan jelas di hadapan Tejo. Bagian bawah tubuh indah pegawai bank itu benar-benar putih terawat. Mungkin karena tak pernah terkena sinar matahari langsung atau memang Sinta sengaja merawat bagian bawah tubuhnya tersebut. Selama ini para kekasih lesbinya selalu kagum dengan keindahannya, tapi kini seorang pria muda sedang memandanginya tanpa sehelai pun pembatas.<br />
<br />
Tejo semakin merasa takjub melihat Sinta dalam keadaan telanjang bagian bawah badannya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan badan Sinta yang selama ini ia perhatikan dari jauh. Pertama kali Tejo melihat Sinta, pria ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Tejo juga punya beberapa kenalan wanita, tapi tidak apa-apanya apabila dibandingkan Sinta.<br />
<br />
“Mbak, pahanya mulus banget sih, Mas elus-elus yah?” Sebuab pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Tejo langsung mulai menjamah bagian terlarang dari seorang pegawai bank yang cantik seperti Sinta.<br />
<br />
Namun Sinta sendiri pun tidak melakukan perlawanan dan malah menyodorkan paha dan betis indahnya untuk dinikmati sang penjantan muda itu. “Iya Mas. Sinta selalu perawatan di salon. Ahhh, Mas, Udah yah, Sinta malu”<br />
<br />
Sebuah penolakan yang tampaknya tak berarti mengingat Sinta tak berusaha sedikitpun untuk menutupi bagian terlarang yang sudah terbuka lebar dan siap untuk dinikmati. Tejo langsung meraba-raba paha putih itu dan menjilat-jilat betis Sinta yang mulus. “Hmm, Mbak Sinta bener-bener kayak bidadari yah. Orangnya cantik, tubuhnya indah banget pula”<br />
<br />
“Ahh, ahhh, Mas … “ Desahan Sinta pun akhirnya keluar begitu saja tanpa mampu ia bendung.<br />
<br />
“Ada apa Mbak? Udah gak tahan yah …” Tejo pun tak mau berbasa-basi lagi, ia pun langsung mengangkangi bagian pinggul pegawai bank yang manis tersebut. Dengan bersemangat, ia pun menggesek-gesekkan kontolnya di memek Sinta, yang tampaknya sudah basah oleh lendir gairah itu.<br />
<br />
“Akhhh, geli banget Mas,” Sinta pun merasakan sensasi yang benar-benar baru dan luar biasa. Dalam kehidupan cintanya, ia tidak pernah berhubungan cinta dengan lawan jenis, apalagi menyentuh kemaluan lawan jenisnya. Namun kini, seorang pria muda tengah mengangkanginya, sambil menggesek-gesekkan kontolnya ke memek Sinta, membuaat Sinta benar-benar hilang akal. Ia pun hanya bisa pasrah ketika Tejo melepas kausnya, hingga payudaranya yang besar dan indah itu pun telah terpampang dan siap untuk dinikmati.<br />
<br />
Tejo pun terkesiap dengan apa yang ada di hadapannya. Sinta , seorang pegawai bank cantik dan jelita yang berstatus sebagai supervisor, kini sedang mengerang dan mendesah dengan banal di hadapannya. Dilihatnya kemaluan sang pegawai bank yang tanpa bulu sehingga dapat terlihat dengan jelas olehnya di mana letak klitoris dan lubang kelamin suci sang wanita. Memek Sinta ternyata telah berdenyut-denyut kencang tanpa bisa dikontrol si empunya, tanda bahwa empunya sedang mengalami gejolak birahi yang luar biasa.<br />
<br />
Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Tejo langsung mendorong penisnya ke dalam memek suci Sinta . Diperlakukan seperti itu, Sinta tambah bergairah dan sedikit berteriak, “Ahhhhh, Massss ….” Tangannya menggenggam ujung seprei tempatnya berbaring sekarang, tempatnya dikerjain oleh seorang pria seperti Tejo yang sedang mengangkangi keperawanannya.<br />
<br />
“Mbak, toketnya nganggur tuhh, Mas remes-remes yahh …”<br />
<br />
“Ohhh, ohhh, tolong Mas, jangan lanjutkan ini … kasihani saya” Tampaknya Sinta telah berangsur-angsur sadar dari efek obat perangsang yang telah diminumnya. Namun sayangnya itu semua telah terlambat, dan keperawanannya telah di ujung penis Tejo.<br />
<br />
“Tanggung, Mbak, dikit lagi masuk neh. Sekali Mbak ngerasain kontol Tejo, pasti minta nambah deh nanti,” Tejo cekikikan ketika merasakan selaput dara pegawai bank itu telah berada tepat di depan kontolnya. Dengan menambah kekuatan remasan pada payudara Sinta, sehingga membuat Sinta sedikit menggelinjang, Tejo pun memusatkan konsentrasinya pada memek Sinta dan … “Akhhhhh, memek Mbak Sinta memang mantap …. Akhhhhh”<br />
<br />
“Akhhhhh, Masss …” Merasakan selaput daranya telah jebol, Sinta pun belingsatan. Rangsangan yang diberikan Tejo kepadanya begitu hebat. Bukannya berontak, Sinta memilih untuk melanjutkan persetubuhan ini sampai akhir, ia merasakan semuanya sudah terlanjur baginya. Selain itu ia tidak mengira kalau persetubuhan dengan lelaki ternyata sangat nikmat sekali.<br />
<br />
Tejo merupakan lelaki yang berpengalaman dalam masalah seks. Ketika merasakan aliran darah merembes di sela-sela kontolnya dan dinding vagina Sinta, Tejo pun sedikit menarik kontolnya keluar dari sarang yang hangat itu. Sinta pun terkesiap dan berusaha memasukkan kembali burung nakal Tejo kembali ke dalam tubuh seksinya. Mimik wajah Sinta telah berubah menjadi begitu banal dan jalang. Namun rambut yang dikuncir ekor kuda serta poni rambutnya nampak rapi tetap menghiasi paras manis dan cantik khas pegawai bank ini. Tejo benar-benar tak tahan akan mangsanya kali ini. Ia pun kehilangan control dan langsung menyambar bibir Sinta dengan bibirnya.<br />
<br />
Sekitar 15 menit lamanya Tejo menyetubuhi Sinta dengan posisi konvensional. Dengan buas ia melumat bibir dan lidah Sinta. Sinta pun tak kalah liar membalas kuluman bibir pria muda itu. Sementara itu, kontol Tejo terus mengocok vagina Sinta tanpa henti. Sinta pun membantu sang pejantan dengan mengangkat pinggulnya yang gemulai itu menjemput kontol Tejo yang berukuran dua kali ukuran normal ini. Dua insan berbeda jenis kelamin dan status social itu tampak menikmati persetubuhan terlarang itu. Sinta dengan tanpa malu mendesah-desah kenikmatan ditindih mesra oleh Tejo yang kekar dan gempal itu.<br />
<br />
“Ahhh, Ahhh, Ahhh, Mass, enakk Mas, enakk, Ohhh, Ohhh …”<br />
<br />
“Enakk ya Mbak, Ahhh, Ahhh, memek Mbak Sinta legit banget, Akhh, Tejo mau keluar Mbak …”<br />
<br />
“Ahh, iya Mas, kontolnya enakk Mas … Apanya yang mau keluar mas?”<br />
<br />
“Spermaaa Mbak, Pejuu Tejo …”<br />
<br />
Tiba-tiba Sinta bagai tersambar petir. Ia sadar betul bila sperma Tejo sampai masuk ke dalam rahimnya, maka besar kemungkinan ia akan hamil dan mengandung anak Tejo. Ketika terpikir hal itu, Sinta pun hendak berontak, Tapi saat itu juga ia mengalami orgasme. Cukup lama sekali Sinta menahan nafsunya karena sibutk dikejar target menggaet nasabah untuk program asuransi. Kini tiba-tiba ada penis yang memasuki memeknya, apalagi memang dia dalam keadaan birahi tinggi, akibat pengaruh obat perangsang serta pemainan Tejo yang sudah cukup berpengalaman, dan sudah hampir klimaksnya, maka ketika Tejo menghujamkan penisnya dalam-dalam, maka Sinta mencapai orgasme yang begitu hebat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.<br />
<br />
Tejo merasa dirinya di surga ketujuh. Kini kontolnya sudah ambles masuk ke memek sinta. Dirasakannya liang senggama Sinta menjadi begitu sempit meremas batang kontolnya. Dinding liang senggama Sinta basah oleh cairan kewanitaan dan terasa seperti pipa lembut yang menjepit keras kontolnya. Apalagi sekarang Sinta sedang orgasme.<br />
<br />
Tejo dapat merasakan pinggul Sinta yang sedikit bergetar seperti menggigil, sementara dinding lubang kencing Sinta berdenyut-denyut meremas kontolnya seakan ingin menyedot habis isi kontolnya. Tejo terus mengaduk lubang memek Sinta dengan lembut dan membuat Sinta makin terbuai. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan kontolnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan pegawi bank yang seksi ini.<br />
<br />
“Ohhh …mmhhh …enghhh”desah Sinta ketika sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram penis Tejo yang sedang mengaduk aduk kemaluannya.<br />
<br />
Sinta yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang memeknya gantian disembur cairan hangat mani dari penis Tejo yang terasa banyak membanjiri lubang lubang memeknya. Sinta kembali merintih, saat perlahan Tejo menarik keluar kontolnya yang lunglai.<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-89292613340516873912015-02-01T04:40:00.002-08:002015-02-01T04:40:51.210-08:00Warsih Si Penjual Jamu<br />
<strong>Warsih Si Penjual Jamu</strong><br />
<br />
Tidak tahu mengapa hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, padahal ini hari minggu. Istriku sudah dua hari pulang menengok orang tuanya yang sedang sakit dikampung, sedangkan pembantuku juga dari hari sabtu cuti, karena setiap akhir minggu ia pulang ke Bekasi mengunjungi keluarganya, praktis hanya tinggal aku sendiri dirumah. Aku dan isteri belum dikaruniai anak walaupun sudah dua tahun kami menikah.<br />
<br />
Aku berjalan keluar rumah, baru jam 6.30, wah sayang sekali aku bangun terlalu pagi, padahal sepanjang minggu aku memimpikan hari minggu supaya bisa tidur siang. Akhirnya aku duduk diteras depan rumah dan membaca koran. Lagi asyik baca koran aku mendengar bunyi bel, aku bangun untuk melihat siapa yang memencet bel pagi2 begini.Aku membuka pintu gerbang dan didepanku berdiri seorang wanita berusia kurang lebih 28 tahun dengan rambut digelung asal2an tersenyum padaku. Wajah wanita itu cukup manis dengan pipi berisi dan kemerahan, kulit wajahnya halus sekali dan ia memakai sarung serta menggendong bakul jamu, selendang yang mengikat bakul jamunya melintang didadanya dengan ketat sehingga menojolkan payudaranya yang kulihat sungguh amat indah dan menantang, mungkin ukurannya 36, pokoknya aku sungguh terangsang sekali dengan kemontokan tubuh wanita itu, aku melihat ada sedikit keringat didahinya, make up yang dipakainya tipis sehingga yang terlihat adalah wajah alami yang terpelihara.<br />
<br />
"Ibu ada pak?" Tanya wanita itu.<br />
Cepat2 aku tersenyum semanis mungkin."Wah sedang pulang kampung tuh, mbak" Jawabku sambil tersenyum.<br />
Tukang jamu itu kelihatan kecewa.<br />
"Memangnya istri saya suka minum jamu?" Tanyaku.<br />
"Iya...dua hari sekali saya disuruh kesini sama ibu" Katanya.<br />
"Wah sayang sekali....tapi bagaimana kalau saya juga minum, mbak?" Aku sebenarnya tidak pernah minum jamu dan aku tak tahu jamu apa yang cocok buat laki2.<br />
Mbak itu tersenyum senang dan segera hendak menurunkan bakulnya, tapi aku buru2 menahannya.<br />
"Masuk saja mbak....jangan disini, didalam saja ya" Kataku, hatiku mengatakan tindakanku mengarahkan aku kesesuatu.<br />
<br />
Wanita itu berjalan masuk mengikutiku. Sampai diteras ia lagi2 mau menurunkan bakulnya, tapi aku lagi2 menyuruhnya masuk kedalam ruang tamu. Ketika ia berjalan masuk tadi kuperhatikan terus bokongnya yang bergoyang2 terbungkus kain sarung ketat, aku sampai menelan ludah, bokongnya sunggu indah dan besar, tubuhnya betul2 sexy....<br />
<br />
"Saya nggak mau ada orang yang lihat saya minum jamu lho" Kataku ketika kulihat ia agak ragu masuk kedalam rumahku.<br />
Ia terkikik lalu berjalan masuk mengikutiku dan ia segera menurunkan bakul jamunya, aku memperhatikan setiap gerakannya, oh....sungguh aku merasa terangsang sekali.<br />
"Memangnya jamu apa yang untuk laki2, mbak?" Tanyaku.<br />
Mataku tidak lepas dari belahan buah dadanya yang sesekali terkuak dan menampilkan bh warna hitam. Kemaluanku mulai mengeras.<br />
"Maunya untuk apa pak?"<br />
"Biasanya jamu apa yang diminum laki?" Tanyaku lagi.<br />
"Macam2 pak...biasanya sih jamu kuat" Jawabnya, kulihat ia mengeluarkan sapu tangan lalu mengeringkan keringat diwajahnya.<br />
Sungguh manis wajahnya.<br />
"Kuat buat apa sih?" Tanyaku pura2. Ia melirik agak genit, mulutnya cemberut.<br />
"Ah pura2 aja bapak ini"<br />
"Lho sungguh....aku kan nggak pernah ngejamu, mbak"<br />
"Ah bisa aja..." Jawabnya, matanya kembali melirik, aku makin horny.<br />
"Ya terserah mbak aja deh...aku taunya minum" Kataku.<br />
<br />
Ia lalu menuangkan entah apa aku tak tahu, dicampur2.<br />
"Mbak...biasanya kalau minum jamu minumnya untuk apa?" Tanyaku sambil menerima gelas yang telah berisi jamu.<br />
"Ada deh...."<br />
Eiit....mulai menunjukkan hasil nih, pikirku. Kayaknya tambah genit nih si mbak.<br />
"Kasih tahu doong..." Rengekku.<br />
Ia mengerling genit lagi sambil memonyongkan mulutnya.<br />
"Yaa...tanya ibu saja ah" Jawabnya.<br />
<br />
Aku merasakan pahit dilidahku dan aku makin memperlambat minumku, aku nggak tahan, mau muntah rasanya.<br />
<br />
"Saya mau tahunya dari mbak kok...."<br />
"Yaaa...kalau perempuan ya minum jamu supaya seger, awet muda dan macem2 deh"<br />
"Memangnya jamu sari rapet buat apa mbak?" Manteraku mulai keluar. Ia mendesis sambil melotot.<br />
"Hussh...kok tanya aku? Tanya ibu lho..."<br />
"Kan pulang kampung.....aku bingung, apanya yang rapet kalo minum jamu sari rapet...nanya boleh kan?" Kataku makin berani.<br />
"Ya itunya yang jadi sempit, bukan rapet lho...." Jawabnya perlahan sekali, ia menunduk, kulihat sedikit rona merah dipipinya.<br />
"Apanya yang sempit mbak?" Kelihatannya ia mulai kesal.<br />
"Itunya lho...tempiknya, ah sudah ah....genit amat sich" Semburnya sambil mengerling marah.<br />
Aku tersenyum lagi."Tempik itu apa sih?" Godaku lagi.<br />
"Nggak tahu ah...sudah belum? kok lama banget minum jamu aja?"<br />
"Habis pahit....mbak belum jawab pertanyaan saya"<br />
"Tempik itu.....memek lho, masak nggak tahu sih...dasar genit bapak ini" Eh tangannya mencubit pahaku.<br />
Aku pura2 kesakitan, tanganku kuulurkan untuk membalas, ia menjerit kecil sambil cekikikan menghindari tanganku.<br />
"Lho aku kan mau membalas, cuma nanya kok pahaku dicubit?"<br />
"Habis ceriwis sih"<br />
"Mbak minum sari rapet juga dong?" Tanyaku.<br />
"Nggak tahu ah"<br />
"Kalau begitu gelas ini nggak akan habis2 isinya"<br />
"Iya, iya...aku juga minum....setiap perempuan minum kok"<br />
"Memangnya mbak sudah punya suami?"<br />
"Ya sudah dong...tapi ada dikampung"<br />
"Lho sama dong...isteriku ada dikampung juga"<br />
<br />
Ia diam saja.<br />
<br />
"Jadi tinggal kita berdua nih...." Sambungku.<br />
"Tapi aku nggak percaya, dengan minum sari rapet terus tempik....eh memek bisa rapet"<br />
Ia tersipu2.<br />
<br />
"Eee...sungguh lho...sudah terbukti dari dulu kok" Jawabnya.<br />
"Bohong...""Sungguh...""Kalo gitu boleh dong aku minta bukti"<br />
"Bukti apaan?" Ia kelihatan agak bingung.<br />
"Bukti....bahwa memek mbak sempit" Aku nekat berkata. Kemaluanku sudah keras sejak tadi. Jantungku juga berdebar2 menahan gejolak nafsu.<br />
"Idiih amit2!" Desisnya lalu ia bangun melemaskan kakinya yang dari tadi jongkok.<br />
"Mbak....""Yaaa....""Aku naksir nih....boleh nggak aku minta cium" Aku berbisik pelan.<br />
Ia melotot, mulutnya cemberut.<br />
"Iih....udah ah...genit amat sih"<br />
<br />
Ia jongkok lagi membereskan barang2nya. Kudekatkan wajahku kewajahnya. Ia mengangkat wajahnya dan memandangku dengan pandangan melotot, tapi bibirnya setengah terbuka, seolah2 menantang keberanianku dan kami sangat dekat sehingga aku bisa mencium bau tubuhnya yang terus terang saja membuat nafsuku makin melonjak. Tanpa pikir panjang kusambar mulutnya, kupeluk sehingga ia jatuh tertindihku dilantai ruang tamu. Mulutku melumat bibirnya dengan liar, ia meronta, tapi sepertinya rontaan setengah hati. Tanganku meremas buah dadanya, betul juga dugaanku, buah dadanya betul2 kencang dan mantap sekali, kenyal dan besar, wah aku benar2 terangsang.<br />
<br />
"Aduh....genit bapak ini....auuu....nggak mau...aduh, aku nggak bisa napas" Ia mendesah2 ditindihku.<br />
"Paak....aduh malu ah...jangan disini....nanti dilihat orang....aku malu ah...."<br />
<br />
Kulumat lagi mulutnya yang hangat, kali ini ia membalas dengan lumatan yang liar juga. Lidah kami saling membelit lidahnya terasa sungguh nikmat, hangat dan begitu liar didalam mulutku, sungguh aku tak pernah menduga perempuan desa sepertinya bisa berciuman begitu panas. Aku tak mau kalah, kujepit lidahnya lalu kuhisap2 dengan penuh nafsu, lalu lidahku bermain dalam mulutnya, kujelajahi seluruh rongga mulutnya dan napas kami sama2 memburu kencang, napasnya terasa panasenyembur dan aku juga menyukai bau napasnya yang lembut, mungkin memang semua tukang jamu tahu bagaimana merawat diri dan kesehatannya, pokoknya kami benar2 tenggelam dalam gelora nafsu, tanganku menggerayangi seluruh lekuk tubuhnya dan baju hijau yang dipakainya sudah tak keruan terbuka, tanganku berusaha menyingkapnya dan kuremas buah dadanya serta kucoba menariknya keluar dari bh yang begitu kencang membungkus buah kembar itu.<br />
<br />
Ia mendesah2 tangannya seperti hendak menyingkirkan tanganku namun usahanya tidak dengan sepenuh hati, sebelah tangannya meremas2 rambutku, mengacak2nya dengan gemas, air liur kami begitu lama saling bertukar, oh tidak pernah aku merasakan sensasi seperti ini.Akhirnya aku berhasil menarik keluar sebelah buah dadanya dari balik bh yang dikenakan mbak itu. Ia menggumam dalam mulutku. Kuremas payudara kenyal itu, kuraba puting susunya yang rasanya cukup besar, aku mencoba memandang tapi mbak itu begitu erat mendekap kepalaku sehingga mulut kami tidak bisa terlepas, ia menciumku begitu liar dan penuh nafsu, napasnya seperti lokomotif.<br />
<br />
Aku memaksa menciumi lehernya yang berkeringat, kujilati keringatnya dan terasa asin, aku tak perduli, kuangkat kedua tangannya lalu kucium2 ketiaknya yang basah oleh keringat juga. Baunya sungguh sedap dan ia mengerang keenakan waktu kugigit2 ketiaknya dengan lembut. Sekarang aku bisa melihat buah dadanya yang berkulit kuning dan menyembul sebelah, pemandangan ini membuatku makin bernafsu, puting susunya berwarna merah tua dan besar, kupencet2 pelan, ia merintih2, kepalanya terangkat keatas dan suaranya membuatku makin terangsang.<br />
<br />
"Pak...aaahhh.....ada susunya pak....pencet kerasan lagi...ooohhhh" Ia mendesah.<br />
Kupencet lebih keras, benar saja ada cairan kental keputihan perlahan muncul dari puting susunya, lalu ketika keperkeras pencetanku maka cairan itu menyembur pelan dan membasahi tanganku. Segera kucelucupi dan kujilat puting susunya, mbak yang belakangan kutahu bernama Warsih itu membantuku meremas buah dadanya, dan kulihat ia pandai sekali mengeluarkan susunya agar aku dapat menikmati cairan itu, tangannya mengurut payudaranya dengan keras dan memencetnya sehingga cairan itu menyembur keras masuk dalam mulutku, tidak ada rasa atupun bau, kusedot2 putingnya seperti bayi.<br />
<br />
"Uughhh....jangan terlalu keras pak, sakit.....uuughhhh" Aku memelankan kegemasanku menyedot.<br />
Tanganku sibuk melepaskan kancing2 baju yang tersisa dan menariknya sehingga Warsih hanya memakai kutang dan sarung saja. Bh hitamnya terangkat sebelah keatas dan kontolku sampai sakit karena kerasnya ketika melihat pemandangan didepanku. Tubuh Warsih sungguh mulus, kuning langsat walaupun baru bagian atasnya saja yang kulihat.<br />
<br />
"Paaakkk......enak...duh....pak...jangan disini...malu pak....aakkhhh" Ia merengek, suaranya serak.<br />
"Dikamarku saja..." Bisikku.<br />
<br />
Kuajak ia masuk dalam kamarku, sebelumnya kukunci pintu depan. Sampai dalam kamar kami bergumul diatas ranjangku. Tubuhnya betul2 padat dan kenyal. Kulepaskan bhnya sehingga ia sekarang hanya memakai sarung saja, aku terbengong melihat buah dadanya yang begitu sempurna dan besar, puting susunya sungguh kontras dengan warna kulitnya. Kubuka seluruh pakaianku sampai telanjang bulat dan ia menjerit kecil melihat kontolku yang berdiri dengan tegak penuh urat menonjol, tangannya menutupi mulutnya.<br />
<br />
"Auu...serem!" Jeritnya.<br />
Kudekati ia dan ia beringsut mundur menggodaku. Aku menerkam dengan kekuatan penuh, kembali ia menjerit sambil memelukku, kami bergumul lagi, kali ini ia menciumi dadaku dengan penuh nafsu.<br />
<br />
"Kontolnya kok kecil sih pak" Bisiknya. Sialan...<br />
"Jangan lihat kecilnya mbak...rasakan tusukannya nanti" Bisikku juga.<br />
"Idiihh....takuut" Ia merengek lagi.<br />
<br />
Kukemot payudaranya lagi, lalu kujilat dan kugigit2 ketiaknya yang ditumbubi bulu lebat, oohh sungguh merangsang sekali baunya. Warsih menjerit2 kecil kegelian, tapi ia menikmatinya.Tiba2 aku mundur lalu dengan cepat aku menyusup kedalam sarung yang masih dikenakannya, ia menjerit tertahan sambil berusaha mendorong kepalaku keluar dari dalam selangkangannya. Tapi aku tidak perduli, kukecupi pahanya yang kurasakan halus sekali. Kuhisap2 kecil, ia terlonjak2 kegelian sambil mengerang2 manja.<br />
<br />
"Jangaan pak....bau....jijik ih...nggak mau aku...ooohhh"<br />
Dorongan tangannya berubah remasan, kepalaku sudah mencapai puncak pahanya, aku merasakan kehangatan kepalaku didalam sarungnya dan tercium bau memek yang membuat kontolku kembali sakit saking tegangnya. Kuciumi celana dalamnya yang lembab dan agak lengket, kujilati lalu kuhisap2 memeknya yang tertutup celana dalam hitam, aku bisa merasakan bulu memeknya yang keluar dari balik lipatan celana dalam, kujilati semuanya lalu kuporoti celana itu, tiba2 sarungnya menjadi kendur, ternyata Warsih membuka ikatan setangennya sehingga sekarang ia bisa melihat kegiatanku didalam sarungnya.<br />
<br />
Ia menurunkan sarungnya, aku menariknya sampai terlepas. Kini aku terpaku sesaat melihat memeknya yang hitam tertutup bulu2 lebat yang ikal. Kulihat ada cairan bening menempel dibulu2 itu, mata Warsih lekat memandangku, aku tak tahan lagi dengan bau yang begitu merangsang. Kubenamkan wajahku dilembahnya, kucium dengan penuh perasaan bau memeknya, oohhh....sungguh enak sekali. Dengan jari2ku kusibakkan bulu memeknya dan kukuak bibir kemaluannya yang berwarna merah tua, ia mengerang2, tangannya mencengkram sprei dan menarik2nya. Aku bisa melihat bagian dalam memeknya yang banjir oleh cairan keputihan, menempel pada dinding dan bibir memeknya, aku tak tahan lagi, kuserbu memeknya dengan lidahku, kujelajahi dan kusapu seluruh cairan itu, terasa asin, nikmatnya sungguh gila.<br />
<br />
"Aaaaa.......enaaaakkkk......mmmhhhh....sssshh hhh"<br />
Pinggulnya terangkat naik menekan mulutku dan aku makin lahap menjilati dan mengemut itilnya. Ia mengerang2 sebelum akhirnya mengangkat pinggulnya dan tangannya menekan kepalaku, dan aku terbenam dalam memeknya. Hidungku menekan itilnya dengan keras dan kurasakan ia menggosok2kannya dihidungku, mulutku masuk dalam liang memeknya, lidahku kuputar dan kutusuk dalam liang itu, ia menjerit agak keras seperti rintihan panjang.<br />
<br />
"Oooohhhhhh........aku..aku....keluaaarrr paaakk.....uuuuuhhhhhh"<br />
Kurasakan hentakan2 keras menekan wajahku dan kurasakan liang memeknya menghangat dan tercium bau khas yang enak sekali, lidahku menjilati lubang kencingnya yang kecil dan merah, Warsih meronta kecil dan mulutnya tak henti melolong. Tiba2 kurasakan kontolku ditariknya, aku mengikuti irama tarikannya, ternyata sesaat kemudian kontolku terbenam dalam mulutnya yang hangat, aku gemetar tak kuasa membendung nikmatnya kuluman Warsih dikontolku, aku berusaha sekuat tenaga menahan dan membendung supaya jangan sampai keluar begitu cepat. Kualihkan jilatanku perlahan2 kelubang duburnya yang berwarna hitam dan ada lendir yang berasal dari liang memeknya. Kelihatanya ia terkejut sesaat tapi kemudian tiba2 ia berontak dan berguling sehingga aku terbawa dan kusadari aku sudah tergencet dibawah tubuhnya, posisi kami menjadi 69 dan ia menekuk lututnya sedemikian rupa sehingga aku bisa dengan leluasa menjelajahi liang duburnya.<br />
<br />
Ia bergetar hebat dan mengguman dengan kontolku dalam mulutnya.<br />
"Paakk...terus pak, terus, terushh....jilat terus, masukin lidahnya paaakk...aku paling nggak tahaaann"<br />
Ia merintih panjang ketika lidahku kutusuk menerobos liang duburnya. Aku tak perduli dengan perasaan jijik orang lain, karena aku menikmati sekali liang duburnya yang bersih dan tak berbau. Tubuh Warsih kembali terhentak2 dan ia menekan pantatnya sehingga aku sulit bernapas, aku berusaha memuaskannya dengan lidahku terus mengorek2 lubang itu dan ia melolong2 pendek seperti wanita hendak melahirkan.<br />
Sampai akhirnya akupun tidak kuat menahan semburan kontolku, aku tak mau kalah, kubalikkan tubuhnya sehingga aku diatas dan ia seperti tahu apa yang akan terjadi karena ia mempercepat sedotannya dan aku memompa mulutnya dengan cepat pula, tangannya mengocok2 pangkal kontolku dengan cepat, aku menjerit sambil memandangnya......cairan air maniku menyembur dalam mulutnya dan kulihat mulutnya mengemot kontolku tiada henti, perutku kejang menahan nikmat yang menyusup seperti gelombang dashyat.<br />
<br />
Air maniku seperti tidak ada habisnya dan tak setetespun keluar dari dalam mulutnya, ia begitu ahli menikmati kontolku sampai aku merasa denyutan2 nikmat berlangsung begitu lama, aku terduduk lemas diwajahnya, kubiarkan ia menjilati kepala kontolku dan menyedot buah zakarku, perasaanku tidak keruan ketika lidahnya mulai menelusuri lubang duburku juga, geli campur meriang yang kurasakan, tapi aku sangat menikmatinya. Lidahnya menjelajahi lubang duburku dengan liar, kontolku dalam sekejap mulai mengeras dan kulihat ia terkikik kesenangan, tangannya kembali mengocok kontolku dengan lembut.Aku juga tak mau kalah, kujilati lagi sisa2 lendir diliang memeknya, seluruh bulu memeknya sudah basah oleh jilatanku, kulihat memeknya berkilat2 dan cairan memeknya begitu nikmat dan hangat, oohhh aku akan sangat merindukannya.<br />
<br />
Setelah kontolku mengeras, Warsih segera berjongkok diatasnya dan mengarahkan kontolku keliang memeknya. Lalu ia mengeluh panjang ketika kontolku amblas dalam lubang hangat itu. Ia mulai memompa dan aku mengikuti iramanya, ia manarik tanganku dan menaruhnya dipayudaranya, aku segera meremasnya.<br />
<br />
"Remas yang kuat paak...aduh...enak sekali kontol bapak...uuuhhhh"<br />
Ia memompa dengan buah dadanya menggelinjang dalam remasanku. Aku meremas dengan keras dan ia merintih dengan keras pula. Kulihat tanganku berlumuran air susunya yang selalu keluar setiap kuremas. Sungguh mati wanita ini sangat pandai bersetubuh, aku tak tahu dari mana ia memperoleh keahlian seperti itu dan terlintas dalam benakku untuk menjadikannya isteri keduaku, aku merinding membayangkan penghianatan cintaku kepada isteriku....tapi sungguh aku tergila2 dengan Warsih.Kontolku seperti disedot2 dalam memeknya, aku berusaha mati2an agar kami dapat mencapai kenikmatan bersama, setiap berhasil kubendung maka sesaat kemudian kontolku kembali tak kuat menahannya, aku menjadi tersiksa oleh kenikmatan memeknya.<br />
<br />
Ia tersenyum senyum dan sesekali menjulurkan lidahnya menjilati wajahku, lidahnya hangat dan liar, setelah itu kami kembali saling lumat, ulekan memeknya membuatku seperti melayang2.<br />
"Warsih....aku hampir nggak kuat lagi nih...." Desahku. Ia terkikik.<br />
"Barengan yok...uuhh.....ayo pak, pompa memekku....aaahhhh....terus, terus, ssshhhh" Ia mulai merengek dan aku mulai nggak kuat menahan.<br />
"Aku..aku...aku ngak kuat lagiii!" Aku berteriak.<br />
Warsih memonyongkan mulutnya, matanya meredup dan merem melek kenikmatan, tiba2....ia berterriak...<br />
"Mati akuuu....."<br />
<br />
Ia mengulek dan menekan dengan keras sehingga kontolku benar2 seperti diputar dan disedot oleh mesin pembuat nikmat.<br />
Ia memelukku dan mulutnya memangut bibirku dan menghisapnya dengan keras, tubuh kami kejang2 dan bergetar hebat, kontolku memuntahkan air mani kembali, dan ia mengulek kontolku sehingga perutku seperti hendak keram oleh kenikmatan yang diberikan memeknya. Kuremas pantatnya dengan keras, napasnya panas memburu diwajahku, lidah kami saling membelit dan kami memangut seperti ular berbisa. Lama sekali sensasi kenikmatan yang kami rasakan, sampai akhirnya ia terkulai dalam pelukanku dengan kontolku masih terhujam dalam memeknya.<br />
<br />
Kami diam tak berkata2, aku juga lemas, kubiarkan tubuhnya yang hangat dengan buah dadanya yang besar menekan dadaku. Fantasiku melayang2, membayangkan andaikan ia adalah isteriku.....<br />
<br />
"Kamu hebat sekali....betul2 hebat" Bisikku. Warsih terkikik kecil dalam pelukanku.<br />
"Dari mana kamu belajar?" Tanyaku.<br />
Ia tersenyum memandangku, keringatnya jatuh diatas bibirku, kujilat keringat itu.<br />
"Aku ini orang Madura lho..." Jawabnya.<br />
"Ah nggak setiap wanita Madura begitu hebat" Jawabku.<br />
"Tapi aku hebat kan?" Bisiknya. Ia mengecup bibirku dengan lembut.<br />
"Aku takluk nih...." Bisikku pula.<br />
<br />
Ia bangun dengan cepat dan berbalik terlentang, dengan sarung ia menutupi memeknya dan berjalan cepat kekamar mandi, aku mengikutinya dan didalam kami mandi sama2, lagi2 kami melakukan persetubuhan sekali lagi atas inisiatifnya, ia nungging dan kutusuk dari belakang seperti anjing sedang berahi, dibawah siraman shower.Akhirnya aku mengajaknya tidur bersama hari itu, aku mengatakan ia tak usah berjualan jamu lagi. Ia akan kukontrakkan rumah dan akan kuberikan uang belanja setiap bulan. Warsih menyetujuinya, tapi ia memilih tinggal di Bandung, aku mengijinkannya. Ia memberiku celana dalam dan bh bekas dipakainya padaku, ia berkata kalau aku rindu padanya maka ciumi saja celana dalamnya dan nikmati baunya. Ooh sungguh perempuan yang tahu memanjakan laki2.....<br />
<br />
Selama empat tahun aku memelihara Warsih sampai akhirnya kami resmi sebagai suami isteri setelah aku dan isteriku bercerai tanpa anak. Dan itulah saat2 terindah dalam hidupku sampai kini. Celana dalam yang pertama kali diberikannya padaku menjadi benda kenangan kami dan sering kali kami keluarkan dan menikmatinya bersama...ooohh Warsih....<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-28613367793200241172015-02-01T04:37:00.000-08:002015-02-01T04:37:14.277-08:00Tetangga Muda Yang Binal<br />
<strong>Tetangga Muda Yang Binal</strong><br />
<br />
Kisah ini bercerita tentang gue dan seorang anak tetangga gue yang lebih kecil dari gue, sebut saja namanya Sheila, dia berusia 2 tahun lebih muda daripada gue, sheila sangatlah cantik untuk ukuran anak seusianya, bibirnya yang sensual, kulitnya yang putih bersih, rambut panjang bergelombang, dan tentu saja dadanya sangat padat dan berisi. Gue sendiri Dimas, mahasiswa semester 2 di kampus swasta di daerah Kuningan.<br />
Pada suatu sore, gue sedang online dengan menggunakan komputer kesayangan gue, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pagar rumah gue dan mengucapkan salam, ternyata pak widodo tetangga gue, dia meminta tolong intallin ulang OS laptopnya sama gue yang notabenenya dewa IT di lingkungan gue.<br />
<br />
Tanpa banyak omong, gue pergi kerumah dia. Dirumahnya sedang ada 2 orang anaknya yaitu rama dan sheila, rama sedang bermain PS dikamarnya dan sheila menonton televisi diruang keluarga<br />
Sheila adalah anak bungsu pak widodo, dia masih SMA tapi perawakannya ngga kalah dengan teman teman satu angkatan gue. Dari dulu dia selalu jadi target bacol gue dikamar mandi hehe.<br />
2 jam gue install ulang laptop pak widodo, sekaligus memasukkan program-program penting yang akan dia gunakan. Selama 2 jam itu pula lah gue mesti nahan sange diruang keluarga pak widodo karena ngeliat sheila duduk di sofa dengan kaki terangkat ke meja dan hanya mengenakan hotpants dan tanktop yang super sexy.<br />
Mungkin karena bosan menonton televisi, sheila pindah duduk ke sofa didepan gue, dia mulai ngajak ngobrol gue.<br />
<br />
“Masih lama ya mas?”<br />
“Ngga kok dikit lagi, tinggal install winamp doang.” Gue membalas.<br />
“Oohh, soalnya sheila mau make laptopnya, ada tugas sekolah yang mesti dikerjain.”<br />
“Lah, malem minggu masih aja ngerjain tugas sekolah, jalan-jalan dong shel, emang cowonya sheila kemana ngga ngajak jalan?” gue nyoba bercandain dia.<br />
“Ah gue ga punya cowo mas, baru putus. Makanya males kemana mana.” sheila menjawab.<br />
“Masa sih? Biasanya pada ngantri, hahaha, yaudah gue selesaiin dulu ya!”<br />
Lalu gue pun kembali berkonsentrasi pada laptop pak widodo. Akhirnya setengah jam kemudian selesai juga, dan gue persilahkan sheila buat make laptop itu, sedangkan gue diajak makan oleh pak widodo. Setelah makan gue ngobrol-ngobrol dengan pak widodo, ternyata malam itu dia akan berangkat dinas ke luar kota, sedangkan istrinya sedang rapat perusahaan di bogor, sehingga harus menginap di rumah orang tuanya. Gue pun cuma cengar-cengir aja denger cerita dia soal pusingnya mikirin proyek. Ngga beberapa lama setelah itu sheila masuk ke ruang makan.<br />
“Mas, itu kok internetnya ngga bisa nyala?”<br />
“Hah? Masa? Coba sini gue liat.” Gue pun segera menuju ke ruang keluarga.<br />
“Yah ini sih emang koneksinya aja lagi down, namanya juga modem CDMA.” Gue menerangkan kepada sheila.<br />
“Yaahh, terus gimana dong mas, gue besok mau jalan, mesti ngerjain tugasnya sekarang.”<br />
“Hmmm, gimana ya? Kalo gini sih paling lo kerjain di warnet, atau kalo mau dirumah gue.”<br />
“Yaudah gue kerumah lo deh mas.”<br />
Sheila pun menghampiri ayahnya buat minta izin kerumah gue. Dengan santai pak widodo mengizinkan putri kerumah gue. Maklumlah pak widodo dan gue udah sangat dekat, dia percaya samague. Lalu gue dan sheila pun langsung menuju rumah gue.<br />
Malam ini rumah gue sepi, soalnya semuanya lagi pada ke luar kota buat mengikuti acara nikahan paman gue, sheila gue ajak masuk kamar gue, soalnya komputer gue ada di kamar gue. Disaat sheila mengerjakan tugasnya, gue tiduran di kasur double bed gue.<br />
Setengah mampus nahan sange ngelihat perawakan tubuh sheila didepan gue. Sekarang pun pakaiannya tetep bikin kontolgue keras banget. Dia tetep pake hotpants tapi sekarang pake sebuah baju bali yang longgar dilapisi hoddie berzipper yang ngga dikancingin. Satu setengah jam gue nungguin dia ngerjain tugasnya sambil dengerin lagu dari ipod. Setelah selesai, gue ajak dia makan.<br />
“Shel, lo belom makan kan? Makan dulu yuk!”<br />
“Ngga ah mas, masih kenyang gue. Eh iya, gue boleh nginep disini ngga?”<br />
“ah gila lo, ntar om wido ngomelin gue lagi.” Padahal sebenarnya gue makin sange denger omongan dia.<br />
“Ngga apa-apa mas, males gue dirumah, cuma ada bang rama sama si mbak, ayah paling udah jalan dinas. betegue!”<br />
“Yaudah, tapi ngga apa-apa kan?” gue memastikan daripada kena omel pak widodo.<br />
“Iya mas ngga apa-apa, emm, ngapain kek mas biar asik nih, bosen gue.”<br />
Gue pun duduk di depan komputer, awalnya gue mau nyalain MP3 gue, tapi tiba-tiba terbersit niat kotor gue, akhirnya gue buka koleksi bokep gue.<br />
“Mas apaan tuh? Wah gila lo malah nonton begituan.” Sheila protes ke gue.<br />
“Lah kan kata lo tadi mau yang seru, ini seru banget malah, yaudah deh kalo ngga mau gue matiin.”<br />
“yah jangan dulu mas, pengen liat gue, penasaran.”<br />
Lima menit nonton bokep jepang, muka sheila semakin mirip dengan pemeran wanitanya, terlihat dia sange berat. Gue pun terus memandangi dia mencari momentum yang tepat agar bisa ngerasain memeknya, ngga beberapa lama dia menaikan kaki ke bangku dan melipatnya didepan dadanya. Gue mulai mencoba memegang pahanya dan mengelus-elus, rasa takut kepada pak widodo lenyap semua, yang penting gue bisa ngerasain memek bacol gue hari ini. Terus gue elus-elus paha sheila dan mulai menjalar ke pinggulnya, dia masih ngga peduli sama tangan gue dan serius menonton adegan bokep tersebut. Hingga ketika gue memegang pinggangnya dia menurunkan kakinya dan menatap gue, tanpa berkata dia memejamkan matanya dan buka sedikit bibirnya, ngga pake basa-basi gue cium bibirnya dengan ganas, dia pun membalas dengan binalnya, ternyata dia udah biasa ciuman. ‘karbitan juga ya” pikir gue dalam hati. Gilanya dia main sangat binal, lidah gue dipagut, air liurnya menetes kemulut gue, dan napasnya sangat memburu.<br />
Puas ngehajar bibirnya, gue mulai turun ke lehernya, dengan napas yang masih memburu dia mendekatkan bangkunya ke dekat bangku gue, kepala gue diremasnya. Jilatan gue pun turun ke dadanya, dengan mudahnya baju bali dia yang longgar dapat gue buka, OMG ternyata dia ngga pake BH, wah binal juga ini anak. Langsung aja gue hajar payudaranya yang telah berukuran sekitar 34B, kiri kanan gue isep dan main mainin. Puas dengan payudaranya, gue pindah posisi, dari yang tadi duduk di bangku sekarang gue berlutut menghadap dia, gue mulai ngejilatin perutnya hingga bagian atas selangkangannya, muka sheila sange berat, gue pun terus nahan-nahan hingga dia yang meminta untuk gue jilatin vaginanya. Ngga berapa lama, dia berkata.<br />
“Mas, bukain aja celana gue, udah ngga tahan mas.”<br />
Tanpa banyak cingcong gue buka celana dia, sekarang terhampar G-string merah muda didepan gue. anjir karbitan abis ini anak SMA.<br />
Langsung dengan semangat 45 gue isap vaginanya yang udah super becek. Dia terus melenguh kencang, gue isap clitorisnya dengan perlahan lahan. Ngga beberapa lama, akhirnya dia orgasme.<br />
Lalu gue angkat dia ke kasur gue dan gue terlentangkan, gue buka semua baju gue. posisi dia gue bikin duduk bersandar di kepala tempat tidur gue, dan gue berlutut dengan penis yang tepat dimuka dia.“shel, gantian dong.”<br />
Dia mulai isep kontolgue, gue mengajari perlahan-lahan, sepertinya dia masih belum terbiasa menghisap penis, 5 menit kemudian dia sudah cukup mahir dan gue merasakan kenikmatan di BJ oleh bacol idaman gue.<br />
Sebelum orgasme, gue tarik keluar kontolgue dari mulutnya, takutnya kalo dikeluarin didalam dia jijik dan ilfeel.<br />
Gue beranjak ke lemari pakaian gue. Gue cari kondom yang gue simpen dibawah tumpukan baju gue. Kondom merah ini gue punya dari mantan gue sebelumnya, sayang kalau cuma disimpen doang hehehe.<br />
Dengan cepat, gue pasangkan kondom tipis itu ke kontol gue dan mengarahkan kontol gue ke memek sheila.<br />
Gue berusaha penetrasi ke memek yang masih sempit, kemerahan dan tanpa jembut itu. Dia berkata, “Mas, pelan-pelan, gue takut sakit.”<br />
Wah anjir lampu ijo banget, mulailah gue memasukan ujung penis gue kedalam vagina dia, dia menahan sakit, kembali gue coba ulangi hingga sekitar 10 menit, pada akhirnya masuk juga semua kontolgue, dia terlihat kesakitan dan mengeluarkan air mata, gue tahan kontol gue dalam memeknya. Setelah terlihat agak baikkan gue mulai keluar masukkan kontolgue dengan gaya missionary, aaahhh enak banget seperti dipijat, tetesan darah merah keluar dari vaginanya.<br />
Duapuluh menit bersenggama dengan dia, gue mengubah posisi, sekarang kita main dengan gaya doggie, penetrasi gue pun makin maksimal bikin dia kelojotan, erangan dan desahan sheila makin menjadi.<br />
“ahh, mmm aaa sss, ttteeerrruu ssssss massss, nikmatttttt” Desahan sheila makin bikin gue sange<br />
“shel, coba lo diatas deh.”<br />
Akhirnya gue mencoba WOT tanpa mengeluarkan penis gue dari memek sheila, dia memduduki selangkangan gue, mukanya yang sangat eksotis itu bikin nafsu gue membara, dia mulai maju mundur. Ngga beberapa lama akhirnya dia mengalami orgasme kedua, badannya kejang dan lemas dia tiduran diatas dada gue, kontolgue merasakan cairan hangat mengalir mengikuti alur urat di kontol gue.<br />
Akhirnya gue kembali ngegenjot dia, sepuluh menit kemudian akhirnya gue orgasme didalam memeknya, sangat banyak sperma gue keluar, hingga memenuhi kondom yang gue pake, “Untung gak bocor, kalau sampe bocor bisa repot” Kata gue dalam hati.<br />
<br />
Keesokan paginya sheila pulang setelah sarapan, dia membisikkan terima kasih setelah mencium gue, setelah malam itu pun kami jadi sering melakukan hubungan sex, mau di mobil, hotel, rumah sheila, rumah gue, bahkan di sekolah sheila.<br />
Kami pun terus menjadi TTMan sampai guelulus kuliah sekarang.<br />
<br />ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-90144459013295389792014-12-04T03:45:00.001-08:002014-12-04T03:57:45.241-08:00Promosikan Blog Sobat Di sini, Gratis ...!!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<strong><a href="http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com/2014/12/promosikan-blog-sobat-disini-gratis.html">Promosikan Blog Sobat Di sini, Gratis ...!!!</a></strong><br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://barangmurah.co.id/wp-content/uploads/2014/10/promosi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://barangmurah.co.id/wp-content/uploads/2014/10/promosi.jpg" height="217" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong>Promosi</strong> adalah upaya untuk memberitahukan, mengenalkan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. <strong>Cara mempromosikan blog</strong> agar terkenal, butuh proses dan waktu oleh karena itu sebelum Anda melanjutkan membaca artikel ini penting untuk diketahui bahwa "Kekuatan Blogger Walking" sangatlah penting. Jadi Lepaskan Semua Widget SEO Mastering di Blog sobat semua, Karena kemungkinan besar <strong>Google Search</strong> sangat tidak menyukai <strong>Cara Praktis</strong> seperti itu.<br />
<br />
Jika Sobat ingin <strong>mempromosikan Blog</strong> anda dengan gratis dan Cepat, disinilah tempatnya. Mungkin kita sebagai Blogger sering jenuh dengan blog yang kita buat sendiri, faktor utamanya adalah sepi pengunjung. Walaupun kita telah menggunakan banyak Teknik dari beberapa <strong>Master Seo</strong> di blog kita dan hasilnya tetap nihil.<br />
<br />
<u><strong>3 Langkah yang Harus sobat Lakukan :</strong></u><br />
1. Nama Isikan Keyword Sobat, Misalkan Cerita Dewasa Blogspot<br />
2. URL isikan url hompage sobat (Jika Blog Anda Masih Baru), atau Isikan url artikel yang berhubungan dengan Keyword sobat (Berlaku Blog yang sudah lama berkomentar di blog saya ini)<br />
3. untuk Pesan, isikan beberapa komentar dan lalu masukkan kode ini di kolom komentar<br />
<blockquote class="tr_bq">
<a href="url Blog Sobat">Nama Keyword</a>.</blockquote>
Penambahan bisa dilakukan di awal atau akhir kode tersebut.
<br />
<br />
Dan Blog ini <strong>Dofollow</strong>. :)<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><a href="http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com/2014/12/promosikan-blog-sobat-disini-gratis.html"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-egB7Ogqf8hg/VIA9hkIC2qI/AAAAAAAAAB8/HzL-cgteblE/s1600/freebanner.gif" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com/2014/12/promosikan-blog-sobat-disini-gratis.html"><br /></a></td></tr>
</tbody></table>
<strong><a href="http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com/2014/12/promosikan-blog-sobat-disini-gratis.html">Promosikan Blog Sobat Di sini, Gratis ...!!!</a></strong><br />
<div>
<br /></div>
<br /></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-66984420124478855142014-12-04T01:50:00.002-08:002014-12-04T01:50:20.837-08:00Pesta Seks Untuk Hajjah Tita<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><u>Pesta Seks Untuk Hajjah Tita</u></b><br />
<br />
Cerita Ini menceritakan sisi gelap dari seorang anak manusia, seorang wanita sholeh berjilbab yang dalam kesehariannya tampak bahagia hidupnya. Telah bersuami dan beranak 3 (yang paling kecil sudah duduk di bangku SMU), wanita ini kesehariannya mengajar pada salah satu perguruan tinggi di Bekasi. Nama wanita (mungkin lebih cocok kalau kita sebut ibu) ini, adalah Tita Nurlaeli. Ibu hajjah yg berumur 54 tahun ini, mempunyai tubuh yang memang memancing setiap lelaki jantan untuk menggagahinya. Semok lencir, dengan kulit yang putih bersih bersinar, serta wajah jawani yang melankolis. Apalagi ibu cantik ini selalu berpakaian santun, busana muslim dengan jilbab lebar nan indah dan santun menghiasi dan menutupi aurat kepalanya. Cantik nian ummi sholehah ini.<br />
Setiap tahunnya ibu Tita harus menghadapi kenyataan pahit, melayani pria-pria hidung belang yg haus seks dan pelecehan wanita sholeh. Pria-pria kaya raya yang senang sekali mempermainkan Ny. Tita secara seksual. Ibu Tita tidak mempunyai pilihan lain kecuali menuruti apa kemauan pria-pria ini, karena kalau tidak maka dipastikan akan hancurlah rumah tangga ny. Tita karena semua rahasia film dan adegan2 seksual yang pernah dilakoni ny. Tita diluar nikah, akan disebarluaskan ke publik. Padahal adegan2 seksual tersebut, sudah sangat lama terjadi, yaitu pada tahun 1998, ketika dirinya untuk pertama kali dalam hidupnya yang selalu taat dan patuh pada suami dan agamanya itu, tergelincir ke lembah perselingkuhan dengan seorang pria keturunan. Lelaki itu, Abaw, adalah pemilik perusahaan supplier komputer yang sedang mengikat kontrak dgn Universitas tempat Ny. Tita mengajar. Entah mengapa, Ny. Tita bisa terlena oleh rayuan ulung Abaw, lelaki keturunan yg 3 tahun lebih tua darinya itu, sehingga pada suatu malam di bulan Oktober tahun 1998 itu, Ny. Tita tergolek pasrah di pelukan Abaw, penggemar wanita-wanita sholehah. Satu malam suntuk, tidak disia-siakan oleh Abaw, ditelanjanginya Ny. Tita sampai sebulat-bulatnya, hanya jilbab indah nan manis menutupi kepala ny. Tita saja yang tetap dibiarkannya, amboiii santunnya, amboiii manisnya. Selain itu, Hajjah Tita dibugili, ditelanjangi. Telanjang bulat, polos, indah dan santun. Aurat-aurat ny. Tita itu seakan menunggu tangan2 dan mulut lelaki untuk segera menjawili serta mencicipi organ-organ yg sehari-harinya tertutup di balik busana muslimahnya nan sopan. Tidak ayal lagi, malam itu dengan syahdunya Abaw menyenggamai sosok sintal muslimah cantik itu dengan penuh perasaan. Segala posisi dipraktekkan Abaw di kamar penuh cinta itu. Mulai dari posisi standard, doggie style, gaya gunting, gaya pangku berhadapan, dll. Hajjah Tita pun tidak ketinggalan, dibawah pengaruh pesona Abaw, muslimah taat ini patuh menjalani perintah2 Abaw. Dengan sabar Abaw mengajari wanita sholehah ini melakukan blow job yang lembut syahdu dan lama. Seperti umumnya laki-laki, tidak suka kontolnya dihisap-hisap dengan keras2 seperti umumnya gaya pelacur2 atau di film2 BF. Santun dan taat Hajjah Tita belajar menjilati kontol laki-laki dengan perlahan. Kepala kontol Abaw hanya di jilati dengan lembut dengan sesekali dimasukkan seluruh kepala kontol itu ke mulut hajjah Tita. Kepala kontol itu hanya di benamkan di dalam mulut suci itu beberapa detik, dikeluarkan, dibenamkan lagi, dihisap perlahan saja, dikeluarkan dan dihisap lagi, begitu seterusnya. Amboiii mesranya. Abaw tahu, hajjah Tita baru pertama kali ini melihat kontol laki2 dewasa yang belum disunat. Untuk itu pulalah ia ajarkan hajjah Tita bermain dengan kulit kulup kontol itu dengan mulutnya. Sensasinya woooww…. Membuat Abaw terbang ke surga. Setidaknya 2 kali penis putih Abaw yang tidak disunat itu berejakulasi dahsyat di dalam liang peranakan ny. Tita. Seonggok sperma putih kental seakan berebut masuk menerobos liang kemaluan suci Hajjah Tita. Rahim suci Tita pun seakan gembira menerima krucil.netan sperma Abaw dengan penuh cinta. Singkat kata malam itu Abaw habiskan untuk berasyik masyuk dengan syahdu bersama wanita muslimah cantik tengah baya itu, bagaikan sepasang kekasih suami istri yang sedang berbulan madu. Hajjah Tita pun menuruti saja semua perintah2 Abaw, jiwa dan raga sintalnya ia serahkan sepenuh hati untuk laki2 Cina yang bukan muhrimnya itu. Sekali lagi ejakulasi di di dalam mulut kecil ny. Tita, sehingga tetesan-tetesan sperma Abaw membasahi jilbab ny. Tita di bagian bawah dagunya. Ejakulasi yang keempat, ejalkulasi terakhir saat waktu telah mendekati subuh itu, Abaw lebih kurang ajar lagi, ditampungya sperma yang muncrat dahsyat dari penis tegar itu, di kedua cup BH nya Tita. Kemudian sebelum mereka tidur berdua, BH yang penuh sperma kental itu, dipakaikannya di dada sintal ny. Tita, sehingga buah dada montok muslimah itu otomatis lengket-lengket dilumuri sperma yang tertampung di cup BH nya itu, yang ketat mesra membungkus kedua bukit susunya. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, ny. Tita menuruti saja perintah Abaw perayu ulung, yg juga punya sedikit keahlian hipnotis itu. Ini dilakuan Abaw dengan tujuan, keesokan harinya ketika ny. Tita sudah bangun dan pulih, maka sperma di teteknya akan kering, dan memancarkan bau khas sperma. Sehingga siapapun yang duduk dekatnya di dalam angkot perjalanan pulang, akan bisa mencium bau sperma yang sangat khas itu.<br />
<br />
Tanpa ny. Tita sadari, sebenarnya Abaw secara licik telah menyiapkan beberapa kamera dan crew nya untuk mengabadikan adegan2 syahdu di kamar villa tersebut. Sehingga sejak saat itulah ny. Tita terjebak dalam lingkaran pemerasan dan perzinahan dengan Abaw dan rekan2nya. Setiap tahun sejak thn 1998 itu, Abaw melakukan satu ritual seks dengan ny. Tita, muslimah tengah baya nan santun berjilbab ini.<br />
<br />
Sepanjang kemauan dan perintah pria-pria ini masih dapat dilakukan Ny. Tita, walaupun sudah pasti itu melanggar norma-norma agama, tapi masih tetap dilakoni oleh Ny. Tita. Tetapi alangkah naif-nya bahwa dalam satu pertemuan tidak ada perlakuan diluar batas terhadap ibu manis ini. Bisa dipastikan dalam setiap pertemuan, ada 2 sampai 3 perlakuan yg benar-benar sudah diluar toleransi manusia yg normal. Sabar, nanti akan saya ceritakan secara detail.<br />
<br />
Biasanya setiap habis Lebaran, Abaw, lelaki keturuan berusia 57 ini memanggil ny. Tita lewat telepon genggamnya. Dengan kode sandi yang sudah dimengerti oleh Tita, Abaw menentukan tempat dan waktu dimana Tita harus menunggu untuk dijemput.<br />
<br />
Seperti Lebaran thn 2005 yg lalu. Tepat saat maghrib tiba, hari ke 7 Lebaran, Tita sudah siap menunggu persis di depan kasir Gramedia Bekasi. Tidak sampai lima menit kemudian, Abaw telah muncul dari jarak 10 meter, dan Tita dengan seksama mengikuti ke mana Abaw pergi yang akhirnya menuju BMW 735i yg terparkir di halaman gedung toko buku itu. Mengenakan pakaian jubah merah muda serta jilbab merah bermotif bunga-bunga putih, muslimah yg santun itu duduk di bangku belakang mobil mewah ini, di samping Abaw, yang secara kurang ajar hanya mengenakan celana pendek berbahan batik sutra tipis. Tangan kirinya merangkul pundak bu Hajjah Tita, sambil sesekali mengelus kepala wanita soleh yang dibungkus jilbab halus berwarna merah, dengan motif bunga-bunga kecil nan cantik. Aroma cinta nan harum surgawi, kuat merasuk ruangan mobil mewah milik Abaw itu. Anugrah asmara dan birahi menggelegak di darah Abaw, mulai dari kepala hingga ke ujung kontolnya. Setahun bukan waktu yg sebentar bagi Abaw untuk menunggu saat-saat seperti ini, saat di mana seorang muslimah cantik tengah baya, nan anggun, santun dan suci, pasrah diperlakukan apa saja.<br />
<br />
Sesampai di villa mewah yang telah dipesan Abaw di daerah Puncak, Abaw mengajak ny. Hajjah Tita menuju urang tengah yang tertutup, ber-AC, dilengkapi fasilitas TV karaoke dan lainnya. Dengan mesra tangan Abaw melingari pinggang Ny. Hajjah Tita yang sebenarnya sudah tidak terlalu ramping lagi itu. Mereka berdua bergabung dengan 3 orang lelaki lainnya. 1 orang pria keturunan Tionghoa seperti dirinya, satu pengusaha dari Ambon dan satu lagi pria kekar pejabat pemda Nusa Tenggara Timur. Dua yang disebut terakhir itu pria2 baya yang masih kekar dan berkulit hitam legam, jantan sekali meraka. Mereka rekan2 Abaw yang telah menanti mereka di villa tersebut. Abaw paling pandai membawakan acara. Biasanya acara pertama adalah ice breaking, untuk mencairkan suasana kaku antara Tita dengan 4 lelaki kaya yg sangat gemar mencabuli wanita-wanita soleh. Abaw memainkan lagu-lagu nostalgia di organnya, sedangkan hajjah Tita yg manis menyanyi menghibur lelaki-lelaki itu. Disela-sela Tita bernyanyi ada saja lelaki yg menghampirinya, memeluk ringan dari belakang sambil menciumi tengkuk, mengelusi kepala sambil membelai dan mengagumi jilbab sutra nan cantik itu, merabai payudara dari luar baju santunnya ataupun memeriksa dan membelai ringan bulatan daging pantat ummi santun, bidadari kecil muslimah nan taat ini.<br />
<br />
Setelah asyik dihibur nyanyian Tita, biasanya mereka berkaraoke. Sementara itu Tita diberi tugas untuk mengambil minuman keras dan mengedarkannya ke para laki-laki itu. Tetapi Ny. Tita diharuskan melepas semua pakaiannya, dan diganti dengan bikini super mini yang hanya mampu menyembunyikan pentil daging tetek montoknya dan sedikit menutupi aurat kemaluan hajjah Tita. Amboiii seksinya ummi santun itu. Yang aneh, jilbab indah hajjah Tita harus tetap dikenakannya, sehingga masih mengesankan ibu bijak dan taat soleh. Pakaian itu hanya berupa BH bertali tipis dengan cup yang hanya mampu menampung pentil dan daerah hitam pekat puncak dari bongkahan-bongkahan daging lembut berkulit putih yang menggantung manja di dada nyonya montok ini, serta seutas tali-temali yang terikat di pinggung putih padat bu hajjah, dengan secuil kain putih nan malu-malu menutupi mulut kemaluan hajjah Tita. Saat mengedarkan minuman itu, sesekali secara bergantian, ny. Hajjah Tita dipangku para pria tadi. Diciumi, diraba-raba dan dibelai-belai seluruh bagian sensitif yang lencir dari nyonya yg sebentar lagi menopause ini. Aurat-aurat nan elok dan suci terjaga itu kini bebas dibelai, diraba, dicubiti, dicicipi, dijilati serta dicupangi oleh empat orang lelaki bukan muhrimnya itu. Seakan terhipnotis, bu hajjah Cuma bisa tersenyum malu saat diperlakukan seperti itu. Maniss sekali.<br />
<br />
Kelemahan bu Tita ini adalah bagian buah dadanya. Selain ukuran dan bentuknya yang bengkak menohok ke depan, buah dada ibu kenes ini terlalu sensitif terhadap rabaan lembut laki-laki. Seketika pentil montok hitam legam itu langsung membengkak tegang, seakan siap untuk dijilati dan dihisapi laki-laki.<br />
<br />
Sessi bersanggama biasanya dimulai setelah semua lelaki itu puas bernyanyi dan minum2. Setidaknya tiap lelaki jantan itu sempat satu kali menyemburkan spermanya di liang peranakan ibu hajjah nan masih mengenakan jilbab indahnya itu. Uniknya saat bersenggama, keempat laki-laki jantan itu selalu bekerja sama melahap ummi santun ini. Saat giliran Akiang, laki2 Cina itu tidur terlentang, bu Hajjah Tita diangkat oleh ketiga laki2 lainnya dan diposisikan di atas Akiang, kemudian 3 laki2 itu menggendong Hajjah Tita naik dan turun supaya vaginanya otomatis erat menjepit keluar masuk kontol Akiang.<br />
<br />
Selesai sessi bersanggama, di mana muslimah cantik itu telah terkuras habis tenaganya, seperti biasa dimulailah sessi terakhir, yaitu sessi pelecehan bebas kreatif. Di sessi inilah biasanya ide-ide gila pelecehan seksual yang sudah diluar batas toleransi manusia normal ini terjadi. Di saat ibu bijak bidadari kecil nan santun itu telah kelelahan dan habis tenaganya inilah pesta yang sebenarnya dimulai.<br />
<br />
Pernah dua tahun sebelumnya, muslimah cantik nan sholehah itu dipaksa bersanggama dengan anjing Doberman milik Abaw. Tetapi gagal karena mereka tidak berhasil memasukkan penis anjing tersebut ke dalam liang kemaluan nan suci milik muslimah taat itu. Akhirnya Abaw memaksa ny. Tita, yang dalam keadaan telanjang bulat dengan aurat-aurat terpampang bebas, hanya jilbabnya santunnya saja yang menutupi aurat kepalanya, (amboii.. sungguh manis nian), menghisapi penis Doberman yang ukurannya besar dan gempal saat dia terangsang itu. Dan saat sang Doberman orgasme, separuh mani nya muncrat di mulut ibu hajjah Tita, separuh agi ditampung Abaw di gelas, yang kemudian dikrucil.netkan dengan alat suntik tanpa jarum ke vagina ibu hajjah, masuk menjilati dinding-dinding kemaluan yg selalu dijaga oleh ny. Tita itu, terus masuk dan akhirnya bersemayan di rahim suci muslimah nan elok itu.<br />
<br />
Sedangkan untuk acara tahun ini, malam itu, Abauw sengaja mengundang seorang ahli reflexology. Koh Tan, namanya, pria Cina berumur sekitar 60 tahun ini ahli reflexology, yg mempunyai spesialisasi organ2 tubuh wanita. Koh Tan dibayar oleh Abaw, untuk memijat refleksi ny. Tita di bagian telapan kakinya, dengan tujuan merusak sensor syaraf penahan kencing ny Tita, tentunya ini hanya untuk sementara waktu saja.<br />
<br />
Sebelum ritual refleksi itu dilakujan Ny. Tita dipakaikan kembali jubah indah serta semua pakaian dalamnya seperti sedia kala.Kemudian barulah ibu santun itu di refleksi oleh Koh Tan. Syahdu sekali proses refleksi itu, ny Hajjah Tita yang lemah tak berdaya itu, dipegangi kedua tangan dan kakinya oleh 4 lelaki bukan muhrimnya itu, lalu Koh Tan dapat dengan bebas memijati bagian tertentu di telapak kakinya. Proses itu hanya memakan waktu tidak lebih dari 3 menit.<br />
Setelah selesai, Ny. Tita dipaksa minum air putih, tidak tanggun-tanggung, 3 gelas penuh dikucurkan ke dalam perut Ny. Tita, padahal secara terori, 1 gelas sudah cukup membuat kebelet dalam waktu singkat. Mereka tidak perduli lagi dengan kesehatan Ny. Tita, yang mereka pikirkan hanya memuaskan nafsu kebinatangan mereka atas tubuh montok milik ibu santun dan merangsang ini.<br />
<br />
Benar saja, dalam dua menit, Ny. Tita merasakan kebelet yang luar biasa. Ia minta izin ke toilet untuk buang air kecil. Tetapi keempat lelaki perkasa itu melarangnya. Ny. Tita hampir menangis sambil memegangi bagian bawah tubuhnya, minta izin ingin pipis. Abaw merangkulnya sehingga ia tidak bisa lari ke kamar mandi. Abaw bahkan mengangkat jubah bagian bawah muslimah berjilbab itu, serta menangkupkan telapak tangannya di selangkangan ny. Tita, seakan-akan memancing pipis ibu nan bijak itu untuk segera keluar. Ny. Tita menangis tersedu-sedu, selain karena kesakitan akan dekapan yg terlalu erat itu, juga karena ia sangat-sangat malu dan sudah sangat2 tidak tahan untuk kencing, pepe’nya sudah sangat kebelet dan ia sebentar lagi bisa-bisa ia pipis di celana.<br />
<br />
Abaw malah tertawa dan mengatakan bahwa itulah yg mereka inginkan. Mereka ingin melihat Ny. Tita terkencing-kencing di celana, sehingga membasahi jubah bagian bawah dari bahan lembut yg dikenakannya, bahkan sampai menetes-netes ke paha lencir Ny. Tita. Sehingga lelaki2 itu siap menyantap kencing yang menetes-netes di paha lembut itu. Sedangkan Abaw yang akan menyantap air kencing Ny. Tita langsung dari pepe’ Ny. Tita.<br />
<br />
Belum selesai Abaw menjelaskan, Ny. Tita sudah tidak tahan lagi untuk pipis. Tubuhnya sudah tidak dapat dikontrol lagi, dan dari bagian pepe’nya terasa sesuatu yg sangat mendesak untuk keluar, tanpa dapat ditahan lagi, dan tiba-tiba Ssseeeeeerrrrrrrrrrr…………… muncratlah air kencing Tita, keluar deras dari lubang kecil di pepe’nya. Pertama membasahi celana dalam dan sebagian rok pink nya. Terus muncrat deras sampai2 membasahi dan menetes-netes ke paha Ny. Tita. Deras sekali. Erotis sekali pemandangan di ruangan itu, seorang ibu hajjah nan santun, elok, lemah lembut dan manis, berpakaian muslimah nan santun dengan jilbab indah terpasang di kepala, kini tanpa daya dipegangi oleh 4 lelaki jantan, dipermalukan dengan ditontonnya kejadian yg sangat pribadi itu, pipis. Air kencing Tita, terus mengucur, berwarna kuning keemasan, dan berbau khas sekali. Bau yang semakin merangsang para laki-laki bengis itu.<br />
<br />
Huahahaha gelak tawa melecehkan dari kelima lelaki itu.<br />
« Ngompol…ngompol…. Ih udah gede ngompol… »<br />
« Ihh gak tahu malu, kencing di celana…. Harus dihukum tuh… »<br />
<br />
Tangan kiri Abaw kini ditangkupkan di selangkangan Ny. Tita. Basah… basah… dan air kencing itu pun masih terus mengucur deras di tangan Abaw.<br />
<br />
Kencing Ny. Tita terus mengucur tanpa bisa dikontrol oleh Ny. Tita sendiri, sehingga kini lantai tempat Ny. Tita berdiri telah basah. Kemudian dua lelaki berebutan menjilati betis dan paha Ny. Tita yang basah oleh kencing. Berebutan mereka menjilati air kencing muslimah santun nan cantik itu. Sedangkan satu lelaki terakhir, membawa gelas dan berusahan menampung sebanyak mungkin pipis ibu hajjah Tita itu. Usaha yang tidah sia-sia rupanya, setengah gelas berhasil ditampungnya. Abaw tetap memeluk keras Ny. Tita, sehingga Ny. Tita tidak bisa berbuat apa-apa.<br />
<br />
Setelah kencing itu habis dari kemaluan wanita berjilbab itu, sekarang giliran Ny. Tita dipaksa meminum air kencingnya sendiri. Dengan posisi menengadah ke atas, serta kedua tangan dan kaki dipegangi 4 lelaki itu, hidung ibu hajjah Tita ditutup rapat2, sehingga wanita sholehah itu mau tidak mau haru sbernafas dari mulut. Ketika itulah setengah gelas air kencingnya sendir, diminumkan ke mulut ny. Tita, sehingga mau tidak mau, muslimat elok itu menelan semua cairan berbau dan kuning keemasan itu, kalau tidak dia akan mati tidak bisa bernafas.<br />
<br />
Selesailah ritual suci untuk ibu hajjah Tita, wanita cantik dan anggun, bidadari kecil dari surga, muslimah taat dan istri nan bijak itu, untuk malam itu. Selanjutnya Ny. Tita harus menunggu hingga tahun depannya, pasti akan diundang lagi oleh Abaw untuk menservis dia dan rekan2 bisnisnya itu.</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-27191630083834725232014-12-04T01:47:00.001-08:002014-12-04T01:47:29.094-08:00Pesta Seks Bersama Tante Sexy dan Anakmya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><u>Pesta Seks Bersama Tante Sexy dan Anaknya.</u></b><br />
<br />
Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,<br />
Hey.. kok.. melamun? katanya.<br />
Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.<br />
Eee.. Ditanya kko masih diam sih? wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,<br />
Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?<br />
Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?<br />
Kemana Tante? tanyaku.<br />
Gimana kalau ke rumah Tante aja yah? karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.<br />
Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.<br />
Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,<br />
Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam? yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.<br />
Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai, kata Mbak Hanny.<br />
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.<br />
Nah dewa sekarang tinggal kita berdua, katanya.<br />
Mrmangnya ada apa tuh Tante? kataku heran.<br />
Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak, begitu timbalnya.<br />
Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki, sambil memeluk aku dan memohon,<br />
Yah sayang? Mau kan? katanya lagi<br />
Ii.. Yaa, mau.. Tante? jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.<br />
Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah? gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.<br />
Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh.. desahku.<br />
Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta, kata Tante Mey.<br />
Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.<br />
Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?<br />
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.<br />
Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?<br />
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.<br />
Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta? Tante Mey meringis memohon.<br />
Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..<br />
Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?<br />
Kenapa Tante?<br />
Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?<br />
Ooohh..? jawabku.<br />
Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis, katanya.<br />
Selang beberapa menit,<br />
Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?<br />
Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?<br />
Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.<br />
Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang? lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.<br />
Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..? ceracaunya.<br />
Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan? timbalku.<br />
Tiba-tiba, Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?<br />
Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?<br />
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.<br />
Tante aku mau keluar nih..? kataku, Dimana nih keluarinnya..?<br />
Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?<br />
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..<br />
Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..? erangku.<br />
Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,<br />
Ada apa Mbak? tanyaku.<br />
Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,<br />
Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..<br />
Dia mempertegas, Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak, sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.<br />
Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku, jawabku vulgar.<br />
Kita entotannya dilantai karpet aja yah? kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang, dia mempertegas.<br />
Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..<br />
Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..? erangnya.<br />
Sakit Mbak? tanyaku.<br />
Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?<br />
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?<br />
Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..? sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.<br />
Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?<br />
Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.<br />
Iiihh.. Kakak lagi ngapain? mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.<br />
Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,<br />
Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?<br />
Ii.. ittuu.. ada..?<br />
Ada apa? katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,<br />
Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!<br />
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang? kata Mbak Hanny.<br />
Kak aku ingin ngerasain dientot yah? tanya Shelly sama kakaknya.<br />
Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa, timbal poppy.<br />
Iyah kan Kak? tanya poppy pada Shelly.<br />
Iyah nih.. Gimana sih..? timbal Shelly.<br />
Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut? terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.<br />
Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?<br />
Sini jangan ribut.. kata Kakaknya lagi, Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis Tanya kakaknya.<br />
Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..<br />
Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.<br />
Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..? erangan Mbak Hanny.<br />
Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali<br />
Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.<br />
Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.<br />
Benar nih, vagina kamu mau aku masukin? tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.<br />
Mau sekali Kak..? jawabnya.<br />
Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia? jawab polosnya.<br />
Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..<br />
Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..? sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.<br />
Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?<br />
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.<br />
Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak? katanya.<br />
Iyah Shelly sayang, gimana enak kan? tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.<br />
Enak.. sekali.. Kak Dewa..<br />
Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi? lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..<br />
Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh.. eranganya.<br />
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.<br />
Sudah dong kak..? kataku pada Mbak Hanny.<br />
Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini? kataku lagi<br />
Iyah Kak Hanny, sudah dong kak? kata Poppy.<br />
Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali? katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.<br />
Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.<br />
Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.<br />
Bleess.. Bless.. Bleess..<br />
Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh.. Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.<br />
Sakit yah? tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.<br />
Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut, katanya.<br />
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.<br />
Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah.. ceracaunya.<br />
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.<br />
Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..<br />
Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,<br />
Aku mau keluar nih?<br />
Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..<br />
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..<br />
Crott.. Croott..<br />
Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..? eranganya.<br />
Makasih.. Yah kak..? sambil dia tersenyum.<br />
Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.<br />
Aku mau keluar nih, dimana sayang? tanyaku.<br />
Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..<br />
Ccrroott.. Crroott.. Crott..<br />
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.<br />
Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-21912106990811463262014-12-04T01:43:00.002-08:002014-12-04T01:43:39.223-08:00Pembantu Bahenol jadi Budak Seks ku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku tinggal di sebuah perumahan di kawasan Serpong. Awalnya sih berdua dengan PRT yang aku bawa dari rumah orang tuaku, namun belakangan ibuku minta supaya PRT itu kembali ke rumahnya karena PRT yang lama mendadak mudik dan tak pernah kembali lagi. Sebagai anak, aku sih ikhlas aja, walaupun cukup repot mengurus rumah tanpa pembantu.<br />
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari PRT, dan dari seorang tukang jamu keliling, aku dikenalkan dengan seorang tukang jamu gendong yang ingin pensiun jualan jamu karena capek katanya dan memilih menjadi PRT, asal digaji minimal 750 ribu.<br />
Pada hari Sabtu datanglah calon PRT itu, namanya Nurlela, usianya sekitar 30 tahun, kabarnya dia janda dengan satu anak. Wanita itu datang sendiri saja, mengenakan kaos dan celana panjang yang cukup ketat sehingga menonjolkan bagian tubuhnya, terutama bagian dada dan pantatnya. Wajahnya sih biasa saja, tipe orang Jawa yang kalem dan pemalu.<br />
Sekilas aku sih oke saja, yang penting ada orang yang bisa bantu-bantu di rumah. Singkat cerita, Nurlela mulai bekerja di rumahku.<br />
Seminggu berlalu, aku mulai memperhatikan dan tertarik dengan body Nurlela yang toge pasar itu. Apalagi saat dia mengepel lantai, belahan dadanya yang besar begitu menggoda dan lenggokan pantatnya yang bahenol seakan menantangku untuk menjamahnya. Maka dengan sengaja suatu waktu aku menyempatkan diri melihat jemuran underwear Nurlela sekedar untuk tahu bahwa ukuran branya adalah 36C, wuihhh... bikin ngiler aja.<br />
Gairahku pada Nurlela semakin menjadi tatkala suatu sore ketika aku pulang kerja dia sedang mandi dan mungkin karena biasanya aku tidak pernah pulang sore, maka dia tidak menutup pintu kamar mandi. Nurlela sama sekali tak menyadari bahwa aku sudah pulang karena mobilku memang aku tinggal di kantor.<br />
Jantungku berdegup kencang menyadari bahwa aku punya peluang melihat tubuh Nurlela bugil, dan memang, tatkala aku melewati pintu kamar mandi, dengan jelas kulihat tubuh bugil Nurlela yang membuat kejantananku berkobar. Bodynya benar-benar bahenol dan padat. Buah dadanya yang besar tampak masih sangat kencang dan demikian pula dengan pantatnya yang besar. Ingin rasanya aku melabrak masuk ke kamar mandi dan menerkam tubuh bahenol itu, namun aku cukup bersabar. Aku takut dia teriak dan malah jadi berabe.<br />
Malam harinya, aku memanggilnya untuk mengobrol.<br />
“Mbak Nur, katanya punya anak ya? Umur berapa”, tanyaku.<br />
“Iya Mas, umur 3 tahun, tinggak di kampung sama neneknya”, jawabnya.<br />
“Wah, masih kecil ya, pasti masih butuh susu”, celotehku nakal sambil melirik buah dadanya yang super itu.<br />
“Iya Mas, makanya saya kerja di sini, semua buat anak saya”, jawab Nurlela lugu tanpa sadar mataku dengan nakal memandangi buah melonnya penuh nafsu.<br />
“Kamu kan saya gaji 750 ribu, mau enggak saya tambahin 250 ribu untuk uang susu anak kamu?”, sebuah pertanyaan yang mengundang tanda tanya.<br />
“Wahh... kalau memang boleh sih, tentu mau Mas”, wajah kemayu Nurlela semeringah. Dia tak sadar bahwa tawaranku pasti “ada udang di balik kutang”.<br />
“Saya siap, ini uangnya”, kataku sambil menunjukkan uang 100 ribuan sebanyak sepuluh lembar.<br />
“Besok kamu kan gajian, saya bisa kasih 1 juta, hanya ada syaratnya”, aku mulai tak kuasa menahan diri.<br />
“Syarat apa Mas?”, tanya Nurlela yang mulai agak sadar pada maksudku.<br />
“Hmmm... saya kasih uang susu buat anak Mbak, tapi saya minta susu dari Mbak”, aku langsung menembak.<br />
“Ihhh... Mas nakal sih”, Nurlela tampak malu, wajahnya menunduk. Kesempatanku meraba tubuhnya.<br />
“Ihhh... jangan Mas...”, ia tampak sangat jengah dan berusahan menolak tanganku. Tapi aku sudah sangat paham bahasa tubuh wanita yang benar2x menolak dengan tolakan yang basa-basi. Jelas tolakan Nurlela adalah basai-basi. Mana mungkin dia menolak diriku, seorang pria mapan yang usianya lebih muda darinya, dan menjanjikan tambahan uang baginya. Sementara dia adalah seorang janda yang tentu saja haus belaian dan butuh uang.<br />
“Ini uangnya, simpan sana”, kataku seraya menyerahkan uang satu juta pada Nurlela,”Tapi kembali lagi ke sini ya, saya mau minum susu”.<br />
“Ihh.... Mas...”, Nurlela masih malu, namun uang itu segera disambarnya dan dengan muka masih tersenyum wanita bahenol itu masuk ke kamarnya.<br />
Aku tak perlu menunggu lama, wanita itu kembali lagi dengan wajah masih malu-malu.<br />
“Sini... duduk dekat saya”, ajakku.<br />
Nurlela merapatkan tubuhnya di sampingku. Aku yang sudah birahi langsung meletakkan tanganku di atas buah dadanya.<br />
“Besar sekali susunya Mbak... boleh saya buka ya..”pintaku. Tanpa menunggu jawaban dari Nurlela, tanganku sudah meremas payudaranya yang besar itu.<br />
Nurlela yang sudah lama menjanda itu tentu saja seperti orang haus yang diberi segelas air dingin. Wanita desa itu dengan wajah pasrah bercampur harap menyerahkan tubuh montoknya padaku. Daster batik yang dikenakannya dalam sekejap sudah terpapar di lantai. Tubuh montoknya hanya dibungkus bra dan cd murahan yang sudah tipis dan kendor. Buah dadanya dengan sombong menyembulkan puting susu coklat ditepi bra kendornya itu, sementara warna hitam jembutnya terbayang di calik CD tipisnya yang sudah usang.<br />
Aku merogoh dompetku dan memberikan dua lembar uang ratusan ribu pada Nurlela.<br />
“Mbak Nur, ini saya kasih tambahan, buat beli celana dalam dan beha baru ya... hi3x....”, candaku sambil menyerahkan uang itu pada Nurlela.<br />
“Wah... makasih banyak Mas...”, katanya malu”, iya nih udah pada jelek, buka aja ya...”<br />
Dalam sekejap tangan-tangan Nurlela melepas bra dan cdnya sehingga tubuh montoknya berbugil ria dihadapanku.<br />
Aku segera menyerbunya. Kupeluk, kuraba dan kuremas-remas seluruh lekuk tubuhnya. Tanganku seakan tak bosan-bosan meremas-remas buah dadanya yang sebesar pepaya itu, juga bongkah pantatnya yang besar.<br />
“Ihh.... isep terus Maas...”, jerit Nurlela kegirangan tatkala puting susunya kuhisap dan kukulum-kulum.<br />
“Yang satunya dong... iseppp... yang kenceng...”, pintanya ketagihan.<br />
Sambil menghisap puting yang satu, tanganku yang lain memainkan puting buah dada sebelahnya dan tanganku lainnya asyik meremas-remas pantatnya sampai daerah selangkangan.<br />
“Aduhhhh Masss....enak banget... memek saya udah basahhhh...”,Nurlela terus menjerit dan mendesah.<br />
Sadar bahwa Nurlela bakalan orgasme duluan karena sudah lama dia tidak disentuh laki-laki, aku justru meraba-raba vaginanya dan kudapati kalau liang senggamanya memang sudah becek.<br />
Sambil terus mengulum puting susu, tanganku sibuk memijat klitoris Nurlela sehingga wanita itu makin melejat-lejat dibakar birahi dan akhirnya meledak tatkala jariku menelusup masuk liang vaginanya.<br />
“Aduhhhh... gak tahan Mas.... saya puassss....”, jeritnya”, Ohhhh.... enak bangetttt”.<br />
Tubuh montok itu menggelinjang menikmati rasa orgasme yang sudah lama tidak dirasakannya.<br />
“ohh... maaf ya Mas...”, katanya merasa tidak enak padaku.<br />
“Enggak apa, yang penting masih bisa dipakai kan?” candaku.<br />
“Masih dong Mas... habis Mas belum buka baju sih, mana kontolnya Mas...”, pintanya jorok sambil berupaya menelanjangiku.<br />
Dengan cekatan dia membuka celana panjangku dan sekaligus celana dalamku.<br />
“Woow... gede juga nih kontolnya...”, puji Nurlela.<br />
“Emut dong... jilatin kontol saya”, pintaku dan segera diiyakan oleh Nurlela. Tanpa canggung lagi, Nurlela memasukkan penisku ke mulutnya dan disedot-sedot penuh nafsu.<br />
“Mbak.... saya mau keluar di memek aja”, pintaku”, ayo dong nungging”.<br />
Nurlela yang kini menjadi budak seksku tentu menuruti semua kataku. Dia menungging dan menghadapkan pantat bahenolnya padaku, membuatku semakin bernafsu menyerang vaginanya dari belakang.<br />
Tak sulit memasuki vagina wanita anak satu yang sudah becek ini, penisku dengan penuh semangat memompa vaginanya, maju mundur, keluar masuk.<br />
“Entot terusss.... ohhh... enak banget...”, jerit Nurlela keenakan. Setiap erangan dan kata jorok dari mulutnya justru menambah panas birahiku. Sampai saatnya aku mengocok dengan cepat vaginanya.<br />
“Sebentar lagi saya keluar ya....keluarin di dalama aja ya...”, pintaku.<br />
“Iya Mas... silahkan... ayo.... saya juga mau puas lagi nih...”, jerit Nurlela.<br />
Ternyata Nurlela orgasme lebih dahulu dan lejatan dinding vaginanya mendorong penisku juga menyemprotkan sperma hangat ke rahimnya.<br />
“Okkhhhh.... asyiikkk... saya semprot ya...” seruku.<br />
“Iyaa..... semprot Mas... memek saya endut-endutan...”jawab Nurlela.<br />
Sesaat sesudah orgasme nan nikmat itu kami berpelukan dan dengan refleks aku mencium bibirnya.<br />
“Terima kasih ya...”, kataku. Nurlela sangat terkejut bercampur senang dengan ciumanku itu.<br />
“Saya... saya yang terima kasih Mas...” serunya dengan wajah mesum,”Kapanpun Mas mau... saya siap”.<br />
Aku pergi meninggalkan tubuh Nurlela yang telanjang dan masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan pergi tidur. Pagi harinya, ketika bangun aku langsung mencari Nurlela yang sedang masak sarapan di dapur dan aku langsung menubruknya.<br />
“Mbak... lagi yuukk...”, seruku penuh nafsu menyadari Nurlela sudah mandi.<br />
“Hi3x... saya tahu Mas pasti pingin lagi, saya gak pake daleman nih...”, serunya.<br />
Aku terkejut dan senang meraba dadanya yang no bra itu dan juga mengangkat dasternya menemukan selangkangan berbulu lebat yang tak dibungkus CD.<br />
Dalam sekejap, adegan seks kami berlangsung seru dan berakhir 1-1 dengan posisi doggy style di pinggir meja dapur.<br />
Sejak saat itu Nurlela bekerja ganda, sebagai PRT dan juga budak seksku. Kapanpun aku mau, dia menyediakan tubuh montoknya. Akupun tanpa perhitungan mengeluarkan uang untuk memelihara aset Nurlela. Setiap bulan aku memberikan uang khusus untuk ke salon, biaya lulur dan spa vagina, sehingga mekipun PRT, tapi kulitnya halus dan vaginanya wangi. Hmmm....<br />
<br />
<b>TAMAT</b></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-2046501220076618042014-12-04T01:31:00.000-08:002014-12-04T01:31:04.354-08:00[Real Story] Naya 02<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Naya mulai menancapkan kuku jemarinya dan melenguh begitu keras setiap kali Udin menyodorkan penisnya secara brutal dan tak menentu. Naya di ambang orgasmenya lagi. Namun kali ini gelombang orgasme yang akan datang, jauh lebih besar dari gelombang orgasme beberapa saat lalu.<br />
<br />
<br />
Kakinya secara otomatis dia dirangkulkan ke pinggang Udin. Meminta-minta supaya Udin membenamkan dengan ganas semua batang panjang itu kedalam kemaluannya. Hingga pada akhirnya…<br />
<br />
<br />
“Ooooouuuuggggghhh… Dddiiiinnnnnn…” teriak Naya sembari mencakar punggung hitam Udin. Orgasmenya pecah. Orgasme yang sudah lama ia nantikan akhirnya dapat ia rasakan juga. Orgasme besar yang baru kali ini ia rasakan. Orgasme yang ia peroleh bukan dari suami yang ia cintai.<br />
<br />
<br />
“Udin juga keluar, Tanteee…” teriak Udin sambil mencengkeram keras buah dada Naya. “Kita keluar bareng-bareng…”<br />
<br />
<br />
“Ooooouuuggghhh…“ tubuh Naya tiba-tiba mengejang. Punggungnya membusur ke belakang, kepalanya mendongak keatas dan bola matanya memutih terbalik. Naya merasa tubuhnya begitu hidup. Karena kedutan orgasme yang menyerang sekujur organ kewanitaannya begitu hebat.<br />
<br />
<br />
“Ssshh… Tantee… Ennaaaakkk baaanngeeettt… Ooouuuggghhhtt…” teriak Udin begitu batang penis panjangnya memuntahkan lahar kenikmatan.<br />
<br />
<br />
Kaget mendengar teriakan Udin, Naya buru-buru sadar. "Oh tidak," ujarnya tergagap. "Tarik keluar, Din…"<br />
<br />
Walau mendengar permintaan Naya, namun Udin sepertinya sudah tenggelam dalam kenikmatan yang ia terima dari vagina Naya. Alih-alih mencabut penis dari vagina, ia malah tersungkur jatuh ke depan. Menimpa tubuh sintal Naya.<br />
<br />
<br />
Telat. Penis Udin memuncratkan tujuh gumpalan panas ke dalam vagina Naya. Tujuh gumpalan sperma yang langsung memenuhi rongga rahimnya. Tujuh gumpalan sperma yang bakal membuat Naya hamil.<br />
<br />
<br />
Tapi entah apa yang ada di pikiran Naya saat itu. Karena walau baru saja menerima semua sperma tukang ojek kampung itu, Naya hanya bisa terdiam sambil sedikit tersenyum.<br />
<br />
<br />
“Panas sekali sperma tukang ojek ini…” batin Naya.<br />
<br />
<br />
Untuk beberapa saat, kedua insan ini menghentikan segala aktifitasnya. Mereka saling tindih dengan nafas yang putus-putus. Naya yang merasa bahagia akan efek euforia orgasme hanya bisa tersenyum mendengar gombalan tukang ojek ini.<br />
<br />
<br />
Orgasme kali ini benar-benar terasa begitu dahsyat, bahkan walau sudah 5 menit orgasme, vaginanya masih terasa berdenyut hebat. Vaginanya masih terasa kesemutan.<br />
<br />
<br />
“Tante… kalo Udin mau ngentotin lagi… Tante masih kuat?” bisik Udin sambil mengecupi pipi ibu satu anak ini.<br />
<br />
<br />
“Emangnya titit kamu masih bisa bangun lagi, Din?” tanya Naya heran.<br />
<br />
<br />
“Kontol tante… Bukan titit… titit mah punya anak kecil… kalo punya Udin namanya kontol.” koreksi Udin.<br />
<br />
<br />
“Eh, iya… kontol…” ujar Naya langsung mengoreksi kalimatnya.<br />
<br />
<br />
Udin hanya tersenyum melihat ibu kekasihnya ini pasrah menerima semua perlakuannya. “Bisa donkm tante…” jawab Udin enteng sambil mulai menggerak-gerakkan batang penis panjangnya yang masih menancap erat di vagina Naya.<br />
<br />
<br />
Naya langsung merintih lirih begitu merasakan penis lembek Udin yang mulai bergerak keluar masuk lagi.<br />
<br />
<br />
“Gimana rasanya kontol Udin, Tan…? Enak nggak?” tanya Udin sembari terus menggerak-gerakkan penisnya maju mundur.<br />
<br />
<br />
Naya mengangguk.<br />
<br />
<br />
Merasa reaksi Naya kurang menggemaskan, Udin kembali bertanya. “Gimana, Tan? Jawab donk, gimana rasanya?”<br />
<br />
<br />
“Enak, Din… Enak…”<br />
<br />
<br />
“Yakin bener-bener enak…?” goda Udin lagi.<br />
<br />
<br />
“Iya, Din… Bener-bener enak…”<br />
<br />
<br />
“Enak mana ama kontol suami tante?”<br />
<br />
<br />
DEG...!!!<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba Naya kembali teringat akan suaminya yang saat ini sedang tak ada di rumah. Suami tercinta yang saat ini sedang Naya dustai. Suami setia yang yang saat ini sedang Naya selingkuhi.<br />
<br />
<br />
“HAP…!!!” Udin tiba-tiba sambil mencaplok payudara bulat Naya.<br />
<br />
<br />
“Ooouugghh…” seolah terkaget akan perselingkuhan yang belum terselesaikan ini. Naya segera tersadar.<br />
<br />
<br />
“Enak mana, Tan?” tanya Udin lagi sambil memilin-milin putting payudara Naya yang bebas. “Enak kontol Udin atau enak kontol suami tante…?”<br />
<br />
<br />
Perlahan namun pasti, birahi Naya yang baru saja terpuaskan oleh persetubuhannya dengan tukang ojek ini meninggi, seiring jilatan lidah kasar Udin di payudara Naya. Perlahan namun pasti, vagina yang masih saja berkedut dahsyat karena orgasme, mulai melelehkan lendir kewanitaanya karena goyangan penis lembek udin yang keluar masuk. Perlahan namun pasti, Naya mulai menikmati perselingkuhan kilatnya ini. Dan perlahan namun pasti, sensasi nikmat penis Loddy, tergantikan oleh batang panjang menyeramkan milik Udin. Hingga pada akhirnya, air mata Naya menetes ketika menjawab pertanyaan Udin barusan.<br />
<br />
<br />
“Kontolmu, Din…” jawab Naya sambil menatap tajam sosok pria yang sedang menyetubuhinya itu.<br />
<br />
<br />
“Kenapa, Tan…? Udin nggak denger…”<br />
<br />
<br />
“ENAKAN KONTOLMU, DIN…!!!”<br />
<br />
<br />
“Hehehehe… makasih ya, Tan… memek tante juga enak banget…”<br />
<br />
<br />
“Maafkan adek, mas…“ batin Naya. “Adek tak bisa menjaga kesucian pernikahan ini. Adek tak tahu harus melakukan apa guna mencegah perselingkuhan nikmat ini…”<br />
<br />
<br />
Naya tahu, jika apa yang ia lakukan malam ini adalah sebuah kesalahan. Naya juga tahu jika tak sepantasnya ia bercinta dengan pacar putrinya. Namun satu hal yang tak bisa Naya pungkiri.<br />
<br />
<br />
Persetubuhan yang baru mereka lakukan belasan menit dengan tukang ojek ini, jauh lebih nikmat daripada persetubuhan yang ia lakukan belasan tahun dengan suami tercintanya.<br />
<br />
<br />
“Tante, coba deh tante sepongin kontol Udin…” mendadak, tukang ojek yang sedang menggerakkan pinggangnya maju mundur, mencabut batang penis panjangnya dan menyodorkan pada mulut Naya.<br />
<br />
<br />
“ASTAGA. BESAR SEKALI, DIN…” bisik Naya histeris sambil menutup mulutnya. Naya tahu jika Udin memiliki penis yang sangat besar, namun Naya tak tahu jika penisnya sebesar itu.<br />
<br />
<br />
Selama ini, yang Naya tahu tentang penis udin hanyalah dari photo-photo yang ada di laptop Mitha. Namun hal itu sangatlah berbeda, karena setelah mengetahui bagaimana kondisi batang kelamin yang menjuntai panjang dari selangkangan tukang ojek langganannya itu, Naya baru sadar, jika penis Udin yang sebenarnya jauh lebih besar daripada photo yang ada di laptop putrinya.<br />
<br />
<br />
Penis udin yang walau belum ereksi sepenuhnya, sudah membengkak sebesar pergelangan tangan Naya. Penis itu terlihat begitu menyeramkan dengan ditambah oleh urat-urat hitam yang tumbuh di sekujur batang penisnya.<br />
<br />
<br />
“GILA! Ternyata aku baru saja disetubuhi oleh botol air mineral…” ujar Naya dalam hati. “Pantesan, penis ini tadi terasa begitu menyakitkan…” Jemari lentik Naya perlahan mulai menyentuh batang penis Udin yang menggelantung lemas. Dengan seksama, Naya memeriksa batang raksasa milik pacar putrinya.<br />
<br />
<br />
“Tititmu kok bisa besar sekali sih, Din? Mana Hitam sekali…” tanya Naya sambil berulang kali membalik-balik batang hitam yang berlumuran lendir vaginanya itu.<br />
<br />
<br />
“Kontol, tante… Kontol… bukan titit.” koreksi Udin lagi.<br />
<br />
<br />
“Eh, iya… Kontol…”<br />
<br />
<br />
“Gak tahu, Tan… dari lahir kontol Udin emang udah seperti ini…”<br />
<br />
<br />
Iseng, Naya tiba-tiba ingin mengurut batang penis panjang yang ada di hadapannya. Dan begitu diurut, dari lubang kepala penis Udin, ternyata masih ada beberapa tetes sperma yang muncrat. Mengenai mulut serta hidung Naya.<br />
<br />
<br />
“Hahahahahaha…” melihat Naya terkaget-kaget, mendadak Udin tertawa.<br />
<br />
<br />
“Masih ada aja, Din, pejuhmu…”<br />
<br />
<br />
“Iya donk… Udiiinnn…” bangga ojek kampung sialan itu.<br />
<br />
<br />
Wajar memang jika Udin berbangga ria akan kehebatan batang kejantanannya itu. Karena walau Naya tak pernah tidur dengan lelaki lain, seorang pria akan merasa begitu hebat jika ada wanita yang memuji kemampuannya di atas ranjang.<br />
<br />
<br />
Mendengar Udin yang masih berbangga ria, entah mendapat semangat dan dorongan darimana, Naya mendadak merasa ingin mengetahui sebatas apa kemampuan dirinya dalam memuaskan lelaki.<br />
<br />
<br />
“Din, boleh nggak…?” tanya Naya malu-malu.<br />
<br />
<br />
“Pengen apa ya, Tan?”<br />
<br />
<br />
“Hmm, Tante pengen…”<br />
<br />
<br />
“Pengen apa, Tantekuuu…?”<br />
<br />
<br />
“Tante pengen sepongin kontol panjangmu…”<br />
<br />
<br />
“Hahahaha… idih, tante… kok sekarang kamu nakal sih…?”<br />
<br />
<br />
Sekarang, Naya, ibu satu anak ini merasa seperti kembali ke masa beberapa tahun silam. Masa dimana dia dan suaminya sedang akan melakukan malam pertama. Masa pacaran ketika pernikahan baru saja akan dimulai. Masa dimana seks terasa serba malu-malu. Namun bedanya, di hadapan naya bukanlah Loddy suaminya. Melainkan Udin, ojek kampung yang beberapa saat lalu sangat ia benci.<br />
<br />
<br />
“Boleh ya, Udin sayaaannggg?”<br />
<br />
<br />
“Bentar-bentar… kamu mamanya Mitha khan? Bukan pelacur kampung sebelah?” ujar Udin sambil menjauhkan pinggangnya dari mulut Naya. Sengaja mencegah Naya ketika ingin melahap kepala penisnya.<br />
<br />
<br />
“Kamprett!! Lagi-lagi Udin sialan ini membandingkanku dengan pelacur murahan…” sengit Naya dalam hati. “Namun masa bodoh-lah… yang jelas, aku pengen ngerasain kenikmatan orgasme lagi…”<br />
<br />
“Iya, aku Naya, mamanya Mitha…” ujar Naya singkat<br />
<br />
<br />
“Yakin… kamu tante Naya? ”<br />
<br />
<br />
“Iya, emangnya kenapa?”<br />
<br />
<br />
“Abisan…. Kok sekarang tingkah lakunya mirip pelacur?”<br />
<br />
<br />
“Aku bukan pelacur… aku mamanya Mitha…”<br />
<br />
<br />
"Ah, kamu bukan mamanya Mitha… kamu pasti pelacur…” canda Udin lagi sambil kembali menjauhkan batang penisnya dari mulut Naya. “Soalnya cuman pelacur yang mau nyepongin kontolku…”<br />
<br />
<br />
“Udiinnn… siniin…”<br />
<br />
<br />
“Ngaku dulu donk... kamu pelacur apa bukan…? Kalo kamu bukan pelacur, kamu ga boleh nyepong kontolku…” goda Udin lagi.<br />
<br />
<br />
"Iyaaaa… Aku pelacur… aku bukan mamanya Mitha…" kata Naya. ”Sekarang... kesiniin kontolmu…” tambah Naya sebelum akhirnya menerkam panjang Udin ke dalam mulutnya.<br />
<br />
<br />
Lidah Naya segera berlari kesana-kemari, menjilati batang penis ojek kampung itu hingga benar-benar bersih dari lumuran sperma dan lendir vaginanya. Melumati kepala penis pacar putrinya sambil sesekali menyedot lubang kencing itu kuat-kuat hingga tak tersisa setetes sperma sedikit pun.<br />
<br />
<br />
Ini adalah seks oral pertama yang pernah ia lakukan. Bagi Naya, seks oral adalah persetubuhan yang jorok, kotor dan penuh kenajisan. Sudah berulangkali Loddy mengajak Naya untuk melakukan seks oral, tapi Naya tak pernah sekalipun mengabulkan ajakan suami tercintanya.<br />
<br />
<br />
Namun anehnya, malam ini Naya begitu antusias untuk mencoba melakukan oral seks yang tak pernah ia sukai dengan orang yang sebelumnya ia benci. Naya melakukan oral seks dengan Udin, ojek kampung bau yang memiliki batang penis ekstra besar.<br />
<br />
<br />
"Tante tuh salah satu pelacurku..." ujar Udin sambil kembali memaju mundurkan kepala Naya ke arah Batang penisnya. "Tante, aku mau ngentotin tante lagi..." ucap Udin singkat sambil mencabut penisnya yang sudah kembali tegang dan memukul-mukulkannya ke mulut Naya. “Tante, emangnya tante selalu sebinal ini?” tanya Udin.<br />
<br />
<br />
“Enggak… Tante tak pernah seperti ini… Sebenarnya tante malu, tapi masa bodoh…”<br />
<br />
<br />
“Ya udah… kalo gitu sekarang tante telentang…” ucap Udin sambil mencabut batang penis panjangnya dari mulut Naya.<br />
<br />
<br />
“Bentaran, Din… aku belum puas ngenyot-kenyot kontolmu… kesini-iiiiiinnnn…” pinta Naya binal sambil menggapai-gapai ke arah Udin.<br />
<br />
<br />
Udin sama sekali tak menggubris permintaan Naya. Ia segera menuju kearah tubuh bawah Naya. Dengan tegasm Udin meminta Naya untuk membalikkan tubuhnya yang semula telentang menjadi tengkurap. Dan dengan cekatan, Udin mengangkat pinggang Naya guna memposisikan Naya supaya nungging.<br />
<br />
<br />
“Aku mau DOGGY, Tan…” ujar Udin santai sambil mulai menepuk-tepukkan batang hitam kemerahan yang ada di pangkal selangkangannya dengan bersemangat.<br />
<br />
<br />
“PEK… PEK… PEK…!” suara yang dihasilkan dari tumbukan batang penis Udin dan vagina basah Naya.<br />
<br />
<br />
“Basah bener memek kamu, Tante… Udah sange banget ya?”<br />
<br />
<br />
“Hhhmmm… Ho’oh…”<br />
<br />
<br />
“Kontolku ini akan memuaskan dirimu lagi malam ini…” Perlahan-lahan, Udin mendorong kepala penis hitamnya masuk ke dalam celah kenikmatan Naya.<br />
<br />
<br />
“Pelan-pelan, Din… sakit…” rintih Naya manja.<br />
<br />
<br />
“Tenang, Tante… Tahan dikit… Ntar pasti enak lagi…”<br />
<br />
<br />
“Oooouuuhhh… Pelan-pelan, Diiiinnnn… STOP! Oughhh… Stop… Memekku terasa begitu penuh…”<br />
<br />
<br />
“Laaaaahh… Tapi khan batang kontolku belum masuk semua, Tan?”<br />
<br />
<br />
Kalimat Udin kembali menyadarkan Naya, jika melakukan persetubuhan dengan posisi doggy ini membuat batang penis Udin yang ekstra besar ini terasa jauh lebih panjang jika dibandingkan melakukan persetubuhan dengan gaya biasa.<br />
<br />
<br />
“Serius?“ tanya Naya seolah tak percaya.<br />
<br />
<br />
“Beneran, Tan… nih…” kata Udin yang langsung melesakkan batang penisnya hingga mentok.<br />
<br />
<br />
“Ooouuugghhh… Besar sekali kontolmu, Din…”<br />
<br />
<br />
“Memangnya kontol suami tante tak seperti ini ya?”<br />
<br />
<br />
“Setengahnya pun tak sampe, Din…”<br />
<br />
<br />
“Hahaha… “<br />
<br />
<br />
Ketika Udin kembali mencoba melesapkan batang panjangnya dalam-dalam. Serangkaian orgasme dalam vagina Naya pun langsung terbangun kembali. Dia tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dalam lima belas tahun pernikahannya.<br />
<br />
<br />
Orgasme yang tiap kali ia rasakan ketika bersama Loddy, suaminya, terasa begitu kecil, sangat jauh berbeda dengan orgasme yang diberikan oleh Udin. Dan bedanya lagi, walau telah beberapa menit lalu Naya baru saja diberi orgasme oleh Udin, orgasme itu tak segera menghilang. Orgasme itu selalu ‘mengetuk’ dinding vagina Naya setiap kali Udin menggerakkan penisnya.<br />
<br />
<br />
Semenit, dua menit, tiga menit.<br />
<br />
<br />
Orgasme dari Udin tak juga kunjung berhenti. Naya mengalami Multi orgasme.<br />
<br />
<br />
“Bentar, Din… Bentar… jangan buru-buru nyodokin kontolnya…”<br />
<br />
<br />
“Kenapa, Tan?”<br />
<br />
“Aku masih pengen ngerasain kedut-kedutan orgasme barusan…”<br />
<br />
“Hahahaha…“ Lagi-lagi Udin tertawa terbahak-bahak. ”Tante mirip ama perawan deh, kayak nggak tahu apa-apa…”<br />
<br />
<br />
“Ahhh, Udin… khan tante juga pengen ngerasain enaknya kedutan itu…”<br />
<br />
<br />
“Hahaha… kalo sama Udin, tante bakal terus ngerasain kedutan itu kok… tenang saja… tante bakal ketagihan terus…” Udin kembali mempergencar sodokan batang penis pada vagina ibu satu anak itu. Makin lama makin kencang dan cepat. Hingga kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi ini kembali melenguh-lenguh keenakan.<br />
<br />
<br />
“Gimana rasanya kontol Udin, Tan?” tanya Udin sambil terus mempercepat tumbukan batang penisnya dalam-dalam ke celah kenikmatan Naya.<br />
<br />
<br />
“Sssshh… enak, Din… Enak banget…” rintih Naya.<br />
<br />
<br />
Merasa Naya sudah dimabuk birahi, tangan hitam Udin dengan perlahan mulai meremas pipi pantat Naya, mengusap dan terkadang menepuk pelan. “Goyangan pantatmu sungguh seksi, Tan…” gumamnya.<br />
<br />
<br />
“Oooouuhh… sodokan kontolmu juga nikmat, Din…”<br />
<br />
<br />
“CPEK…CPEK…CPEK…” Suara sodokan demi sodokan yang sudah tak lagi terhitung jumlahnya, terdengar begitu membahana. Berisik sekali.<br />
<br />
<br />
Walau saat ini Naya sedang berada di kamar Mitha putrinya, Naya seolah tak peduli. Ia terus melenguh dan mengembik keenakan. Naya pun seolah tak peduli jika seandainya Mitha dapat mendengar persetubuhan ibunya yang dilakukan ketika ayahnya tak berada dirumah.<br />
<br />
<br />
Lagi-lagi, Naya hanya memikirkan satu hal. Ia hanya ingin mendapatkan kenikmatan dan kepuasan maksimal dari penis ojek kampung ini. Berulang kali, Naya melenguh dan menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengimbangi kenikmatan yang diterima oleh liang vaginanya. Hingga tiba-tiba, Udin meluncurkan salah satu ibu jarinya turun ke dalam lubang anus Naya.<br />
<br />
<br />
Naya yang merasa tekanan pada lubang pantatnya langsung menghardik lirih. "Hei, Din… Itu… Itu lubang pantatku."<br />
<br />
"Iya… Udin tahu, Tan…" ujar Udin santai sambil terus menggelitik lubang anus Naya dengan mendorong ke bawah ibu jarinya masuk lebih dalam.<br />
<br />
Pada awalnya Naya merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang ibu jari Udin lakukan pada lubang anusnya, namun karena gelinjang kenikmatan pada vaginanya semakin menggila, akhirnya Naya membiarkan ibu jari ojek kampung itu bermain-main di dalam lubang anusnya. Malah, sekarang Naya mulai menyukai gelitikan ibu jari itu.<br />
<br />
Orgasme kedua setengahnya pun mulai datang. Dan seolah lupa akan rasa risih yang diterima Naya pada anusnya, Naya yang merasa orgasmenya akan datang beberapa saat lagi, kembali berteriak-teriak histeris.<br />
<br />
<br />
"Ya Tuhan, Udin… entot tante, Dinn… colok bo’ol, tante… sodok, Din… Sodoookk…!!!”<br />
<br />
Tidak mensia-siakan permintaan nakal Naya, Udin segera mendorong ibu jarinya masuk dan keluar dari lubang pantat Naya, seiring dengan sodokan batang penisnya.<br />
<br />
<br />
“Ooouuuhhh… aku keluar lagi, Diinnn…” Satu orgasme sempurna tampaknya tak mampu dibendung Naya. Menyebabkan Naya tumbang kedepan, merangsek lembutnya kasur dengan sprei yang tak terpasang rapi.<br />
<br />
<br />
Melihat Naya yang kelelahan, Udin mencabut penis dan ibu jarinya. Namun...<br />
"Jangan dicabut, Din…" bisik Naya dengan nafas yang tersengal-sengal. "Jangan dicabut, Din... Lagi… Jangan pernah sekalli-kali mencabut jempolmu dari bo’olku…" suaranya begitu lembut, hingga saking lembutnya, Naya tidak yakin Udin bisa mendengarnya. "Lagi, Din… lagi..."<br />
<br />
Ketika gelombang kedut orgasme Naya mulai mereda, Naya segera melonggarkan otot pantatnya dan menyodorkan lubang anus itu ke Udin. “Sodok bo’olku, Din…” ujarnya. Entah darimana ide buruk itu, tapi Naya sepertinya sama sekali tak menghiraukan. “Sodok, Diiinnnn…!!”<br />
<br />
<br />
Udin tak mengira akan efek dari gelitikan ibu jari pada lubang anus Naya akan menjadi seperti ini. Ojek kampung ini merasa begitu beruntung. Ia sama sekali tak menyangka akan mendapat partner seks yang sebinal ibu satu anak ini.<br />
<br />
<br />
“PLOP…!!” Suara batang penis Udin ketika tercabut dari kenyotan dinding vagina Naya.<br />
<br />
<br />
Segera saja Udin membawa kemaluannya mendekat kearah lubang anus Naya yang masih kuncup saking ketatnya. Dengan penis yang masih berlumuran campuran sperma dan lendir kenikmatan ibu satu anak ini, Udin mulai melesakkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Naya.<br />
<br />
<br />
"Anjriiitt… tante, lubang bo’olmu sempit sekali.” jerit Udin.<br />
<br />
<br />
Naya mendesis lirih. “Terus, Dinnn…”<br />
<br />
Semula, Naya yang masih dalam kondisi orgasme berpikir jika Udin menyodok lubang anusnya dengan ibu jarinya, akan tetapi begitu batang kecil itu mulai masuk, ternyata pemikiran Naya salah. Yang Udin tusukkan ke lubang anus Naya bukanlah ibu jarinya, melainkan kepala penis Udin yang berukuran ekstra besar.<br />
<br />
<br />
"Ya Tuhan… Udin… yang kamu masukkin bukan ibu jari kamu?”<br />
<br />
<br />
“Shhh… Tan… enak banget…”<br />
<br />
“Hhheeeggh… stop, Din... stop… besar banget…. Bool tante bisa sobek, Dinn… Stoppp…”<br />
<br />
<br />
"Ooouuhh… ketat sekali, Tantee… " gerutu Udin.<br />
<br />
<br />
"Bentar lagi juga bakal terasa enak.”<br />
<br />
<br />
"Tidak, Din… tidak… kontolmu kegedean, Din!!" mata Naya tergulung keatas karena menahan rasa sakit yang mendera lubang anusnya.<br />
<br />
<br />
Merasa penolakan yang amat gencar dari Naya, mau tak mau membuat Udin harus memutar otak. Dan seketika, Udin mendapat jalan keluar itu. "Coba bentar ya, Tan… Udin juga pengen ngerasain enak…” pinta tukang ojek mesum itu.<br />
<br />
<br />
“Enggak, Din… aku udah ga kuat sama sakitnya…”<br />
<br />
<br />
“Coba nikmatin aja dulu, Tante… Udin khan pengen nyobain enaknya ngentotin bo’ol mamanya Mitha…”<br />
<br />
“Rasanya perih banget, Din… Ga enak… Saaakiiiiit…”<br />
<br />
<br />
“Ya udah… Kalo gitu Udin pengen nyobain di bo’ol Mitha aja…”<br />
<br />
<br />
Mendengar kalimat Udin barusan, Naya merasa bimbang. Entah pemikiran darimana, Naya mendadak merasa cemburu pada Mitha putrinya. Tak seharusnya ia memperoleh lelaki dengan penis yang sangat memuaskan seperti ini. Udin harusnya hanya milik Naya seorang. Udin tak boleh bersama Mitha.<br />
<br />
<br />
"Jangan, Din…!" ujar Naya dengan nada emosi yang bingung.<br />
<br />
<br />
Naya berpikir jika kalimat “Jangan” barusan jalan tidak untuk melindungi putrinya dari kebrutalan penis Udin. Naya menipu dirinya sendiri hingga batinnaya membenarkan perselingkuhan nikmat ini.<br />
<br />
<br />
"Jangan, Din… Jangan… Sodok bo’olku aja, Din… Jauhkan kontolmu dari pantat Mitha..." pinta Naya sambil mendorong paksa pantatnya kembali tertusuk penis besar Udin.<br />
<br />
<br />
“Serius, Tan…?” tanya Udin yang tak percaya jika trik tentang Mitha selalu saja berhasil.<br />
<br />
<br />
“Iya, Din… Jangan entotin bo’ol Mitha… entotin aja bo’olku, Din…”<br />
<br />
<br />
"Hahahaha…” Udin kembali tertawa senang. “Tante Nayaku... Kamu memang pelacur murahan… Udin benar-benar beruntung bisa mendapatkanmu…”<br />
<br />
<br />
“Udah-udah… Ntar aja rayu-rayuannya… sekarang buruan sodok bo’olku…”<br />
<br />
<br />
“Kamu memang hot, Tan… benar-benar hot..."<br />
<br />
<br />
Udin yang merasa mendapat persetujuan Naya, mulai melanjutkan pengeboran penisnya. Batang penis yang sudah setengah tenggelam ke dalam anus Naya, mulai ia paksa masuk kembali.<br />
<br />
“Apa yang terjadi pada diriku? Apa aku sudah menjadi seorang pelacur murahan…?” tanya Naya dalam hati. Beberapa saat lalu, dia adalah seorang istri yang setia. Istri yang memiliki harkat dan derajat yang tinggi. Istri selalu menjaga harga diri dan kehormatannya.<br />
<br />
<br />
Namun, hanya karena luapan nafsu birahinya, dalam waktu beberapa jam Naya telah berubah menjadi seperti seorang pelacur. Yup. Istri sekaligus pelacur bagi orang lain. Istri yang telah menelan sperma lelaki lain. Istri yang telah membiarkan penis lelaki lain menumpahkn sperma dalam vaginanya. Istri yang telah mencoba menikmati seks anal. Istri yang selalu haus akan kepuasan seksual.<br />
<br />
<br />
“Aku memang pelacur murahan… aku memang selalu haus akan kenikmatan seksual…” Naya yang semula hanya berdiam diri, sekarang mencoba merasakan kenikmatan dari anal seks bersama tukang ojek langganannya itu. Dengan masih dalam posisi pantat yang menungging, Naya berusaha menstimulus titik rangsangnya sendiri. Naya tak mau dirasa seperti gedebog pisang yang diam saja ketika ditusuk tongkat wayang.<br />
<br />
<br />
Sementara Udin masih menyodokkan penis pada lubang anusnya dengan brutal, Nayapun tak mau kalah, karena ia mulai memperkerjakan kedua tangannya. Tangan kiri Naya memilin putting payudaranya dan tangan kanan mengobel vaginanya.<br />
<br />
“Ouuugghh… Udin… aku mau keluar lagi…” desah Naya yang semakin mempercepat kobelan jemari lentik pada vaginanya.<br />
<br />
<br />
“Udin juga, Tante... Udin udah ga sanggup lagi nahan enak ini...” balas Udin yang juga menggerak-gerakkan goyangan pinggulnya dengan brutal.<br />
<br />
<br />
“Sodok yang kenceng, Din... sodok terus...” Tangan kiri Naya yang semula pinta memilin puting payudaranya, berpindah ke pantat Udin. Dan memintanya untuk menyodok-nyodok lubang anusnya dengan lebih cepat lagi. “Terus, Din.. Terus...” jerit Naya beringas, hingga akhirnya...<br />
<br />
<br />
“Aku keluar, Din... aku keluar...” jerit Naya histeris, disertai dengan cengkraman jemari tangan kirinya pada pantat hitam Udin.<br />
<br />
<br />
Tak perlu waktu lama bagi Udin untuk bisa sampai pada puncak kenikmatannya. Karena segera saja, tumpahan sperma dari batang panjang ojek kampung ini membanjiri rongga anus Naya dengan sperma panasnya.<br />
<br />
<br />
Sperma yang memenuhi pantat Naya langsung meluap-luap keluar dari lubang anusnya. Mengalir turun seiring tarikan Udin ketika mencabut kemaluannya keluar. Walau ini adalah ejakulasi Udin yang kedua, mash sempat-sempatnya ia menembakkan beberapa tetes air mani ke pantat, punggung dan rambut Naya.<br />
<br />
Karena merasa begitu lelah, tubuh Udin yang masih berada dibelakang Naya melemah dan ambruk ke depan. Menabrak punggung Naya lalu tergolek lemas tak berdaya. Selama beberapa saat mereka saling tindih, saling melekatkan tubuh antara satu dan lainnya. Nafas kepuasan mereka berdua kejar-kejaran dan cucuran keringat membasahi keduanya.<br />
<br />
<br />
Sebenarnya Naya sama sekali tak menyukai acara tempel-tempelan badan seperti ini. Badan yang bermandikan keringat, lendir vagina dan sperma seperti ini. Tapi mungkin karena Naya sama sekali tak memiliki tenaga lagi untuk bergerak, dengan terpaksa, ia merelakan tubuh mungil langsingnya tertindih oleh badan bau Udin.<br />
<br />
<br />
Kondisi kamar yang sebelumnya bising karena lenguhan dan teriakan kenikmatan mereka, mendadak menjadi sunyi senyap. Hanya menyisakan suara desahan nafas dan detak nadi kepuasan yang mencoba memulihkan diri.<br />
<br />
<br />
“Bo’olmu begitu enak, Tan... sempit dan legit...” puji Udin sambil menjatuhkan dirinya ke samping tubuh Naya.<br />
<br />
<br />
Naya yang sedari tadi masih dalam posisi telungkup, karena merasa pegal akan himpitan pada payudaranya, akhirnya menelentangkan badan juga. Sambil menatap langit-langit kamar, ia menjawab kalimat Udin dengan pertanyaan.<br />
<br />
<br />
"Berapa umurmu, Din?" tanya Naya sambil tangan nakalnya meraba tubuh Udin guna mencari-cari batang panjang lembek milik Udin. Dan begitu batang itu dapat ia temukan, secara tak sadar jemari lentiknya mulai mengurut batang itu dengan perlahan.<br />
<br />
<br />
"Dua puluh tahun, Tan…"<br />
<br />
<br />
“Udah berapa banyak wanita yang telah kamu tidurin?”<br />
<br />
<br />
“Wanita? Remaja atau ibu-ibu?”<br />
<br />
<br />
“Berarti sudah sangat banyak ya, Din?”<br />
<br />
<br />
Udin tak menjawab pertanyaan terakhir Naya. Ia hanya menoleh ke arah pemilik suara indah itu, tersenyum dan mengecup kening Naya.<br />
<br />
<br />
“Kamu suka Mitha, Din?” tanya Naya lagi.<br />
<br />
<br />
“Suka, Tan... Udin suka banget ama dia…” jawab Udin.<br />
<br />
<br />
“Kamu udah tidurin dia?”<br />
<br />
<br />
Mendengar pertanyaan Naya barusan. Penis lembek Udin tiba-tiba mulai mengeras, perlahan makin keras seiring urutan yang dilakukan jemari tangan Naya.<br />
<br />
<br />
“Belum sih, Tan… tapi rencananya begitu…” ujar Udin malu-malu. "Aku akan menidurinya... Dan kuharap, pelayanan seks Mitha sehebat tante..."<br />
<br />
<br />
“Kapan, Din?” Bego banget sih kamu, Naya! batin ibu satu anak ini. Pertanyaan barusan, mungkin pertanyaan terbodoh yang pernah seorang ibu lontarkan kepada pacar anaknya. Karena Naya tahu, cepat atau lambat, ojek kampung ini bakal mengambil keperawanan putri satu-satunya itu.<br />
<br />
<br />
Lagi-lagi, Udin tak menjawab pertanyaan Naya ini, ia kembali mengecup kening Naya. “Aku tak tahu, Tan… secepatnya...”<br />
<br />
<br />
“Secepatnya?”<br />
<br />
<br />
“Iya, Tan... secepatnya... karena beberapa hari lalu Mitha sendiri yang minta Udin untuk segera mengambil keperawanannya.”<br />
<br />
<br />
“Serius, Din?”<br />
<br />
<br />
“Iya... Anak tante benar-benar binal…. Udin yakin, Tan... Jika kelak Mitha dewasa, dia akan menjadi pelacur kelas atas…”<br />
<br />
<br />
Sejenak Naya tak bisa membayangkan akan perkataan Udin barusan. “Pelacur kelas atas...”<br />
<br />
<br />
"Rencananya... Mungkin Udin bakal nidurin anak tante minggu depan...”<br />
<br />
<br />
“Hhhh...” Naya tak menjawab, ia hanya bisa menghela nafas panjang. Ia tahu, tak mungkin baginya untuk menyuruh Mitha atau Udin guna menunda persetubuhan itu. Karena Mitha dan Udin sedang cinta-cintanya. Dan ketika muda-mudi sedang dilanda cinta, tak ada satupun hal yang bisa menghalanginya.<br />
<br />
<br />
“Tapi sepertinya Udin bisa kok memperawani Mitha setelah dia menginjak usia delapan belas tahun, asal...” Udin menghentikan kalimatnya dan menatap Naya dalam-dalam.<br />
<br />
<br />
“Asal apa, Din...?”<br />
<br />
<br />
Udin tersenyum lebar sambil mencubit puting payudara Naya. “Asal... kontol Udin selalu mendapat kepuasan dari pemilik pentil ini... yah sampai waktu itu datang.”<br />
<br />
<br />
“Sampai Mitha menginjak delapan belas tahun ya, Din?”<br />
<br />
<br />
“Iya, Tan... hingga tiga tahun ke depan.”<br />
<br />
<br />
Mendengar rencana ojek kampung itu, Entah kenapa Naya merasa agak sedikit lega. Ibu satu anak ini merasa jika apa yang baru saja dikatakan oleh Udin, adalah merupakan petunjuk yang dapat Naya gunakan melindungi keperawanan Mitha dari Udin. Sekaligus supaya dirinya dapat menikmati persetubuhan ini hingga putrinya dewasa.<br />
<br />
<br />
“Ini salah... ini gak bener...” batin Naya kembali bergejolak. “Aku harus menghentikan ini semua... hal ini sama sekali tak boleh lagi dilanjutkan...” pikir otak sehat Naya. Namun...<br />
<br />
<br />
“Okelah kalo begitu... tante hargai keputusanmu... dan sebagai imbalannya...” Naya beranjak bangun dari posisi telentangnya, tubuhnya meluncur turun ke arah kaki tempat tidur dan bergerak ke arah selangkangan Udin. Dengan penuh kasih sayang, Naya mencium ujung kepala penis ojek kampung itu. Dan sebelum Naya mencaplok penis Udin, kembali ia berkata, “Kamu boleh menikmati tubuhku, Din... hingga tiga tahun ke depan...”</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-88532426951844529002014-12-04T01:29:00.000-08:002014-12-04T01:29:02.054-08:00[Real Story] NAYA 01<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<u><b>Naya</b></u><br />
<br />
Dengan jemari lentiknya, Naya menyimpulkan tali jubah mandinya sembari berjalan masuk ke kamar mandi. Sore itu, ia berencana melepaskan segala macam kepenatan pikirannya dengan mandi sambil berendam di bathup. Yup, itu semua karena pekerjaan di kantor barunya benar-benar menyita seluruh tenaga dan konsentrasinya.<br />
<br />
<br />
<br />
Air segera mengucur deras dengan seketika begitu Naya memutar tuas keran air yang ada dibagian bawah bathup. Sesekali, ia kecipakkan tangan putih mulusnya ke air guna merasakan tingkat kepanasan air. “Moga-moga, mandi berendam ini dapat menjernihkan pikiranku.” ucapnya pelan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Butuh beberapa waktu guna memenuhi bak bathup itu dengan air. Oleh karenanya, selagi menunggu bathup penuh, Naya menuju dapur yang ada di lantai dasar untuk membuat segelas jus melon kegemarannya. Jus melon, olahan minuman dari buah yang bagi Naya adalah teman setia ketika menemaninya berendam.<br />
<br />
Cobalah oh sayang hatiku pasti jadi milikmu<br />
Bila kau tunjukkan kasih sayang padaku<br />
Sepenuh hati dengan cintamu<br />
Sayangi aku selayaknya aku kekasihmu<br />
Aku wanita yang butuh cinta<br />
Bukan hanya perzinahan<br />
Yang dapat kau lalui lalu kau pergi<br />
<br />
<br />
Tak sadar, dari semenjak keluar kamar hingga dapur, bibir tipis Naya melantun sebait lagu yang semakin lama semakin keras. Dan dengan diiringi gerakan tarian manja, Naya menyanyikan keseluruhan tembang yang dibawakan oleh grup band lawas tersebut. Hingga ketika melewati ruang tengah, Naya dikagetkan oleh sesuatu.<br />
<br />
<br />
“Eh, Mitha, kamu kok sudah pulang?” tanya Naya dengan nada kaget akan keberadaan putri semata wayangnya di sudut kursi ruang tengah.<br />
<br />
<br />
“I-iya, mi. Hari ini lesnya libur, khan sekarang hari jumat.” jawab Mitha yang juga terkejut akan kehadirannya Naya yang tiba-tiba.<br />
<br />
<br />
“Haloo, halooo, Mith? Mitha?” panggil seorang pria yang ada di ujung telepon.<br />
<br />
<br />
“Eh, iya. Ga kenapa-napa kok, cuma ada mami.” sambung Mitha.<br />
<br />
<br />
“Hayo, kamu sedang telepon ama siapa, sayang?” tanya Naya menggoda anak perempuan satu-satunya. Didekatkannya telinga Naya pada gagang telephon yang berada pada genggaman Mitha, seolah ia ingin nguping. Namun karena malu, Mitha segera menghindarkan gagang telephon itu jauh-jauh dari jangkauan maminya.<br />
<br />
<br />
“Ah, Mami kepo banget deh. Cuma temen kok, Mi.” jawab Mitha malu-malu.<br />
<br />
<br />
“Hahaha… Dasar anak kecil.” tawa Naya yang akhirnya menyerah untuk menginvestigasi putrinya itu.<br />
<br />
<br />
“Udah sana, mami mandi gih. Tuh denger, suara aer bathupnya dah penuh.”<br />
<br />
<br />
"Iya deh... Yang masih ABG..." canda Naya genit.<br />
<br />
<br />
“Halloohh… iya…” kembali Mitha melanjutkan perbincangan serunya seolah barusan tak ada apa-apa.<br />
<br />
<br />
Sambil tersenyum, Naya pun ikut-ikutan tak menggubris Mitha yang sedang telepon. Dia segera menuju dapur untuk membuat jus melonnya.<br />
<br />
<br />
Dari dapur, suara berat Mitha masih sedikit terdengar. Naya sebenarnya berusaha untuk tak menghiraukan percakapan antara putri dan temannya itu, namun entah kenapa, jika melihat dari gelagat Mitha ketika menelpon, dia terlihat seperti sesosok mata-mata yang sedang membocorkan rahasia. Duduk disudut ruangan, bergelap-gelapan dengan pandangan mata yang selalu siaga mengawasi kondisi sekitar.<br />
<br />
<br />
Mau tak mau, Naya pun menjadi penasaran. Segera saja, ia mematikan mesin blender yang sedang menggiling daging buah melon itu, lalu ia pertajam indra pendengarannya. Dan mendadak, Naya lupa akan tujuan awalnya membuat jus melon sebagai teman mandi berendamnya.<br />
<br />
<br />
“Hihihi… iya bener, rasanya bikin deg-degan gimana gitu…” ucap Mitha lirih sambil sesekali ia tertawa kecil.<br />
<br />
<br />
”...”<br />
<br />
<br />
“Bener-bener, bentuknya ga sama seperti gambar yang ada di buku. Beda banget.”<br />
<br />
<br />
”...”<br />
<br />
<br />
“Gedhe dan panjang.”<br />
<br />
<br />
”...”<br />
<br />
<br />
“Iya, Mitha juga pengen…”<br />
<br />
<br />
”...”<br />
<br />
<br />
“Aduh, kapan ya bisa seperti kemaren lagi?” kembali Mitha celingukan, menengok ke arah dapur dimana mamanya berada. Ia berjaga-jaga supaya tak ada seseorang pun yang mendengar percakapannya.<br />
<br />
<br />
“Mitha juga merindukan sodokan batang panjangmu, sayang, hihihi…” kembali Mitha tertawa kecil.<br />
<br />
<br />
“Merindukan sodokan batang panjangmu?” tanya Naya dalam hati. “Batang apakah yang sedang dibicarakan antara Mitha dan teman prianya ini?”<br />
<br />
<br />
Mendadak muka Naya menjadi merah, dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Apakah mungkin, Mitha sedang membahas tentang batang kelamin teman lelakinya? Mitha khan baru masuk kelas 2 SMP baru 15 tahun. Belum sepantasnya ia mendiskusikan tentang hal itu dengan teman lelakinya.<br />
<br />
<br />
Naya mencoba mengingat tentang kejadian beberapa waktu lalu. Ada beberapa kejanggalan mengenai putrinya yang susah untuk dijelaskan.<br />
<br />
<br />
Pulang larut malam, cupangan di leher bawah serta dadanya, dan yang paling mengejutkan adalah adanya plastic kondom di laci kamarnya. Hal itulah yang membuat pikiran Naya menjadi gelisah. Ada apa gerangan yang terjadi pada kelakuan putri satu-satunya itu.<br />
<br />
<br />
"Ah, kamu jangan gitu ahh… Mitha juga pengen.”<br />
<br />
<br />
Kembali Naya membuang semua pikiran aneh itu dan lebih memilih untuk mendengarkan percakapan putrinya dari jauh. Hingga, sebuah kalimat yang membuat detak jantungnya seolah berhenti.<br />
<br />
<br />
“Mitha juga pengen ngejilatin kontolmu, Mas. Pengen banget minum pejuhmu lagi.”<br />
<br />
<br />
DEG...!<br />
<br />
<br />
Naya seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Walau terdengar begitu samar, namun Naya yakin, jika barusan ia mendengar putrinya ingin meminum sperma lelaki teman bicaranya.<br />
<br />
“Mitha ga sabar nunggu mami pergi keluar kota lagi, jadi khan kita bisa nerusin rencana mas Udin yang sempat tertunda kemaren.”<br />
<br />
<br />
“Udin?” tanya Naya dalam hati.<br />
<br />
Mendengar pembicaraan mereka yang mulai tak senonoh, Naya berjingkat pelan. Mendekat ke arah Mitha dari arah belakang punggung Mitha dan… “Kamu sedang ngobrol dengan Udin si tukang ojek itu ya?<br />
<br />
<br />
Mitha menengok ke arah datangnya suara itu dan langsung berdiri dari tempat duduknya. "Sialan! Udah dulu ya, sayang, ada mami…"<br />
<br />
Sebelum Mitha meletakkan gagang telephon itu ke badan telephon, Naya langsung menyerbu ke arah Mitha sambil berteriak lantang. "Berikan telepon itu!" bentak Naya sembari menyambar gagang telephon dari tangan putrinya.<br />
<br />
<br />
"Dengar ya, Din… Jika gue ngelihat lo dekatan dengan anak gue lagi, gue ga akan segan-segan untuk ngelaporin lo ke Polisi. Mengerti lo?" bentak Naya sambilmenutup telepon.<br />
<br />
Seperti mendengar gemuruh geluduk di siang bolong, Mitha yang mendengar lelaki tercintanya diancam seperti itu, menjadi tak terima. "Miii, apa yang mami lakuin sih? Emang Mas udin salah apa, miiiih?”<br />
<br />
<br />
“Mami ga suka kamu menjalin hubungan dengan lelaki tanpa masa depan seperti itu.”<br />
<br />
<br />
“Tapi, miii, aku mencintainya..."<br />
<br />
<br />
“Buka matamu, sayang… tukang ojek seperti dia tuh tidak cocok buatmu.”<br />
<br />
<br />
“Mitha tak peduli dengan apa kerjaan dia, yang jelas Mas Udin cinta ama Mitha.”<br />
<br />
<br />
“Jadi kamu menentang pendapat mami?”<br />
<br />
<br />
“Mami jahat! Mitha benci Mami.”<br />
<br />
"Udah-udah, kamu dihukum. Weekend ini kamu tak boleh keluar rumah. Sana masuk kamar!”<br />
<br />
"Aku benci mami. Aku benar-benar benci mami!" tangis Mitha histeris. Ia berlari masuk kamar lalu membanting pintu kamarnya keras-keras.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba, rasa bersalah muncul dalam hati Naya. Apakah dia salah atau terlalu keras dalam mendidik Mitha, sehingga Mitha bisa berteman dengan lelaki busuk semacam Udin. Apakah Naya kurang dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya, sehingga Mitha bisa menjalin hubungan spesial dengan lelaki tak terurus seperti Udin.<br />
<br />
<br />
Udin, lelaki yang dalam pandangan matanya benar-benar jauh dari ganteng, putih atau bermasa depan. Lelaki yang selalu menggunakan pakaian hitam belel, celana jean sobek dan berbau asem. Belum lagi reputasinya sebagai pengedar narkoba yang entah itu benar atau salah, semakin membuat citra Udin mejadi begitu buruk dimata Naya.<br />
<br />
<br />
Naya kembali teringat beberapa waktu lalu, ketika masa awal-awal perkenalannya dengan Udin. Udin adalah tukang ojek ujung komplek yang membantu mengantarkan Naya berangkat interview karena mobilnya entah kenapa susah untuk dinyalakan. Dan ternyata, semenjak kejadian itu, Udin menjadi tumpuan harapan bagi Naya dalam hal trasportasi. Baik sebagai sarana antar jemput atau untuk minta tolong segala macam kebutuhan Naya.<br />
<br />
<br />
Yah dengan kata lainnya, Udin dapat diandalkan sebagai tangan tambahan ketika Naya tak mampu dalam mengerjakan sebuah tugas.<br />
<br />
<br />
Ramah, baik dan tak perhitungan. Itulah yang membuat Naya percaya untuk menggunakan jasa Udin. Namun ada satu hal yang Naya kurang suka dengan tukang ojek itu. Udin memiliki sifat mesum. Apalagi semenjak putri semata wayang Naya juga mulai sering menggunakan jasa ojek Udin, sifat mesum Udin menjadi semakin menjadi-jadi.<br />
<br />
<br />
Hingga pernah, Naya beberapa kali memergokin Udin yang sering memphoto dirinya ataupun Mitha ketika mereka sedang mengenakan rok pendek atau baju dengan atasan berbelahan dada rendah. Dan yang paling parah, Naya sempat mendapati adanya sperma di kamar mandi, setelah kamar mandi itu digunakan Udin.<br />
<br />
<br />
Yup, Udin beronani di kamar mandi.nya<br />
<br />
<br />
Memang sih, Udin tak pernah mau mengaku melakukan hal itu, tapi Naya benar-benar yakin jika lelehan sperma di dinding dan lantai kamar mandi itu berasal dari batang penisnya.<br />
<br />
<br />
Udin juga sepertinya membawa dampak buruk kepada Mitha. Karena semenjak kenal Udin, Mitha menjadi sangat susah diatur, suka melawan, dan mulai menggunakan gaya berpakaiannya yang berbeda.<br />
<br />
<br />
Dulu, putri satu-satunya itu selalu malu jika diminta untuk mengenakan baju seksi, namun sekarang, tak disuruh pun Mitha dengan pedenya berani mengenakan jinsketat atau jeans super pendek, berkaos kecil, yang kesemuanya menonjolkan lekuk tubuhnya<br />
<br />
<br />
“Huuuhhh… “ desah Naya lirih. Kali ini, pikirannya semakin kacau. “Mas Loddy, apa yang harus Naya lakukan?” tanya Naya dalam hati. Diraihnya gagang telephon yang ada di atas meja ruang tengah, dan mulai menekan beberapa tombol.<br />
<br />
<br />
Naya berharap suami tercintanya yang sedang tugas keluar kota mampu memberikan masukan tentang masalah yang ia hadapi saat ini. Namun tiba-tiba Naya memilih meletakkan gagang telepon, dan tak jadi menghubungi suaminya. Ia tak mau mengganggu pikiran suaminya dengan masalah lagi. untuk sementara, ia pendam saja dulu masalah ini.<br />
<br />
Naya kembali ke arah dapur, mengambil gelas jus melon favoritnya dan bergegas ke kamar mandi di lantai atas. Ia menutup pintu kamar mandi, meletakkan gelas jus disamping bathup dan mulai melucuti jubah mandinya. Naya berjalan ke cermin dan membiarkan jubahnya jatuh ke lantai. Itu adalah kebiasaan sehari-hari untuk memeriksa tubuhnya sendiri sebelum mandi.<br />
<br />
<br />
Dengan jeli, mata bulat Naya memeriksa sekujur tubuhnya. Terkadang, Naya merasa bangga akan tubuh yang ia dapati. Masih berusia 34 tahun namun sudah memiliki seorang putri cantik berumur 15 tahun. Hal itu pun terkadang membuatnya sedikit besar kepala, karena ketika mereka jalan berdua, tak jarang banyak orang yang salah mengira jika mereka kakak adik.<br />
<br />
<br />
Rambut hitam yang lurus panjang, menjuntai hingga punggung. Tubuh yang dibalut kulit berwarna kuning langsat, tinggi 165 cm dan berat tak lebih dari 50 kg itu pun sering membuat mata lelaki susah untuk tidak melihat kesintalan tubuh ibu satu anak itu. Belum lagi dengan tonjolan buah dada 36C dan bongkahan bokongnya yang membulat indah, membuat Naya benar-benar seperti bidadari.<br />
<br />
“Waktunya berendam…” bisik Naya dalam hati.<br />
<br />
<br />
Segera saja, Naya meluncurkan kaki jenjangnya ke dalam bathup. Mencoba beradaptasi sejenak hingga tubuhnya menjadi terbiasa dengan panasnya air yang menggenang di bathup. Lalu tak lama kemudian, sekujur tubuhnya sudah masuk semua ke dalam bathup itu.<br />
<br />
<br />
“Oooouuuhh… nyaman sekali rasanya.” desahnya lirih.<br />
<br />
<br />
Diusapnya pangkal luar lengannya yang mulus, pundak, payudara, perut, paha hingga kedua betis butir padinya. Dengan perlahan ia menyeka semua daerah itu sembari memeriksa kulit mulusnya. Naya memejamkan mata, dan menenggelamkan seluruh tubuhnya.<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
Tak terasa, sudah hampir sejam Naya tertidur di bathup. Karena begitu sadar dari lelap, jemari tangannya sudah terlihat keriput, dan air yang memenuhi bathup itu sudah tak lagi hangat.<br />
<br />
<br />
Segera saja Naya beranjak dari bathup dan mulai membilas tubuh langsingnya. Naya mengambil sabun aroma melati dan membilas bahu serta lengannya sebelum pindah ke dadanya.<br />
<br />
<br />
Mendadak, Naya tersentak kaget saat sabun dan buih-buihnya meluncur di sekitar puting payudaranya. Puting berwarna merah muda itu selalu sensitif, bukan sensitif lagi, melainkan super sensitif. Sentuhan sepelan apapun, selalu dapat mengirimkan getaran kejang ke sekujur tubuhnya.<br />
<br />
<br />
Puting payudaranya selalu mencuat keras dan begitu menjulang jauh ke depan, sehingga terkadang putting itu terasa begitu ngilu jika terhimpit oleh kain branya.Dan saat ini, kedua putting payudara itu benar-benar sensitive, keras dan sakit.<br />
<br />
<br />
Naya menggosok sabun di sekitar bawah payudaranya sebelum meluncur di atas perutnya yang rata. Terakhir dia menyabuni selangkangannya dan meluncur ke tungkai pahanya. Dia tergoda untuk membiarkan tangannya berlama-lama di antara kakinya, daerah intim wanita yang selalu membuatnya merasa geli barcampur nikmat ketika digosok.<br />
<br />
<br />
“Andai kamu ada disini, mas.” sambil terus mengusap selangkangannya, kembali Naya membayangkan kehadiran suaminya.<br />
<br />
<br />
Rasa licin dan lembutnya sabun yang berada di sekitar puting payudaranyamembuat dia terangsang. Ingin sekali rasanya bercinta saat itu juga, namun Loddy, suami Naya masih dinas diluar kota. Dan masih ada waktu sekitar seminggu lagi hingga suaminya bisa pulang dan menyetubuhinya.<br />
<br />
<br />
Lagi-lagi. Naya harus menahan birahi yang memuncak itu. Naya ingin ketika suaminya pulang, ia akan mendapatkan kebinalan dirinya secara penuh.<br />
<br />
<br />
Setelah kurang lebih lima menit membilas tubuh, Naya akhirnya menyudahi mandi sorenya. Ditariknya karet penyumbat bathup itu dan ia segera beranjak keluar kamar mandi. Dikeringkannya tubuh basah itu dengan handuk putih tebal lalu menggosokkan baby oil ke seluruh kulit tubuhnya.<br />
<br />
<br />
Mendadak, Naya merasa begitu lapar. Mandi berendam di sore hari seperti ini memang sangat menguras stamina. Walau sama sekali tak melakukan aktifitas apapun, tubuh seperti baru saja melakukan renang melewati dua pulau.<br />
<br />
<br />
Dengan rambut yang masih digelung kain handuk, Naya keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Suasana rumah kembali terasa sepi, karena si Mitha sedang menjalani hukumannya di dalam kamarnya.<br />
<br />
<br />
Namun, ketika Naya melewati kamar Mitha, sayup-sayup terdengar suara cekikikan yang sangat ia kenal. Dengan cepat, Naya membuka pintu kamar putrinya dan melihat kesekeliling ruangan. Mitha yang semula sedang tertawa-tawa, langsung menyembunyikan handphone yang ia genggam ke belakang punggungnya begitu maminya masuk.<br />
<br />
<br />
“Kesinikan handphonemu…” pinta Naya.<br />
<br />
<br />
“Buat apa, Mi?” tanya Mitha.<br />
<br />
“Kesiniin…!!!” ucap Naya lagi dengan nada sedikit keras.<br />
<br />
<br />
Dengan berat hati, Mitha melempar handphone itu ke sudut kasur, dekat dengan posisi Naya berdiri.<br />
<br />
<br />
"Mitha smsan ama Rezy, Mii… Bener kok…”<br />
<br />
<br />
“Yuk kita lihat…”<br />
<br />
<br />
Merasa pernah muda, Naya tak bisa dibohongi anak semata wayangnya begitu saja. Ditekannya tombol hijau di telpon Mitha, menelpon teman putrinya yang bernama Rezy.<br />
<br />
<br />
“Baru juga sms-an bentar, sayang. Mitha udah kangen ama kontol abang udin ya? Sampe nelpon-nelpon segala…” ujar lelaki dari ujung telephon.<br />
<br />
<br />
“BANGSAT lo, Din… JAUHI Mitha…!!!” bentak Naya seketika dan mengakhiri pembicaraan. “Mitha… mami kecewa denganmu. Mami tak mengira kamu masih berhubungan dengan lelaki mesum itu.”<br />
<br />
<br />
“Biarin! Mitha cinta bang udin… dan Mitha tak akan tinggal diam melihat mami menghalang-halangi hubungan kami…”<br />
<br />
<br />
“Berani kamu ya?” Emosi Naya meningkat. “Ayo ikut mami… mami tak akan membiarkanmu seperti ini.”<br />
<br />
<br />
"Mitha ga mau ikut…” tolak Mitha sengit sambil cemberut dan menyilangkan lengandi depan dadanya.<br />
<br />
<br />
“Ikut…!” bentak Naya sambil mencengkeram pergelangan tangan Mitha. Diseretnya putri semata wayangnya itu ke arah kamar tidurnya. "Kali ini kita tukeran kamar tidur…“ ujar Naya sambil mendorong Mitha secara paksa memasuki kamar tidurnya. “Kali ini, kamu akan merasakan, apa itu rasanya dikurung…” tambah Naya lagi sambil mengunci pintu kamar tidurnya.<br />
<br />
<br />
“Mitha benci mami. Mitha ga mau punya mami jahat seperti mami…!” histeris Mitha dari dalam kamar Naya.<br />
<br />
<br />
Sebenarnya, Naya merasa menyesal akan apa yang telah ia lakukan pada Mitha barusan. Akan tetapi ia sama sekali tak memiliki jalan keluar tentang apa yang harus dilakukan guna memisahkan putri satu-satunya dengan ojek kampung itu.<br />
<br />
<br />
Naya merasa begitu frustasi, dan berpikir untuk segera menelpon Lody. Namun, kembali, ia mengurungkan niatnya. Ia tak ingin membuat suaminya itu khawatir akan apa yang terjadi kepada putri satu-satunya tersebut.<br />
<br />
<br />
Dengan langkah gontai dan pikiran kalut, Naya berjalan kearah dapur dan membuat makan malam. Dua porsi besar spageti bakso dan dua gelas orange jus, satu untuk dirinya, dan satu untuk Mitha.<br />
<br />
<br />
Sejahat-jahatnya ibu, Naya tak tega juga melihat putrinya hanya meringkuk di sudut tempat tidurnya. “Mitha, nih makan malamnya udah mami siapin, yuk kita makan malam bareng.”<br />
<br />
<br />
Tak ada jawaban sedikitpun dari Mitha. Rupanya saat itu Mitha masih benar-benar sebal akan hukuman dari Naya.<br />
<br />
<br />
Walau sedang menghukum putri semata wayangnya, Naya juga tak tega melihat putrinya itu kelaparan. Oleh karena itu, ia sengaja meletakkan makan malam itu di dalam kamar tidurnya, lalu kembali keluar dan mengunci kamarnya lagi.<br />
<br />
<br />
“Aku mami yang sadis…” ujar Mitha dalam hati.<br />
<br />
<br />
Malam semakin larut, rasa kantuk karena makan malam pun mulai menyergap. Dan karena kamar tidur Naya malam ini ditempatin oleh Mitha, mau tak mau Naya harus tidur di kamar Mitha.<br />
<br />
<br />
“Sudah lama juga aku tak pernah berkunjung ke kamar yang mungil ini.” sejenak, Naya mengamati sekeliling kamar putrinya. Laptop, TV, audio set, lemari, rak buku dan tempat tidur dengan sprei dan selimut berwarna pink. Dinding berwarna hijau muda yang ditempeli beberapa poster idola, AC dan dua buah jendela yang ada disamping-samping tempat tidur. Tak ada yang special dari kamar itu, sama seperti remaja cewe pada umumnya.<br />
<br />
<br />
Naya kembali berkeliling kamar mungil itu. Di atas meja belajarnya terdapat beberapa photo Mitha mengenakan bikini seksi bersama teman-temannya ketika berenang di pantai beberapa tahun lalu. Melihat tubuh putrinya mengenakan bikini, Naya benar-benar bersyukur karena telah memiliki putri yang cantik seperti Mitha.<br />
<br />
<br />
Perhatian Naya mendadak tertuju pada laptop Mitha. Laptop itu masih aktif karena lampu indicator masih menyala. Penasaran akan apa yang ada dalam laptop Mitha, Naya segera membuka laptop itu.<br />
<br />
<br />
Tak ada sesuatu yang disembunyikan di laptop itu, hanya berisi tugas-tugas sekolah, photo dan beberapa game. Namun, ketika sedang asyik-asyiknya ‘menggeledah’ isi laptop Mitha, Naya menyadari ada sebuah folder yang sangat mengganggu. Folder berisikan gambar-gambar Mitha yang menurutnya kurang sesuai dengan gambaran anak berusia 15 tahun.<br />
<br />
<br />
Folder itu berisikan photo-photo dari catatan sex Mitha semenjak dia berkenalan dengan Udin. Mitha sepertinya sengaja mendokumentasikan segala macam coretan tangannya dengan cara memphotonya dan menyimpannya di dalam laptop.<br />
<br />
<br />
Corat-coretan vulgar yang menggambarkan kapan Udin mencium Mitha. Corat-coretan vulgar yang menggambarkan gimana rasanya putting ketika dijilat. Corat-coretan vulgar yang menggambarkan apa rasa pejuh ketika masuk mulut. Corat-coretan vulgar yang menggambarkan sketsa kelamin pria yang sama sekali tak proporsional dengan postur tubuhnya dengan tulisan “Kontol Bang Udin Tersayang” dan gambar kecupan bibir di sekujur gambarnya.<br />
<br />
<br />
Dan yang paling parah, Mitha memiliki beberapa photo penis Udin kampung itu. Mulai dari kondisi lemas, setengah ereksi, ereksi sempurna, blowjob, hingga photo penis yang sudah memuncratkan pejuhnya di mulut Mitha.<br />
<br />
<br />
“Ya ampun, sudah sejauh inikah hubungan mereka?” Tak tahan dengan pikiran yang mendadak menghantui, Naya segera mematikan laptop putrinya dan duduk di tempat tidur. Dengan nafas yang masih menderu-deru, Naya mencoba menenangkan diri.<br />
<br />
<br />
Satu hal yang dipikirkan Naya semenjak ia melihat photo-photo catatan Mitha. “Udin harus sesegera mungkin dijauhkan dari kehidupan Mitha. Ya, itulah satu-satunya cara untuk membuat Mitha kembali nurut seperti dulu lagi.” batin Naya sembari menenggak seluruh jus orange sisa makan malam itu hingga tak tersisa.<br />
<br />
<br />
Mendadak, kepala Naya pusing. pandangan matanya kabur, dan kelopak matanya menjadi sangat berat.<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
<br />
Naya tiba-tiba terbangun dalam keremangan lampu kamar. Dia tidak tahu berapa lama ia telah tertidur. Kepalanya masih terasa berat dan nafasnya terengah-engah. Dengan paksa, Naya mencoba untuk membuka mata. Namun sejauh ini, hanya kegelapan yang dapat ia tangkap dengan kedua mata bulatnya.<br />
<br />
<br />
“Kenapa dengan tubuhku?” tanya Naya dalam hati. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasnya panas dan pendek, badannya terasa hangat dan enteng.<br />
<br />
<br />
“Apa aku terkena demam karena terlalu lama berendam?” tanya Naya lagi.<br />
<br />
<br />
Naya merasa fantastis. Seluruh tubuhnya terasa begitu berbeda dari biasanya. Kulitnya terasa begitu kencang, begitu sensitive, hingga ia mampu merasakan semilir hembusan angin dari lubang hidung yang menerpa tubuhnya. Payudaranya membesar dan mengeras dengan putting yang seolah tak mau mengalah, ngilu dan bengkak.<br />
<br />
<br />
Anehnya, dia tidak merasa lelah sama sekali. Setiap kali ia menggeliatkan badan, gesekan antara kulit dan kain sprei menimbulkan gelitikan aneh di sekujur tubuhnya yang membuatnya seketika merinding nikmat.<br />
<br />
<br />
“Ooouhh... sssshh… ada apa dengan diriku ini?” tanya Naya sambil terus menggeliatkan tubuhnya, menggesek-gesekkan tubuh sintalnya dengan kain sprei.<br />
<br />
<br />
“Mas Loddy… Kamu kok lama sekali sih pulangnya?!” Naya tiba-tiba mengigaukan kehadiran suaminya. Malam ini, ia benar-benar merasa kangen dengan suami tercintanya. Hingga ia menyadari, ada sesosok manusia yang berdiri di sudut kamar.<br />
<br />
<br />
“Mas loddy, itu kamu ya?” tanya Naya. “Kamu pulang lebih cepat ya mas? Sini, mas, mendekat. Adek kangen banget sama kamu, mas. Sini!” pinta Naya sambil melambaikan tangannya pada sosok tersebut.<br />
<br />
<br />
Sosok itupun mendekat dan duduk disamping tempat tidur. “Mas Loddy, kamu kok diam saja, kamu nggak kangen ya sama istrimu yang kesepian ini?” Dalam gelap, Naya langsung memeluk sosok lelaki yang ada disamping tempat tidurnya itu dan menciuminya bertubi-tubi.<br />
<br />
<br />
“Mas, kamu tahu nggak, mendadak adek pengen begituan. Kamu tau khan, mas, sudah lebih dari 2 minggu adek tak kamu jamah, mas. Yuk, mas. Kamu mau khan?”<br />
<br />
<br />
Sosok itu mengangguk.<br />
<br />
<br />
“Nah, gitu donk, mas. Ayo sekarang buka semua bajumu, mas. Adek udah bener-bener nggak tahan lagi, mas, pengen buru-buru ngerasain sodokan batang perkasamu.”<br />
<br />
<br />
Perasaan kangen yang turut ditunjang dengan birahi yang mendadak muncul, membuat Naya tak sanggup lagi menahan keinginan dirinya untuk disetubuhi secepatnya. Naya tak peduli jika suaminya baru tiba, Naya tak peduli akan rasa capai yang mungkin saja dialami suaminya, yang jelas, malam itu dirinya harus mendapat kepuasan yang sudah beberapa hari ini Naya inginkan.<br />
<br />
<br />
Mengiyakan keinginan Naya, sosok itupun segera melucuti semua pakaian yang menempel di tubuhnya. “Kamu tiduran aja ya, dek…” ujar sosok itu dengan nada yang berat.<br />
<br />
<br />
Sebuah tangan menyentuh kaki Naya dan naik ke lututnya. Sosok itu berayun dan berlutut di antara kakinya, membungkuk dan memberikan ciuman basah di lutut dan paha Naya.<br />
<br />
<br />
Perlahan namun pasti, ciuman demi ciuman mulai bergerak naik ke arah selangkangan Naya. Ciuman demi ciuman membawa gelijang geli pada paha dan vagina. Membuat sekujur tubuhnya menjadi merinding.<br />
<br />
<br />
“Ooohhh, mas… Stop, mas… Geli…“ desah Naya yang sepertinya kurang setuju akan perlakuan sosok suaminya itu. “Geli, mas…“<br />
<br />
<br />
“Kamu suka?” tanya sosok itu singkat.<br />
<br />
<br />
“Ho’oh… cuman adek heran, tumben kamu mau jilat-jilat kaki adek?“<br />
<br />
<br />
“Kenapa?”<br />
<br />
<br />
“Biasanya kamu khan ga pernah melakukan foreplay. Adek suka, mas…” desah Naya yang merasa keenakan akan stimulus lidah sosok suaminya.<br />
<br />
<br />
“Kali ini aku punya kejutan yang pasti akan membuatmu suka, dek…”<br />
<br />
<br />
"Kejutan apa, mas? Kamu mau apa?”<br />
<br />
<br />
Mendadak, sosok itu menghentikan jilatan lidah pada kaki Naya, dan langsung berpindah naik ke atas. Mulai menjilat celah vagina Naya yang sudah membanjir basah.<br />
<br />
<br />
“Lendir kamu banyak sekali, dek…” ujar sosok suami Naya.<br />
<br />
<br />
“Mas, kamu mau apa? Kamu tahu adek nggak suka dijilat di situ." Naya mengingatkan suaminya, tapi entah kenapa tubuhnya seolah mengijinkan lidah suaminya bermain disitu.<br />
<br />
<br />
“Nikmatin aja, dek…”<br />
<br />
<br />
"Yah, mungkin malam ini adek pengen nyobain sesuatu yang beda." suara Naya meninggi ketika ciuman sosok suaminya itu jatuh di bibir vaginanya. Lidah basah itu bekerja dengan cepat dan efisien. Membuat lendir kenikmatannya membanjir dengan deras.<br />
<br />
“Geli, mas… geli…” ujar Naya yang baru kali pertama merasakan oral seks. Dan dengan kedua tangannya, Naya mencoba mendorong suaminya menjauh dari vaginanya yang meranum merah. Namun, tubuh suaminya yang cukup kurus itu terlalu kuat.<br />
<br />
<br />
“Memek kamu wangi banget, dek…” puji sosok suami Naya yang semakin gencar menjilat dan menyerucup semua lendir vagina Naya.<br />
<br />
<br />
“Bentar, mas... bentar… adek merasa geli sekali…” Naya menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, mencoba menghindar dari jilatan buas suaminya yang terasa begitu nikmat itu. Merasa tak tahan lagi akan gelitik rasa geli pada vaginanya, Naya mencoba mendorong kepala suaminya. Di sentuhnya pipi suaminya yang sekarang terasa kempes.<br />
<br />
<br />
“Shhh… Kamu kurusan, mas…” komentar Naya setelah menyentuh wajah suaminya dalam gelap. “Ooouuggghhh… Enak, maaass…”<br />
<br />
<br />
Mendengar Naya mulai menikmati jilatan lidah kasarnya, sosok suami Naya pun semakin bersemangat lagi untuk mengoral vagina tak berbulu milik istrinya itu.<br />
<br />
<br />
Naya menyambut keberingasan suaminya dengan meminta kepala yang ada diantara selangkangannya semakin aktif dalam menstimulus vagina dan klitorisnya. Tangan Naya naik dari pipi ke rambut suaminya. Naya mendapati rambut suaminya sudah panjang, dengan pony yang sepertinya sudah menjuntai melebihi alis.<br />
<br />
<br />
“Oooouuugghh... Tuhaaaan… enak sekali, mas…” jerit Naya sambil mencengkeram kepala suaminya ketat supaya ia membenamkan lidahnya lebih dalam.<br />
<br />
Mendadak, salah satu tangan suaminya menggapai naik, ke arah payudara Naya dan mulai meremas bongkahan dadanya dengan perlahan. Suaminya meremas puting tegaknya, lalu dengan perlahan ibu jari dan jari telunjuk mulai menyentil, memelintir dan menyentak putting Naya dengan gaya yang berbeda. Jauh lebih kasar daripada biasanya.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba, pinggul Naya menjadi tidak terkendali, dia akan orgasme. “Mas… maaassss… adek mau dapet, mas… ooouugghhh…“ jerit Naya menjadi-jadi ketika stimulus lidah kasar suaminya semakin beringas. “Oooouugghhh… jilat memek adek terus, mas…”<br />
<br />
<br />
Rupanya, apa yang pada awalnya Naya kurang begitu suka, sekarang ia mulai menikmatinya. Terbukti dari jeritan dan desahan mulutnya yang berkali-kali meminta sang suami supaya memberikannya orgasme secepat mungkin.<br />
<br />
<br />
“Maasssss… adek mau keluuuaaa…”<br />
<br />
<br />
Namun mendadak, suami Naya itu menghentikan jilatan lidahnya. Berhenti seketika dan menatap Naya yang tergolek lemah di depan wajahnya.<br />
<br />
<br />
“Aaaaahhh… maaasss… kok berhenti…?” Dengan nafas yang masih terengah-engah, sejenak, Naya merasa begitu sebal akan perlakuan suaminya barusan. Coba suaminya itu meneruskan jilatan lidahnya, pasti saat ini naya sudah menggelijang-gelijang keenakan karena orgasme oral pertamanya. Orgasme yang sama sekali belum pernah ia dapatkan dari daging yang bernama lidah.<br />
<br />
<br />
“Yuk, mas… adek udah nggak tahan…” pinta Naya yang sudah tak mampu lagi menahan desakan gejolak birahinya.<br />
<br />
Naya merasa begitu menginginkan hadirnya batang penis suaminya untuk menggaruk kegatalan yang ada di dalam lubang vaginanya. Naya merasa, inilah saatnya bercinta setelah beberapa minggu ditinggalkan suaminya keluar kota.<br />
<br />
<br />
“Mas… yuk, mas… sodok memek adek, mas… adek udah ga tahan lagi…” ujar Naya sambil meminta badan suami yang masih berada di selangkangannya untuk naek ke atas dan menindih tubuh langsingnya.<br />
<br />
<br />
Tanpa membuang waktu lama, Naya menjulurkan tangannya kebawah dan meraihselangkangan suaminya. Walau masih dalam kondisi kamar yang remang, dengan sigap, Naya mampu menangkap batang panjang milik suaminya. “Titit kamu keras sekali, mas… jauh lebih keras dari biasanya…”<br />
<br />
<br />
Ada perasaan bangga yang dirasa oleh Naya begitu ia menggenggam penis panjang suaminya. Karena setelah lebih dari 15 tahun menikah, suaminya masih menghargai keseksian dirinya dengan bisa ereksi sekeras ini. Bagi Naya, kerasnya ereksi adalah salah satu penghargaan lelaki yang bisa ditunjukkan kepada wanitanya.<br />
<br />
<br />
Tapi, malam ini penis suaminya itu terasa begitu berbeda. Sangat jauh berbeda. Naya merasa, batang panjang yang menggelantung di selangkangan suaminya itu bukanlah daging penis seperti yang biasa ia rasakan selama ini. Naya merasa daging itu lebih mirip pentungan kayu, sama sekali bukan lipatan daging lembek seperti biasanya.<br />
<br />
<br />
“Titit kamu beda, mas… rasanya kok panjang banget ya?“ tanya Naya keheranan. Namun karena keinginan Naya untuk segera mendapatkan birahi sudah terlalu tinggi. Ia sama sekali tak mempedulikan keanehan batang suaminya itu, dan dengan sigap Naya menarik batang penis suaminya itu mendekat ke arah celah vaginanya yang sudah membanjir basah oleh cairan pelumas.<br />
<br />
<br />
Malam itu Naya benar-benar sudah terlalu bernafsu. Ia seolah sangat menginginkan untuk dapat merasakan kenikmatan persetubuhan. Ia ingin segera dapat merasakan gelinjang orgasme.<br />
<br />
<br />
“Pokoknya aku harus puas malam ini…” desah Naya pada sosok suaminya itu.<br />
<br />
<br />
“Iya, dek… kamu bakal mendapatkan semuanya itu malam ini.”<br />
<br />
<br />
"Buruan, mas… Setubuhi istrimu ini." semburnya keluar. “Adek pengen ngentot, mas… Entotin adek sekarang." Naya mendadak heran, tak pernah dalam sejarah kamus hidupnya ia menggunakan pemilihan kata kasar ketika bercinta. Ia selalu berkata “ Tusuk atau sodok”. Ia tak pernah menyebut kata "Entot"<br />
<br />
<br />
Dan itu kata jorok pertamanya ketika lebih dari 15 tahun bercinta<br />
<br />
Naya membuka kedua pahanya lebar-lebar, seolah mempersilakan batang panjang suaminya untuk dapat segera berkunjung ke rahimnya. “Titit kamu besar banget, mas…” puji Naya berkali-kali kepada suaminya itu. “Adek pasti puas malam ini…”<br />
<br />
<br />
Walau sedang dalam kondisi birahi tinggi, Naya sekilas berpikir akan perubahan penis suaminya saat ini. Penis itu tumbuh menjadi begitu besar dan panjang. Bahkan tumbuh terlalu besar. Karena ketika kepala penis itu mulai mendobrak pertahanan celah kewanitaannya, timbul rasa sakit yang tak pernah Naya rasakan selama ini.<br />
<br />
<br />
“Pelan-pelan, mas… sakit banget…” desah Naya sambil mencoba merasakan enaknya persetubuhan itu.<br />
<br />
<br />
Namun, entah karena sudah terlanjur merasakan enak, atau karena sama-sama tak sabar untuk merasakan nikmatnya persetubuhan, sosok itu sama sekali tak menggubris permintaan Naya, karena yang terjadi, suami Naya itu terus mendorong batang panjangnya untuk masuk kedalam celah sempit yang sudah membanjir basah itu.<br />
<br />
<br />
Secara berkala, sodokan demi sodokan mulai membuka celah kenikmatan Naya. Menghantar gelombang geli, sakit dan nikmat yang tak terucap. Hingga mau tak mau Naya harus membuka membuka kakinya lebar-lebar guna mengakomodasi besarnya batang penis yang ada diantara pahanya.<br />
<br />
<br />
“Penis Loddy tampaknya telah tumbuh begitu besar hingga saat ini, vaginaku terasa begitu penuh…” batin Naya.<br />
<br />
Naya merasa, jika ujung penis suaminya terasa seperti bola golf yang sangat besar dan keras. Walaupun saat itu Naya sudah membuka paha dan vaginanya lebar-lebar, tetap saja, malam itu, ia merasa seperti perawan yang sama sekali belum pernah bercinta sedikitpun.<br />
<br />
<br />
Sakit, perih dan tersiksa.<br />
<br />
Semua terasa sama sekali tak proporsional. Karena malam itu, yang Naya rasakan bukanlah rasa nikmat seperti persetubuhan yang biasa mereka rasakan . Melainkan lebih mirip seperti sakitnya vagina ketika melahirkan.<br />
<br />
<br />
Dan dari rasa sakit ini, mendadak Naya sadar, benar-benar sadar, jika penis suaminya ini begitu besar, malah terlalu besar.<br />
<br />
<br />
“Apakah sekarang Lody menggunakan Viagra?” pikir Naya. Karena hanya itulah satu-satunya pemikiran yang muncul di otak Naya.<br />
<br />
<br />
Kembali, rasa dan keinginan untuk dapat segera merasakan kenikmatan orgasme melanda pikiran Naya. Sehingga, guna mencapai itu semua, mau tak mau Naya harus mengesampingkan rasa sakit yang teramat sangat di vaginanya itu.<br />
<br />
<br />
Sejenak Naya mencoba memejamkan mata, berkonsentrasi penuh untuk menghilangkan rasa sakit dan mencoba focus kepada kenikmatan sodokan batang panjang suaminya.<br />
<br />
<br />
“Kesempatan nikmat seperti ini tak boleh aku sia-siakan…” batin Naya sembari terus mengakomodasi batang panjang suaminya yang sudah banyak terbenam di vaginanya. “Terlebih dengan segala macam kesibukan pekerjaan Loddy yang semakin tinggi… Aku harus puas… aku harus puas…”<br />
<br />
<br />
“Nggak tiap hari aku bisa merasakan kenikmatan bersetubuh…” pikir Naya lagi. “Terlebih dengan adanya Mitha yang sekarang sudah semakin dewasa… Tak bisa lagi setiap saat, aku dan Loddy bebas bercinta.”<br />
<br />
<br />
Pikiran Naya untuk beberapa saat kembali pada Mitha, putri semata wayangnya yang sekarang sedang menjalani hukuman kurung di kamarnya, mitha yang semakin susah diatur, semakin bandel, dan sedang kasmaran dengan ojek kampong.<br />
<br />
<br />
“Aku harus segera membicarakan masalah ini dengan Loddy besok… yang jelas, sekarang aku harus puas terlebih dahulu. Tapi…” tiba-tiba, Naya segera tersadar. Naya dan Mitha khan baru saja bertukar tempat tidur. Yang ada di kamar tidur Naya adalah Mitha, dan yang sedang berada di kamar Mitha adalah Naya.<br />
<br />
<br />
“Mas, kok kamu tahu adek tidur disini?” tanya Naya sedikit heran. Alih-alih menjawab pertanyaan Naya, Loddy semakin memperdalam sodokan penisnya.<br />
<br />
<br />
“Aaahhhsss… Maaas… Kok kamu bisa tahu adek ada disini? “ tanya Naya sambil keenakan.<br />
<br />
<br />
Heran, bingung, sekaligus penasaran. Berjuta pertanyaan tiba-tiba timbul dalam pikiran Naya. Bagaimana suaminya bisa tahu jika dia malam ini tidur di kamar putrinya?<br />
<br />
<br />
"Ini aneh sekali, mas… benar-benar aneh.“ gumam Naya. "Terlebih, titit kamu. Tidak seperti biasanya. Titit kamu terlalu besar, mas…"<br />
<br />
<br />
“Ya beda lah…” ujar sosok lelaki yang masih menindih tubuh langsing Naya dan menyodok-nyodokkan sekujur batang penis panjangnya ke dalam celah kenikmatan Naya yang membanjir basah.<br />
<br />
<br />
”Karena aku bukan suami tante…!!!”<br />
<br />
<br />
DEG…!!!<br />
<br />
<br />
Mendengar perkataan sosok yang sedang menyetubuhinya itu, jantung Naya seolah berhenti berdetak. Sekilas, dari suara dan cara bicaranya, Naya tahu siapa sosok yang sedang bercinta dengannya. Sekilas, dari postur tubuh, potongan rambut dan aroma tubuhnya, mia mengenali siapa sosok yang saat ini sedang menyetubuhinya. Dan sekilas, dari ukuran batang penisnya yang jauh dari normal, Naya yakin jika sosok yang sedang memberikan kenikmatan duaniawi ini adalah...<br />
<br />
<br />
Udin!!!<br />
<br />
"Tante bakal suka kontol panjang saya… tante bakal merasakan bagaimana kontol besar ini akan memuasin memek gatel tante…” suara mesum itu kembali terdengar dengan jelas. Suara yang beberapa saat lalu sangat ia benci. Suara yang beberapa saat lalu sangat hina ditelinganya. Suara yang jelas-jelas bukan milik suaminya.<br />
<br />
<br />
“Udin?” tanya Naya dengan nada benar-benar panik. Sebelum ia menutuptangannya ke mulutnya.<br />
<br />
"Iya, tante… saya Udin… pacar Mitha…”<br />
<br />
<br />
Astaga, ternyata sosok yang saat ini sedang menyetubuhi dirinya bukahlah Lody, suami Naya. Sosok itu adalah Udin, si ojek kampung pacar Mitha, anak semata wayangnya.<br />
<br />
<br />
Tak pernah sekalipun Naya membayangkan akan terjadinya situasi seperti ini. Naya tahu sekali akan Loddy suaminya yang sangatlah pencemburu. Senyum sedikit ke lelaki lain saja, bisa membuat Lody menjadi uring-uringan, apalagi sampai melakukan perselingkuhan. Naya tak bisa membayangkan betapa murkanya Loddy jika dia sampai tahu wanita yang ia nikahi, saat ini sedang bersetubuh dengan orang lain.<br />
<br />
<br />
“Bangsat lo, Din… cepet cabut tititmu… Cabut…!!!” Dengan segenap tenaga, Naya berusaha mendorong tubuh Udin. Namun sekuat-kuatnya tangan ramping Naya, ia seolah mendorong tembok. Tubuh kurus Udin sama sekali tak bergerak, sedikitpun.<br />
<br />
"Tante… Memekmu seperti memek perawan, peret banget…" kata Udin.<br />
<br />
“Bangsat lo, Din… Bangsat… CABUUUTT…!!!” Tak kehabisan akal, Naya mulai memukul-mukulkan genggaman tangannya ke wajah tukang ojek itu.<br />
<br />
<br />
Tapi, Udin yang sudah merasa berada diatas angin, segera menangkap kedua pergelangan tangan Naya dan langsung melentangkannya jauh-jauh kearah samping, sehingga Naya yang dalam posisi tak berdaya, lebih terlihat seperti orang yang pasrah daripada orang yang meronta-ronta.<br />
<br />
<br />
“Bangsat lo, Din… Cabut titit lo, Din… Cabut…!!!”<br />
<br />
<br />
Melihat Naya yang masih mencoba meronta, Udin tak kehabisan akal. Mulut dengan bibir tebalnya langsung ia majukan kedepan, menyeruput putting kiri Naya yang tegang kemerahan.<br />
<br />
<br />
Melihat posisi yang sangat tak menguntungkan ini, “Ooouuugghhhh… Sshhh… “ mau tak mau Naya hanya bisa melengguh. “Ouuhhhggg… Bangghsaaat lo, Diinn…” ujar Naya yang seolah mencoba merasakan gelijang kenikmatan pada puting payudaranya. Sejenak rontaan tangannya mereda, dan tubuhnya melemas.<br />
<br />
<br />
Melihat Naya yang sudah takluk akan jilatan dan kenyotan bibirnya, Udin tak langsung mendiamkan wanita jajahannya begitu saja. Dengan gerakan perlahan, Udin yang merasa jika sekujur batang penisnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam vagina Naya, mulai menggerakkan batang panjangnya mundur<br />
<br />
<br />
“Bener nih tante ga mau ngentot ama Udin?” tanya tukang ojek itu dengan nada menggoda sambil mulai menggerak-gerakkan batang penis yang sudah menancap dalam di vagina Naya.<br />
<br />
<br />
Mendengar suara cabul Udin, Naya yang semula terlena seolah kembali tersadar. “Bangsat lo, Din… CABUT BANGSAT… CABUT…!!!” Naya meronta lagi sejadi-jadinya.<br />
<br />
<br />
Udin yang masih merasa diatas angin kembali menggoda keimanan vagina Naya. Dengan tak mengurangi gerakan-gerakan menyodok pelannya, ia terus menggoda liang kenikmatan Naya dengan batang penis raksasanya. Udin tahu, jika walau Naya berkata bahwa ia sama sekali tak menginginkan persetubuhan yang terlarang ini, vagina Naya berkata hal yang berbeda.<br />
<br />
<br />
Vagina Naya sudah sangat becek dan merekah merah. Lendir yang keluar dari akibat persetubuhan batang dan celah kenikmatan ibu satu anak ini pun tak dapat berbohong. Merembes, banjir keluar dengan derasnya dan mulai berubah menjadi busa-busa putih.<br />
<br />
<br />
“Bener nih tante ga mau Udin entotin?” goda Udin.<br />
<br />
<br />
“Cabut, Din… Cabuuuuuttt…!!!” Ujar Naya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.<br />
<br />
<br />
“Ya udah kalo tante nggak mau… Udin bakal cabut kontol ini.” ujar Udin santai. Dibenamkannya batang panjang miliknya itu untuk terakhir kalinya, sebelum ia benar-benar mencabut keluar secara perlahan.<br />
<br />
<br />
“Ouuuhhhh…” erang Naya ketika merasakan penis besar Udin itu terbenam seluruhnya ke dalam liang kenikmatannya dan menyentuh dinding terdalam dari vaginanya. “Titit Ojek kampung ini benar-benar enak… Titit ini mampu menggelitik vagina terdalamku… Beda sekali dengan titit mas Loddy… Benar-benar beda…” galau batin Naya. Matanya terpejam, dan bibir bawahnya tergigit.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba, timbul perasaan galau dari dalam pikiran Naya ketika Udin mulai mencabut batang panjang penisnya. Naya merasakan sensasi yang aneh. Naya merasa begitu kosong. Naya merasa, seperti ada kesedihan yang mendalam seiring tercabutnya penis panjang Udin dari vaginanya.<br />
<br />
<br />
Depresi di wajah cantik Naya terlihat begitu besar, dan entah apa yang ada dipikiran Naya saat itu sehingga pada akhirnya, kaki Naya mendadak merangkul pinggang Udin, menahan gerakan mundurnya dan meminta untuk maju kembali.<br />
<br />
<br />
“Kok kaki tante nahan pantat Udin? Tadi bilangnya suruh nyabut…”<br />
<br />
<br />
Galau, bingung, benci, dan pingin. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu. Memang sih, penis Loddy tak sebesar penis Udin. Penis Loddy juga tak sepanjang penis Udin. Dan yang paling nyata, penis Loddy tak seenak penis Udin.<br />
<br />
<br />
Setetes air mata meleleh dari sudut matanya. Membayangkan kenikmatan dosa yang sedang ia lakukan. Naya harus segera memutuskan. Persetubuhan ini adalah salah. Benar-benar salah. Naya adalah wanita yang terhormat, walau ia tak menjabat apapun, namun di mata tetangga dan lingkungannya, derajat Naya cukup tinggi. Cukup disegani.<br />
<br />
<br />
Disatu sisi, Naya sangat menginginkan persetubuhan ini, Naya sangat haus akan sensasi orgasme yang sudah lama tak ia rasakan dari penis Loddy, suaminya, dan entah kenapa, Naya mulai menikmati debaran aneh yang menggelora dalam dadanya dan vaginanya.<br />
<br />
<br />
Namun, kembali naya bimbang, tak peduli berpedoman pada alasan apapun, namanya selingkuh adalah hal yang sangat salah. Naya harus memutuskan sesuatu. Harus…<br />
<br />
<br />
“Entot aku, Din…” desah Naya dengan bibir yang masih tergigit.<br />
<br />
<br />
“Hah! Udin ga salah denger nih, Tan?” tanya Udin.<br />
<br />
<br />
“Gila! Kamu gila, Naya… kamu bakal bercinta dengan orang yang sama sekali bukan suamimu.” pikiran sehat Naya mencoba menyadarkannya. “Dia hanyalah tukang ojek…”<br />
<br />
<br />
Tapi, benar kata pepatah “Nafsu mampu merubah segalanya…”<br />
<br />
<br />
“Iya… Entot aku, Din… Entot aku dengan kasar…” pinta Naya dengan kalimat kotor. Pada akhirnya, Naya tak bisa lagi menghiraukan akan segala macam norma ada yang berlaku. Saat ini, hanya satu hal yang benar-benar ia inginkan. Mendapat kepuasan dengan maksimal.<br />
<br />
<br />
Kembali, Naya menggerak-gerakkan kakinya yang masih melingkar di pinggang Udin. Kaki jenjang itu seolah meminta pinggang Udin untuk kembali maju, menabrakkan batang panjang penisnya ke liang senggamanya yang terdalam.<br />
<br />
<br />
“Entotin aku, Diiinnnn… Entotin aku…” Naya berkata tanpa berpikir. Pikirannya seolah tertutup oleh kenikmatan dari penis besar Udin. Penis yang terasa seolah selalu bergetar di setiap saraf vaginanya. Vagina gatal yang selalu haus akan gelitikan urat-urat penis ojek kampung ketika meluncur keluar masuk.<br />
<br />
<br />
Naya merasa penis Udin mampu menyentuh daerah terjauh vaginanya. Penis itu seolah menggapai dan menggaruk hingga sangat dalam, menekan rahimnya dengan keras setiap kali ia sodok.<br />
<br />
<br />
“Tante bakal puas… Tante ga bakal kecewa… dan tante bakal menginginkan kontol Udin untuk selalu dapat memuaskan tante…” Tanpa mengambil ancang-ancang, Udin segera menghajar liang senggama milik ibu kekasihnya itu. Menghajar dengan sekuat tenaga, menusukkan dalam-dalam penis berukuran ekstranya.<br />
<br />
<br />
Tanpa rasa ampun.<br />
<br />
<br />
“CPAK… CPAK… CPAK… CPAK… CPAK…” suara tumbukan penis dan vagina basah terdengar begitu keras di tengah suasana malam yang gelap ini.<br />
<br />
<br />
“Ooouuhhh… Memekmu benar-bener enak, Tan… Jauh lebih enak dari memek pelacur di kampung sebelah…” desah Udin yang semakin mempercepat sodokan di vagina Naya.<br />
<br />
<br />
“Kurang ajar, vagina terawat milikku dibandingkan dengan vagina pelacur murahan.” batin Naya.<br />
<br />
<br />
“Sumpah… Enak banget, Tantekuuu… sepertinya Udin bakal cepet keluar nih, Tan, kalo peretnya memek tante kayak gini…” Merasakan kenikmatan jepitan vagina ibu satu anak ini, Udin seolah kesetanan. Matanya merem melek, dan mulutnya terus melumat kedua putting payudara Naya. Seolah tak mau kalah, Naya pun merasakan hal yang serupa. Gatal di vaginanya seolah terobati oleh sodokan-sodokan kasar ojek kampung yang semula tak ia sukai itu.<br />
<br />
<br />
Saat ini, Naya sama sekali tak merasakan adanya perasaan jijik sedikitpun ke Udin. Tak ada perasaan marah, ataupun benci. Dan anehnya, vaginanya yang beberapa saat tadi terasa begitu perih menyakitkan, akibat sodokan penis panjang Udin, saat ini tak terasa menyiksa lagi. Malah, penis besar, hitam, dan menyeramkan itu, sekarang terasa begitu enak.<br />
<br />
<br />
“Tante, Udin mau keluar…” ujar ojek kampung itu tiba-tiba.<br />
<br />
<br />
“Ooouuhh… Kamu pake kondom khan, Din?” tanya Naya keenakan.<br />
<br />
<br />
"Enggak. Udin kalo ngentot ga pernah pake kondom."<br />
<br />
<br />
“Sialan…” jerit Naya.<br />
<br />
"Tapi tenang saja, Tan… Tante ga bakalan hamil ketika pertama kali bercinta dengan orang baru... terlebih jika tante merasa keenakan." kata Udin dengan muka serius.<br />
<br />
“Pemikiran bodoh, aneh dan menyesatkan darimana itu?” tanya Naya.<br />
<br />
<br />
“Dari teman-teman Udin lah, Tan.” jawab Udin lagi.<br />
<br />
<br />
"Cabut tititmu ketika kamu keluar... Jangan keluarin spermamu di dalam memekku…" pinta Naya.<br />
<br />
Seperti sepasang pedagang dan pembeli yang sedang dalam proses negosiasi, Naya dan Udin pun tawar menawar sembari saling merasakan kenikmatan persetubuhan yang mereka lakukan.<br />
<br />
<br />
“Yah… kalo ga boleh di dalem, trus dikeluarin dimana donk?”<br />
<br />
<br />
“Di kamar mandi aja.”<br />
<br />
"Nggak mau ah… Kalo Udin ga boleh keluarin peju di memek Tante, Udin mau Tante sepongin kontol Udin, trus pas Udin mau keluar, Tante telan peju Udin...”<br />
<br />
<br />
“Nggak mau…”<br />
<br />
<br />
“Ya udah… Kalo gitu Udin tetep keluarin peju Udin di memek Tante…" ujar Udin sambil terus menyodok-nyodokkan penis panjangnya ke Naya.<br />
<br />
Seumur-umur, Naya belum pernah melakukan oral seks. Apalagi sampai menelan sperma lawan mainnya.<br />
<br />
<br />
"Ternyata… Tante ga sehebat Mitha!" Ujar Udin tiba-tiba sambil menghentikan gerakan sodok-menyodoknya.<br />
<br />
<br />
“Kenapa dengan Mitha?”<br />
<br />
<br />
“Ya udah deh… Gapapa… Kali ini Udin keluarin peju di kamar mandi… Besok pagi aja Udin minta Mitha buat nyepongin kontol Udin…”<br />
<br />
<br />
DEG…!!! Kembali, detak jantung Naya seolah berhenti berdetak setelah mendengar kata-kata Udin barusan.<br />
<br />
<br />
Tukang ojek ini bakal meminta putri satu-satunya buat mengoral penisnya jika Naya tak mau mengabulkan permintaannya. Dan seolah tahu akan kelemahan utama Naya, Udin menyengir lebar.<br />
<br />
<br />
“Besok kamu minta Mitha nyepongin kontolmu, Din?” tanya Naya bingung.<br />
<br />
<br />
“Iya… abisnya Tante ga mau nyepongin kontol Udin…” jawab Udin enteng.<br />
<br />
<br />
“Kalo tante sepongin kontolmu… kamu ga bakal minta ama Mitha lagi khan, Din?”<br />
<br />
<br />
“Iya. Kalo tante selalu muasin kontol Udin… Udin ga bakal minta Mitha lagi.”<br />
<br />
<br />
Naya tak bisa berpikir jernih jika sudah disangkut pautkan dengan putri kesayangannya. Seolah kehilangan kesadaran, akhirnya Naya menyetujui permintaan aneh Udin.<br />
<br />
<br />
“Jadi gimana, tan? Tante bakal sepongin kontol Udin khannn?” tanya Udin yang seolah sudah tahu jawabannya.<br />
<br />
"I-iya, Din…” jawab Naya terpaksa.<br />
<br />
<br />
“Mulut tante bakal nerima pejuh Udin?”<br />
<br />
<br />
“Iya…”<br />
<br />
<br />
“Tante bakal bakal telen pejuh Udin?”<br />
<br />
<br />
“…” tak menjawab pertanyaan terakhir Udin, Naya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.<br />
<br />
<br />
“Gila Naya… Kamu sudah benar-benar gila…!” Selama ini, membayangkan air mani saja sudah membuat Naya merasa mual, apalagi menelan sperma. Itu hal yang sangat menjijikkan, tapi, setelah dipikir-pikir, hal itu jauh lebih baik daripada kemudian ia mendapati dirinya hamil karena benih tukang ojek.<br />
<br />
<br />
“Okelah kalo begitu… sekarang Tante bakal merasakan gimana nikmatnya kontol Udin…” Merasa senang karena permintaaannya dikabulkan Naya, Udin kembali mengambil ancang-ancang. Membetulkan posisi paha Naya dan meletakkan betis kaki jenjang Naya pada pundaknya. Kali ini Udin bakal melancarkan sodokan-sodokan brutalnya dengan cara yang lebih brutal.<br />
<br />
<br />
Naya yang sudah pasrah, mendadak merasakan kenikmatan dari hal yang dinamakan persetubuhan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia rasakan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia peroleh dari suaminya. <br />
<br />
<br />
“Sssshh… Oooouuggghhh… Diiinnn… Sssshhhh…” desah Naya.<br />
<br />
<br />
Naya tak lagi banyak berbicara. Ia hanya mendengus dan mengerang. Naya mulai menyerah pada kenikmatan dan kedatangan gelombang orgasme dari batang panjang tukang ojek yang dulu ia benci. Ibu 34 tahun ini terlihat begitu menikmati permainan cintanya yang ia lakukan dengan batang panjang milik pacar putrinya.</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-27617049651909308322014-12-04T01:26:00.000-08:002014-12-04T01:26:07.822-08:00Ibu RT Ku, Bu Harjono<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Usia Bu Harjono sebenarnya tidak muda lagi. Mungkin menjelang 50 tahun. Sebab suaminya, Pak Harjono yang menjabat Ketua RT di kampungku, sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dengan keluarga Pak Harjono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Harjono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dengan kegiatan RT.<br />
<br />
Namun berbeda dengan suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala lima, Bu Har (begitu biasanya aku dan warga lain memanggil) sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dengan wanita berpostur tinggi besar tersebut.<br />
<br />
Kisahnya berawal ketika Pak Harjono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU (Intensive Care Unit) sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Har untuk membantumenemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu.<br />
<br />
Kami bapak-bapak di lingkungan RT memita Mas Rido mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Harjono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Har selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rido,? Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Har. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Har sendiri telah memintaku untuk menemaninya.<br />
<br />
Hari-hari pertama mendampingi Bu Har merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Harjono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dengan penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah.<br />
<br />
Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Har untuk bersabar. Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Har, kataku menenangkan.<br />
<br />
Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk (oh ya Bu Har berprofesi sebagai guru sedang Pak Har karyawan sebuah instansi pemerintah), ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rido. Sudah dua hari sayatidak sempat mandi, katanya kepada rekan-rekannya.<br />
<br />
Dengan sepeda motor milik Pak Har yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Har. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Har yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang kuyakini ukurannya cukup besar.<br />
<br />
Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dengan sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dengan seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dengan beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas.<br />
<br />
Setelah mengantar Bu Har ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. Jangan lama-lama nak Rido, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit, katanya.<br />
<br />
Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Har setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Har. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Har menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. Maaf Nak Rido, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai, suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang.<br />
<br />
Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya.<br />
<br />
Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Har memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Har nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakanannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan ah,.. yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam.<br />
<br />
Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dengan paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Har. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin.<br />
<br />
Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dengan pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harusmembungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari (seperti ia sengaja melakukan hal ini).<br />
<br />
Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Har sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna , putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya.<br />
<br />
Apakah Bu Har menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit.<br />
<br />
Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Har berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu kewaktu.<br />
<br />
Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Har yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat.<br />
<br />
Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dengan ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Har menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam.<br />
<br />
Janji ya Rid (setelah cukup akrab Bu Har tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku), kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian, katanya.Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi, jawabku.Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Har mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak Harjono. Menurut Bu Har penyakit diabetisitu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan.<br />
<br />
Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu?Kata siapa, Rid?Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran, jawabku agak tergagap.Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Har.Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua, ujarnya lirih.Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Har, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dengan wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Har yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Har terasa mencolek pinggangku.<br />
<br />
Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut, katanya lirih.Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Har kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Har bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya.<br />
<br />
Akhirnya, dengan keberanian yang kupaksakan karena ku yakin saat itu Bu Har belum pulas tertidur aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya.<br />
<br />
Reaksinya, Bu Har terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dengan remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh.<br />
<br />
Kumulai dengan menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dengan telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam.<br />
<br />
Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi dibagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dengan suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya.<br />
<br />
Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Har. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan.<br />
<br />
Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dengan mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dengan temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku.<br />
<br />
Mau apa Rid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang, katanya lirih.Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.Hujan saat itu memang semakin deras.Entah karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dengan semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan.<br />
<br />
Akhirnya, dengan hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep penis besarku berhasil menerobos dengan mudah liang sanggamanya.<br />
<br />
Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dengan menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman.<br />
<br />
Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dengan gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasannikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang.<br />
<br />
Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,Aku juga enak Rid, uh.. uh uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dengan penisku.Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shhh, ah, .. ah,Aku juga Rid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,<br />
<br />
Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dengan mendekap erat tubuhku. Dan bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan.Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat, kata Ia sambil masih tiduran di dekatku.Aku mengira ia menyesal dengan peristiwa yang baru terjadi itu.Ya Maaf,.. soalnya tadi,..Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Har terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu danmenimbulkan aib diantara kita, ujarnya lirih.<br />
<br />
Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dengan yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian.</div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-54812459670502110252014-12-04T00:44:00.002-08:002014-12-04T00:44:12.936-08:00Si Amoy dan Para Kuli Bangunan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Istriku bernama Diana, aku sudah menikah 3 tahun denganya. Ia seorang perempuan keturunan chinese yang berpenampilan sangat menarik. Umurnya 26 tahun, tinggi 165 cm, berat 50 kg, dada 34c, wajah sangat cantik dan kulit putih bersih. Kami belum dikaruniai anak. Ini dikarenakan aku tidak mencoba. Karena aku terlalu sibuk mengurus bisnis kecilku sehingga tidak ada waktu untuk istri. Aku ingin membuktikan kepada keluarganya, yang kebetulan lebih mapan dari keluargaku, bahwa aku mampu menghidupi istriku.<br />
<br />
Kenakalan istriku dimulai sekitar 4 bulan lalu. Kami baru saja pindah rumah, tadinya kami tinggal bersama orang tuaku. Rumah baruku berada di komplek yang baru, sehingga belum banyak rumah yang terbangun. Di gang kami hanya ada 5 rumah jadi dan 2 rumah sedang dibangun. Pada suatu hari ketika sore sore kami melintas di depan salah satu rumah yang sedang dibangun, aku melihat seorang tukang bangunannya sedang membersihkan dirinya dalam keadaan telanjang bulat. Aku melihat ke arah istriku yang ternyata juga melihat kejadian tersebut.<br />
"hey jangan dilihatin aja entar nafsu lagi" candaku.<br />
Istriku hanya tersipu malu. Aku tak terpikir istriku terangsang melihat hal seperti itu. Karena pertama, istriku tidak terlalu menikmati hubungan seks. Jadi dia bukan "sex oriented". Kedua, yang dilihat itu kan abang abang yang kasarnya adalah kuli bangunan, masa iya dia terangsang pikirku.<br />
<br />
Sekitar 1 bulan setelah kejadian diatas, aku pulang cepat dari kantor karena kurang enak badan. Selama tinggal di rumah baru aku belum pernah pulang lebih cepat dari jam 10 malam. Seringnya aku pulang saat istri sudah tidur. Hari itu aku jam 5 sore sudah sampai di rumah. Ketika aku tiba, kutanya ke pembantu rumah tangga ku kemana istriku.<br />
"ibu jalan jalan sore pak" kata pembantuku<br />
"jalan sore? Emangnya dia sering jalan sore mbak?" tanyaku<br />
"tiap hari pak" jawab pembantuku<br />
<br />
Aku bingung, kenapa tidak pernah cerita ke aku. Terus aku berjalan keluar pagar, ku lihat kiri dan kanan, tidak ada penampakan istriku sama sekali. Kemudian aku berjalan ke arah ujung gang melewati rumah yang baru dibangun tersebut. Saat melintas di depannya aku agak sedikit heran, biasanya tukang tukangnya kalau malam pada ngumpul di depan. Tetapi hari ini tidak terlihat satupun. Aku terus berjalan ke arah ujung gang, sampai disana aku menoleh kiri kanan, juga tidak terlihat penampakan istriku. Yah sudah pikirku, entar juga balik. Aku kembali menuju rumah. Sesampai di depan rumah yang baru dibangun tersebut, samar samar aku mendengar suara tawa. Entah mengapa aku penasaran, sehingga aku melangkah masuk ke arah rumah tersebut. Kulihat pintu kayu utama tertutup rapat, sedangkan pintu samping yang berada di dalam garasi terbuka. Jadi aku menuju ke pintu itu perlahan lahan. Makin dekat ke pintu makin jelas suaranya. Terdengar seperti ada suara perempuan. Ketika aku berhenti pas disamping pintu dan menguping, jelas terdengar itu adalah suara istriku.<br />
"kontol bang joko gede banget sih, aku selalu sakit kalo abis dientot bang joko. Pelan pelan masukinnya bang, kan kalo lecet kasian temen temennya nanti ngak ngerasain aku hari ini." kata istriku manja.<br />
"ini mah memeknya neng diana aja yang peret, jarang dipake suami sih" kata si joko<br />
Terus terdengarlah suara desahan istriku antara menahan sakit atau menikmati.<br />
<br />
Aku mencoba bersabar dulu, aku berjongkok dan mengintip ke dalam pelan pelan. Alangkah kagetnya aku melihat adegan mesum istriku dengan si joko dan yang membuat ku lebih kaget lagi ternyata tidak hanya satu abang tetapi ada 6 abang. Di dalam terdapat sebuah matras tipis, istriku nungging di atasnya. Joko menyodoknya dari belakang "doggie style". Joko mungkin berumur sekitar 40 an, hitam berotot dan memiliki wajah yang sangar, mirip bandit. Kemaluannya memang terlihat sangat besar dan hitam. sangat kontras dengan istriku yang putih bersih. Di sekeliling istriku terdapat 3 abang abang yang sibuk mengelus elus tubuh istriku dan memainkan buah dadanya. Yang dua orang lagi sibuk onani sambil menonton.<br />
"bang wawan sini kontolnya aku sepongin" minta istriku sambil terengah engah disodok oleh joko.<br />
Tanpa ragu wawan langsung menyodorkan kemaluannya dan langsung dilahap buas oleh istriku. Padahal biasanya istriku tidak suka oral seks. Wawan kelihatan seperti masih 20 an, agak kurus tapi tinggi, cukup berotot, rambut panjang, kulit hitam dan tampang tidak terlalu jelek. Kemaluannya tidak sebesar joko tapi cukup panjang.<br />
"sepongannya neng diana mantab" kata wawan sambil mendesah menikmati<br />
<br />
Tidak lebih dari 5 menit wawan terlihat kelojotan kegelian.<br />
"ah neng abang keluar ah ah" teriak wawan sambil kedua tangannya memegang erat kepala istriku seolah olah ia berusaha agar tidak ada spermanya yang menetes keluar. Gilanya istriku tidak terlihat menolak, malah waktu si wawan mencabut kemaluannya, kepala kemaluannya tersebut dijilat jilat sampe bersih oleh istriku.<br />
"bang wawan pejunya enak deh" kata istriku manja<br />
<br />
Sampai disini aku heran juga terhadap diriku. Aku bukannya marah malah terangsang untuk nonton terus. Sepertinya aku malah menikmati kejadian ini. Kemudian joko minta berganti gaya, ia terbaring telentang dan istriku menungganginya.<br />
"ayo siapa lagi yang mau disepongin, mulutku nganggur nih" kata istriku<br />
"giliran gue yah" kata seseorang<br />
"ayo sini bang tatang" kata istriku<br />
Tatang berperawakan agak pendek gemuk. Umur mungkin hampir 30, kulit hitam, rambut cepak. Kemaluannya tidak terlalu panjang tapi agak tebal.<br />
"tang elu jangan kaya si wawan lu, masa baru disepong gitu aja dah ngak kuat" ledek joko.<br />
"tenang bang, pokoknya kalo belom ngentotin neng diana ane belum mau keluar" sahut tatang<br />
"iya dong bang aku kan pengennya dientot kontol banyak" kata istriku<br />
Tak lama kemudian joko terlihat kegelian<br />
"ah neng abang puas ah neng ah ah" teriak joko<br />
"abang ah geli ah ah ah" teriak istriku yang ternyata juga orgasme berbarengan<br />
Istriku kemudian berdiri dan terlihat spermanya joko menetes ke arah paha dan selangkangan istriku basah dengan sperma.<br />
"sekarang bang tatang yah yang entot aku" kata istriku<br />
<br />
Kemudian istri kembali mengambil posisi nungging, meminta tatang sodok dari belakang<br />
"bang tarjo sini aku sepongin" pinta istriku<br />
"dia aja dulu nih neng, anak baru. Si adang kan belum pernah ngerasain neng diana" kata tarjo<br />
"ini mah masih perjaka kali yah?" canda istriku<br />
Adang tersipu malu. Memang adang terlihat masih sangat muda, kayaknya masih belasan. Tapi kalau soal ukuran kemaluan tidak malu maluin.<br />
"tahan yah jangan cepet cepet keluar" kata istriku<br />
Mulailah istriku menghisap dan mengulum kemaluan si adang. Sedangkan tatang tetap sibuk menyodok dari belakang.<br />
Tidak bertahan lama si adang teriak teriak kegelian dan muncratlah spermanya ke dalam mulut istriku.<br />
"gila banyak bangat sih nih peju, memang bener nih masih perjaka" ledek istriku<br />
Adang hanya tersipu malu. Lalu berselang semenit tatang pun puas<br />
"ah neng enaknya nih memek ah ah" teriak adang<br />
<br />
Setelah memuaskan empat abang abang istriku tetap terlihat semangat. Kemudian ia berbaring terlentang dengan keadaan ngengkang, memeknya penuh sperma dan mulutnya juga belepotan sperma.<br />
"bang tarjo gagahin aku dari atas yah" minta istriku<br />
Kemudian tanpa ragu tarjo langsung menerkam dan menindih istriku. Tarjo berbadan tegap berotot dan penuh tato, dengan kemaluan cukup besar. Ia mulai mengatur ritme. Perlahan lahan kemudian dipercepat genjotannya. Terdengar suara terengah engah dari keduanya. Dari tampangnya istriku tampak sangat menikmatinya. Tarjo pun demikian tanpa henti ia mengenjot istriku. Tak lama kemudian hampir berbarengan mereka mencapai puncak.<br />
"neng diana bener bener nikmat" kata tarjo<br />
"ah bang tarjo bisa aja, kontol bang tarjo juga nikmat" kata istriku<br />
<br />
Kemudian adegan dilanjutkan oleh abang yang terakhir.<br />
"nah giliran gue yah sekarang"<br />
"bang yanto genjot aku dari atas aja yah kayak bang tarjo tadi" kata istriku<br />
Mungkin dari semuanya yang paling mending hanya si yanto ini. Ia terlihat agak alim dengan badan sedang sedang saja. Setelah sekitar sepuluh menitan akhirnya mereka berdua puas mencapai puncak. Setelah selesai memuaskan enam abang abang istriku berbaring di atas matras, disampingna ada tarjo. Istriku menyenderkan kepalanya di ada tarjo yang idang dan penuh tato dengan manjanya. Tarjo memeluk istriku dengan mesra ayaknya sepasang kekasih. Yang lain pun turut bergabung dengan sebagian sibuk mengelus els istriku.<br />
"neng diana bener bener mantab" kata joko<br />
"iya betul, kalo neng diana istri gue pasti udah gue entot berkali kali dalem sehari" kata tatang<br />
"nanti dower dong memekku" kata istriku<br />
"lah sekarang aja kan udah beberapa kontol sehari, tetep aja tuh peret dan enak" sahut tatang sambil diikuti oleh tawa dari semuanya<br />
<br />
Setelah sepuluh menit istirahat dan berbincang bincang, istriku minta pamit pulang.<br />
"aku pulang dulu yah abang semua" kata istriku<br />
"besok lagi yah neng, kayak biasa jamnya" kata joko<br />
"pasti dong, aku mana tahan ngak dientot abang semua walau sehari aja" kata istriku<br />
Aku pun segera berlari pulang, tetapi sebelumnya sempat kulihat istriku langsung mengenakan celana dalamnya. Ia tidak membersihkan bekas sperma di selangkangannya. Sesampai di rumah aku segera mandi. Selesai mandi, istriku pas saja baru masuk ke kamar tidur kami. Tanpa tanya tanya aku langsung telanjang dan menarik istriku ke ranjang.<br />
"jangan sayang, biar aku mandi dulu. Aku keringetan dan kotor abis jalan jalan" kata istriku yang tidak mengetahui bahwa aku sudah tahu rahasia nakalnya.<br />
"nak apa say, aku mau ngentotin kamu dalam keadaan kotor gini" jawabku<br />
Entah kenapa aku terangsang mensetubuhi istriku dalam keadaan kotor, mungkin ia terlihat binal seperti pelacur. Yang pasti malam itu ku garap istriku sampai tiga kali.<br />
<br /></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-12269718352928265552014-12-04T00:41:00.001-08:002014-12-04T00:41:27.848-08:00OfficeBoy Yang Beruntung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Perlahan-lahan motor Honda berwarna hitam itu memasuki sebuah jalan cukup lebar di kompleks perumahan di BSD. Pengemudinya yang berkulit coklat tua menjurus hitam itu kelihatan sedang mencari-cari nomor rumah tertentu, menandakan bahwa ia bukan penghuni di jalan itu. Akhirnya ditemukannya nomor yang dicarinya, motornya dihentikan didepan rumah cukup besar dan terletak agak tinggi dibandingkan jalanan. Si pengemudi yang terlihat masih muda sekitar duapuluhan dengan ciri biologis pribumi asli itu lalu turun dan mematikan motornya, agaknya ragu-ragu namun kemudian mengajukan langkahnya mendekati pagar pintu besi, dan dicarinya tombol bel yang seperti pada umumnya rumah-rumah baru di situ agak tersembunyi di belakang pintu besi itu. Setelah memencet ketiga kalinya maka pintu rumah itu terbuka, muncullah pemuda yang agaknya si penghuni rumah berusia sekitar akhir dupuluh atau awal tiga puluhan tahun.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"></a><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Selamat sore pak Ridwan", tegur sang pemuda tamu setelah melepaskan helm penutup kepalanya sehingga terlihat rambutnya yang tebal agak bergelombang dengan wajahnya lumayan cukup keren berkumis, disertai senyum agak malu dan menoleh ke kiri ke kanan, ternyata jalanan itu cukup sepi.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Selamat sore dik Reza, ayo masuk tak usah malu dan sungkan, bawa masuk aja motornya, biarpun disini biasanya cukup aman tapi kan engga tahu kalau yang niat jahat bisa ada dimana saja", demikian sambutan ramah sang tuan rumah yang berkulit jauh lebih bersih dengan raut wajah khas keturunan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reza mengangguk setuju lalu membawa motornya melewati pintu pagar besi itu, kemudian didorong menaiki jalur masuk kedepan garasi yang memang terletak agak tinggi dibandingkan jalan di depannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Adik Reza sudah makan belum ?", tanya tuan rumah Ridwan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sudah pak, ditengah jalan saya mampir di warung gudeg kesenangan saya", jawab Reza, "ini pesanan bapak saya bawakan", lanjutnya lagi sambil menyerahkan bungkusan kecil kepada Ridwan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh ya, terima kasih , ayoh masuk dan minum dulu, kan capek dijalan pasti macet tadi, kita ngobrol-ngobrol sebentar, jangan malu-malu engga ada siapa-siapa hanya istri saya di rumah, tapi dia lagi mandi", lanjut Ridwan dan menatap Reza disertai kedipan mata penuh arti.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya deh pak , tapi engga lama nanti takut hujan nih", Reza mengikut dibelakang Ridwan yang masuk melewati pintu rumahnya menuju ruang terima tamu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayoh silahkan duduk, kalau hujan ya tak apa-apa, kan kini di bawah atap jadi engga basah kalau nunggu disini, dik Reza mau minum hangat atau dingin segar ?", tanya Ridwan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Engga usah repot-repot pak, seadanya saja", jawab Reza masih agak sungkan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Biasanya kalau jam-jam segini enak minum teh jahe, pasti adik senang teh jahe ginseng nanti - badan jadi terasa hangat, segar dan dapat tambah enersi", lanjut Ridwan, kembali dengan kalimat yang rupanya menjurus ke arah maksud tertentu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Nanti saya cari dan lihat dulu dimana letaknya bungkusan teh itu, maklum pembantu lagi sakit dan yang biasanya bikin teh ginseng ini istri saya, tapi mungkin dia sudah selesai mandi", demikian Ridwan sambil melanjutkan langkahnya menuju kebagian dalam rumah yang cukup besar itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Baiklah pak, saya ikut aja apa yang biasanya bapak dan ibu minum di waktu sore", jawab Reza.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ridwan melangkah masuk kedapur dan ternyata disitu berdiri Vonny istrinya yang telah selesai mandi, dengan rambut masih agak tergerai di pundaknya, memakai baju rumah tanktop pendek yang hanya menutup setengah pahanya, berwarna coklat tua tipis cukup merayang tanpa BH sehingga dengan nyata terlihat puting buah dadanya dan celana dalamnya yang berbentuk string. Vonny rupanya sedang membuat kopi dengan alat Philips Senseo sehingga aroma harum memenuhi dapur itu. Ridwan memeluk istrinya Vonny dari belakang, menciumi pundak serta lehernya yang putih jenjang, jari jemarinya yang iseng meraba raba pinggang Vonny merantau ke depan lalu meremas ketiaknya, mulai meremas remas gundukan gunung kembar yang tak tertutup BH sehingga terasa sangat padat kenyal itu. Tak sampai di situ saja Ridwan mulai menarik tanktop yang dipakai istrinya sehingga naik ke atas mencapai bulatan pinggulnya, menyebabkan betis dan kedua pahanya terpampang jelas, kemudian mulai pula diraba dan dielus-elus paha serta bulatan pinggul Vonny.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Von, tuh si office boy udah datang, lagi nunggu di ruang tamu, rupanya kehausan juga dia, bolehlah diajak minum sekalian", ujar Ridwan sambil terus menerus menggerayangi tubuh Vonny.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah ah, geli kan, mau ngapain sih dia dateng sore begini ?", tanya Vonny sambil menggeliat geliat.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kan dia nganterin barang pesenan, lagian mungkin udah kangen ngkali pengen liat nyonya bahenol", jawab Ridwan yang sebelumnya memang telah merencanakan untuk "mempersembahkan" istrinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ngga usah ya, emangnya dia sendiri engga punya bini atau simpenan", sahut Vonny yang sebenarnya masih agak ragu dengan petualangan swinger, walaupun sudah mengetahui bahwa Reza selalu "lapar" mata dan mengawasi tubuhnya jika ia datang ke kantor dimana Ridwan bekerja.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny dan Ridwan adalah pasangan muda sangat modern dengan prinsip hidup liberal kebebasan sepenuhnya, juga termasuk dalam hubungan pasutri. Keduanya sering membaca bersama cerita erotis dalam weblog semarak di internet saat ini, dimana soal tukar pasangan dengan persetujuan kedua belah fihak juga merupakan salah satu thema yang mengundang banyak pembaca. Mereka berdiskusi dengan terus terang dan saling menanyakan apakah misalnya Vonny keberatan jika Ridwan menggauli seorang wanita lain , dan juga sebaliknya apakah Ridwan bersedia "membagi" kebebasan serupa jika ada lelaki asing yang ingin mencicipi tubuh Vonny. Mula mula Vonny sangat terkejut dengan diskusi itu, namun rupanya gairah tubuh mudanya disertai rasa ingin tahu lebih besar daripada rasa malunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tentu saja sebagai seorang wanita dan istri yang menjaga diri dan tak mau disebut "murahan" begitu saja Vonny tak langsung mengatakan setuju, hanya jika ditanyakan dan didesak apakah mau digauli oleh si office-boy dikantor, maka jawabannya selalu mengelak dan tak langsung setuju.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">揈ngga ah, ntar jadi ketahuan orang lain, belum tentu si Reza bisa dipercaya mau tutup mulut, lagian mau ngapain sih", demikian selalu jawaban Vonny mengelak. Setelah beberapa minggu dirayu dan dipancing dan "dipanasi" terus menerus dengan pelbagai cara, jawaban Vonny berubah menjadi :</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Engga tahu lah, lihat aja deh gimana, belum tentu juga dia ada minat, mungkin dia cuma senang ngawasin dan ngeliat aja, kan biasa mata lelaki begitu semua, kayak kamu juga gitu".</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dari jawaban ini Ridwan mulai merasa yakin bahwa istrinya tidak menolak mentah mentah dan ingin tahu juga apakah kesan melakukan perselingkuhan dengan izin suami sendiri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah selesai kan kopinya buat tiga orang, coba bawa deh keruang tamu, taruhan yuk si Reza bakalan melotot ngeliat kamu pakai baju kaya begini", demikian kelakar Ridwan semakin menghasut istrinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kamu aja yang bawain, mau tukar pakaian yang lain", jawab Vonny pura-pura, padahal dia sengaja pakai baju tanktop pendek dan merayang itu karena tahu OB Reza di sore itu akan datang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayolah, pake malu malu gitu, abis mandi kan kelihatan seger banget, pasti kecium badannya si nyonya amoy bahenol wangi merangsang", desak Ridwan kepada istrinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Di sore itu memang pembantu mereka sengaja diberikan bebas jalan-jalan dan nonton film di mall ditambah uang jajanan, yah mana ada pembantu muda zaman sekarang yang menolak extra bonus begitu. Dengan langkah masih agak ragu namun tetap terlihat lemah gemulai disertai lenggokan menawan tatapan pria Vonny perlahan lahan keluar dari dapur dengan membawa nampan dengan diatasnya tiga cangkir kopi dan beberapa potong coklat serta kueh kering sebagai snacks. Meskipun agak menundukkan matanya karena harus memperhatikan cangkir kopi yang penuh namun Vonny melihat Reza langsung berdiri melihat kedatangannya dengan mata tak berkedip sama sekali. Di saat meletakkan nampan dengan cangkir kopi dan snacks di meja tamu yang terlapis kaca itu Vonny mau tak mau harus membungkuk sehingga bagian atas baju tanktopnya terbuka untuk mata tatapan mata Reza yang melotot melihat betapa putih dan montoknya belahan buah dada Vonny dan di tengah kedua gundukan itu mencuat puting yang rupanya agak mengeras entah karena dinginnya AC. Setelah meletakkan dan membagi ketiga cangkir kopi Vonny dan Ridwan kemudian duduk bersama berdampingan di kursi salon lebar , sementara Reza duduk langsung di hadapan Vonny yang berpura-pura malu menarik ujung rok tanktop yang dalam posisi duduk hanya menutup setengah pahanya. Mereka kemudian bercakap cakap dan ngobrol ke kiri ke kanan sampai di suatu saat Ridwan bertanya apakah Reza sudah berkeluarga, dan dijawab olehnya "belum". Masih nyari pasangan yang cocok susah zaman sekarang katanya, belum lagi suasana keuangan belum mantap, untuk sendiri aja tak cukup apalagi harus menanggung keluarga lanjutnya. Mendadak HP Ridwan yang terletak di meja kerja di ruangan sebelah dalam berbunyi, sehingga Ridwan permisi masuk meninggalkan Vonny dan Reza. Kini keduanya hanya berdua dan terlihat bahwa Vonny agak kikuk, karena dirasakannya mata Reza semakin binal mengincar tubuhnya yang merayang di bawah baju tanktop tipis. Terutama bagian buah dada serta pahanya menjadi sasaran menyebabkan Vonny ingin lebih menarik ujung tanktop ke bawah serta berusaha merapatkan belahan pahanya agar tak bisa di"intip". Agaknya Reza makin berani dan mulai yakin bahwa wanita muda di hadapannya "kepanasan" menantikan kegiatan yang lebih menjurus maksud tertentu. Ketika Reza ingin menggeser duduknya lebih maju kearah meja untuk meletakkan cangkir kopinya, maka muncullah Ridwan yang ternyata telah menukar bajunya dan telah memegang kunci mobil.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eeh, mau kemana koq udah tukar baju ?, tanya Vonny kaget dan menjadi agak gugup karena hal ini di luar dugaan dan tak pernah dibicarakan lebih dahulu, padahal ini sudah termasuk rencana Ridwan dan Reza sejak kemarin dikantor.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Harus balik ke kantor sebentar say, ada transaksi Forex dan hedge funds tak dapat ditunda, kalau engga rugi", jawab Ridwan, "setengah jam pasti udah balik, Reza tolong temani istri saya sebentar, nanti makan malam sama sama, saya ntar mau beli sate kambing, Reza doyan kan ?", lanjut Ridwan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny kini sadar bahwa hal ini pasti diatur oleh Ridwan dan agak jengkel juga "dijebak" namun sebelum ia sempat protes Ridwan telah bergegas keluar kedepan garasi, masuk ke dalam mobil Nissan Qashqai Trail dan kemudian melaju ke arah jalan setelah menutup pintu garasi di belakangnya, meninggalkan istrinya Vonny yang sangat terombang ambing di antara rasa tak nyaman, agak takut tapi juga tergoda oleh kenyataan bahwa kesempatan untuk selingkuh kini terbuka lebar !!! Ridwan memang telah agak lama merayu dan akhirnya berhasil membujuknya sejauh mungkin antara lain dengan mengajaknya membaca pelbagai kisah sangat erotis yang semarak di pelbagai weblog, sehingga rasa ingin tahu untuk mencoba bagaimana rasanya ML dengan lelaki asing tergugah tinggi, juga dengan lelaki pribumi asli berkulit hitam legam kasar sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih sebagaimana khasnya orang keturunan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Hanya diperkirakannya bahwa semua akan berlangsung tahap demi tahap, kenalan, ketemu dan ngobrol basa basi dulu beberapa kali sebelum memasuki taraf lebih lanjut, tidak langsung sedemikian cepatnya. Vonny ingin rasanya lari keluar tapi mana mungkin dengan pakaian seperti itu selain itu untuk mundur dari permainan "sandiwara" yang tak langsung telah disetujuinya sendiri juga terlambat. Dari sudut matanya Vonny melihat senyum mesum Reza. Reza yang memang sudah bersepakat dengan Ridwan kini memperoleh kesempatan seluasnya untuk mulai melakukan aksinya. Telah disepakati dengan Ridwan bahwa ia boleh menggarap Vonny asalkan tidak disakiti apalagi dilukai. Boleh dibujuk, dirayu, didesak dan yah sedikit dipaksa bolehlah, selama satu jam penuh Ridwan belum akan kembali, demikian perjanjiannya, jadi Reza lumayan punya waktu. Apa yang tak diketahui oleh Reza bahwa sebenarnya Ridwan berniat untuk beberapa menit kemudian kembali lagi ke rumahnya, mobil akan di parkir di depan rumah sebelah, masuk diam-diam lewat pintu kecil samping garasi, lalu mengintip peristiwa swinger Vonny dengan Reza si Office Boy yang beruntung. Reza melihat betapa gugupnya Vonny menghadapi situasi yang sama sekali tak diduganya itu, oleh karena itu Reza berusaha sedikit mengalihkan pembicaraan sehingga lebih mudah untuk mendekati.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ibu senang bunga ya, bagus amat anggreknya yang dipasang dekat jendela, ngerawat sendiri bu ?", Reza pura-pura menunjuk ke arah bunga anggrek merah muda berbintik-bintik yang memang dipasang dekat jendela.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny merasakan bahwa ini kesempatan untuk sedikit menghindar tatapan mata Reza yang sangat haus selama ini, dan bangun dari tempat duduknya untuk berjalan ke arah bunga anggreknya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya, saya coba coba sendiri, baru mulai bulan lalu entahlah bisa tahan apa engga", Vonny telah berdiri didepan jendela dengan hiasan anggrek kesayangannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tapi justru dengan berdiri di hadapan jendela itu maka sinar matahari semakin menyorot dan menyebabkan silhouette tubuhnya semakin jelas di balik tanktop tipisnya. Selain itu Reza malahan memperoleh kesempatan untuk ikut berjalan dan kini telah berdiri di belakang Vonny, semakin lama semakin dekat sehingga tubuh mereka hampir berdempetan dan Vonny merasakan hembusan nafas hangat Reza di belakang lehernya. Kemudian dirasakannya tangan Reza berada di atas pundaknya , berdiam sejenak disitu kemudian mengelus serta meraba kulitnya yang mulai merinding, sebelum bibir hangat Reza menyentuh leher dan bahunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Wah relax bu relax dikit, pundak ibu terasa sangat tegang otot ototnya, coba duduk lagi di sofa panjang bu, nanti saya pijat pasti ibu senang dan hilang tegangnya" ujar Reza meneruskan usahanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny ingin membalikkan tubuhnya namun dengan sigap Reza telah memeluk pinggangnya yang ramping dengan tangan kirinya, sementara ciumannya dileher dan belakang telinga Vonny semakin gencar. Sejenak kemudian Vonny merasakan kedua tangan Reza memegang pundak dan belakang lehernya yang lalu diurut dan dipijat sehingga dirasakan sedikit nyaman mengurangi ketegangan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ennngmmh, udaaah ah, jangan mas, saya kan istri orang, tak baik kalau ini ketahuan orang", protes Vonny masih berusaha mengendalikan diri, walaupun ia tahu bahwa penolakannya tak sepenuh hati.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Emmmh, saya engga tahan lihat badan ibu, sudah lama saya pingin meraba, kini kan kita berdua, tak ada yang tahu, nikmati bu, kehausan ibu nanti akan hilang", suara Reza mendesah di telinga Vonny.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara terus memijit dan mengurut dengan tangan kanannya Reza melingkarkan lengan kirinya di pinggang Vonny dan perlahan lahan ditariknya mundur selangkah demi selangkah menjurus kearah sebuah bangku panjang, semacam sofa yang empuk dan cukup lebar. Vonny menengadahkan kepalanya dan menghembuskan nafas lembut yang lama kelamaan menderu semakin cepat, kedua tangannya meraih kebelakang memegang kepala Reza yang berada di belakang lehernya sambil terus menciumi bergantian kedua telinganya, menyebabkan Vonny semakin kegelian. Langkah demi langkah Reza setengah menyeret Vonny kebelakang dan keduanya telah mencapai sofa empuk yang panjang itu dimana Reza langsung menghempaskan dan meletakkan "mangsanya" yang masih berusaha segera bangun dan berdiri. Namun Reza lebih sigap dan tubuhnya yang cukup tegap berat telah menindih Vonny, dan karena rontaannya itu maka justru ia kini dalam posisi tertelungkup. Dengan keadaan ini maka Reza dengan mudah menindihinya dan secara sangat pandai ia tetap memijit dan mengurut leher pundak Vonny, sementara pinggul yang begitu bulat menggairahkan ditindihnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny tak sanggup banyak bergerak atau berontak dalam keadaan tak menguntungkan itu, hanya kedua tangannya saja terkadang menggapai ke belakang berusaha melepaskan diri dan mendorong tubuh yang menindihnya. Semua sia sia saja, bahkan dengan pergulatan itu tanktop yang dipakainya telah tersingkap naik ke pinggangnya, menyebabkan punggungnya jelas terpampang. Sebagaimana umumnya wanita pemakai tanktop tidak mempunyai perlindungan BH di bawahnya, dan ini diketahui pula oleh Reza, tangannya yang memijit leher pundak Vonny kini mulai berani turun ke bagian depan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaiiih, ooooooh, mas udah dong, jangan terusin, suami saya pasti sebentar lagi pulang, jangan aah, lepas dong, tolong saya, enggga mauuu", Vonny semakin liar menggeliat ketika dirasakannya jari-jari Reza menaiki lereng bukit kembarnya dari samping dan mulai bergerilya menekan meremas remas.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Menduga bahwa perlawanan Vonny sudah sangat menurun maka Reza semakin berani, ditarik serta disingkapnya tanktop berwarna merah muda itu dengan sigap melawati bahu dan kepala Vonny dan hanya dalam waktu beberapa detik bagian atas tubuh Vonny telah telanjang tanpa penutup apapun. Tanktop itu sengaja dibiarkan oleh Reza menyelubungi kedua bahu dan lengan Vonny menyebabkan mangsanya itu sementara agak "terjirat-terbelenggu" sehingga sukar berontak melepaskan diri. Vonny semakin panik dan meronta ronta, tak diduganya bahwa Reza begitu berani melangkah sejauh itu, tapi semua usahanya tidak memberikan hasil, sementara tubuhnya kini hanya tinggal memakai CD string.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tenaaaang aja bu, tenaaaang, relaaaax, pasti ibu engga nyesel, pak Ridwan pasti masih sibuk, apalagi mau beli makanan dulu, ibu nikmati aja permainan saya, engga ada yang tahu bu", Reza menghibur sambil meneruskan aksinya, kini telah ditemukannya puting yang segera dipilin dan dicubit cubitnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny tak berdaya menghadapi serangan yang bertubi-tubi itu, hanya kedua betis kakinya menekuk menghentak hentak, sementara kedua tangannya yang berusaha mencakar ke belakang kini dipegangi dan ditelikung oleh tangan kiri Reza, dan ini sangat menambah nafsunya sehingga si otongnya berdiri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendadak Reza bangun dan membalikkan tubuh Vonny sehingga terlentang yang segera ditindihnya lagi, kedua pergelangan tangan Vonny yang langsing diletakkan diatas kepala dan dicekalnya dengan hanya satu tangan kiri, sementara tangan kanannya menggerayangi dan meremas buah dada Vonny. Mulut Reza yang cukup besar dengan bibir tebal itu segera mencakup mulut Vonny yang jauh lebih kecil sehingga gelagapan, terutama ketika dirasakannya lidah Reza yang berbau rokok berusaha membelah bibirnya untuk memasuki rongga mulutnya. Karena Vonny tidak mau langsung membuka mulutnya maka Reza menarik dan mencubit puting buah dada yang telah mencuat itu, menyebabkan Vonny merasa amat kengiluan dan tak sadar meringis ingin berteriak, disaat mana lidah Reza menerobos masuk !.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auuuuw, eemmppfhh, sshhhh", hanya desis itu yang keluar dari mulut Vonny yang kini dirajah Reza.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny semakin kewalahan menghadapi serangan Reza, tubuhnya yang baru mandi kini mulai dibasahi kembali keringat karena pergumulannya dan perlawanannya yang sia-sia, tanpa disadari lidahnya mulai ikut "bersilat" melayani lidah Reza, ludah keduanya semakin tercampur, bau rokok yang sebenarnya tidak disenangi Vonny sudah tak diperdulikannya lagi, sapuan lidah Reza kini menyapu langit� rongga mulut Vonny menyebabkan timbul rasa geli, apalagi disertai remasan cubitan Reza di puting susunya. Reza merasakan di cekalan tangan kirinya bahwa geliatan pergelangan tangan Vonny berkurang, entah memang Vonny sudah mulai lelah, atau memang nafsu birahinya sendiri sudah terbangun sehingga tak mempunyai semangat untuk melawan. Kesempatan ini segera dipergunakan sebaik-baiknya oleh Reza dengan sigap dan tak terduga menarik celana dalam string Vonny sebagai penutup aurat terakhirnya. Vonny memekik kecil sambil meronta namun semuanya telah terlambat, kini sempurnalah tubuhnya yang kuning langsat putih terbuka di depan mata Reza, disertai dengan senyuman lebar kemenangan. Merasa yakin bahwa Vonny tak akan melawan lagi Reza melepaskan cekalan tangan kirinya di kedua nadi mangsanya dan segera tangan Vonny secara refleks melintang didadanya dan berusaha menutup celah selangkangannya. Sambil menatap naik turunnya buah dada montok Vonny akibat memburunya nafas sebagai tanda ketegangan akan apa yang terjadi selanjutnya Reza melepaskan kemaja dan kaos serta sekaligus jeans serta celana dalamnya. Kini dua insan berlainan jenis telah bugil bagai Adam dan Hawa ditaman firdaus : wanita keturunan muda belia dengan kulit putih kuning langsat tubuh montok terlentang disofa dalam posisi tak berdaya menghadapi seorang lelaki pribumi bertubuh kekar, berkulit hitam gelap dengan alat kejantanan telah tegang mengacung siap tembak membantainya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah mas, jangan diterusin, saya engga mau, nanti ketahuan orang, saya kan bersuami dan sebentar lagi pulang, jangan mas, saya akan rahasiakan peristiwa ini, tapi hentikan dong", Vonny berusaha tenang walaupun degup jantungnya telah sangat cepat karena menahan emosi yang tak terkekang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Jangan takut, ibu tak akan saya sakiti, ibu sebenarnya kepingin merasakan petualangan juga, tak usah malu lah bu, semua biasa saja, tubuh ibu yang muda juga ibarat bunga harus banyak disiram air", Reza berusaha menenangkan Vonny sambil kini tubuhnya mulai menindih mangsanya yang terlentang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reza yang nafsunya telah sangat memuncak itu ragu sebentar: apakah istri boss-nya di kantor ini akan dipaksanya untuk menyepong alat kejantanannya, tapi setelah beberapa detik diputuskannya untuk tidak melakukan hal itu saat ini, mungkin dalam kesempatan berikutnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">揕ebih baik sekarang justru gue yang jilatin memeknya si amoy bahenol ini agar dia betul-betul terangsang sehingga menggeliat kehausan bagaikan hysteris mohon dipuaskan, ya ini siasat terbaik saat ini�, demikian keputusan Reza.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reza menurunkan kembali wajahnya dan mulai menciumi leher Vonny, menjalar mengendus meniup-niup telinga kiri kanan, sementara tangan kiri meremas memijit dua gundukan daging putih di dada sambil memilin putingya, sedangkan tangan kanan turun ke arah pusar, bermain sebentar disitu lalu semakin turun mendekati bukit venus yang dihiasi rambut halus yang jelas sangat dirawat dan sering dicukur. Vonny berusaha menggeliat dan meronta namun terlihat bahwa perlawanannya tidaklah sepenuh hati seperti seorang wanita yang sedang mempertahankan mati-matian kehormatannya. Ketika mulut Reza dari leher turun ke buah dadanya untuk menggigiti putingnya, terlihat Vonny hanya memalingkan wajahnya ke samping sambil mendesah lembut, sementara kedua tangannya bahkan memegangi rambut Reza. Ciuman dan cupangan Reza beralih dari kedua puting kemerah-merahan yang telah terlihat mengkilat basah mencuat ke atas kini menurun pusar yang disedotnya dengan rakus, lalu semakin merantau mendekati pusat kewanitaan Vonny. Tangan kiri Reza tetap aktif di puting yang semakin mengacung dan peka, sementara tangan kanannya meraba mengusap bagian dalam paha Vonny yang putih merangsang itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaaah, udaaah dong, geliii, bapak nakal amat sih, udaah dong suami saya pulang nih, ntar ketahuan", Vonny mendesah sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu menahan nafsu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah tanggung bu, kepalang basah, nikmati aja lah, bapak masih sibuk di kantor", Reza menghibur dan sekaligus melanjutkan penjelajahannya - sementara wajahnya telah menempel di daerah lipatan bagian dalam paha Vonny, mengecup dan menyupanginya dengan mesra sehingga memerah jambu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Vonny tetap memalingkan wajahnya , dengusan nafasnya bersilih ganti dengan pekikan kecil kegelian jika Reza menggigit bagian dalam pahanya yang sangat peka itu. Geliatan dan liukan serta rontaannya makin menjadi ketika Reza mulai mencium daerah bukit kemaluannya. lidah Reza yang lebar kasar menjulur-julur keluar bagaikan ular mencari mangsa, mendekati celah sempit yang tersembunyi. Setelah di temukan maka lidah itu menjilati tepi bibir pelindung vagina Vonny, membasahinya dan akhirnya berusaha menyelinap masuk ke bagian lebih dalam. Sambil melakukan kegiatannya itu Reza telah berhasil menaikkan kedua paha Vonny dan ditekuknya dibagian lutut serta diletakkannya di pundak kiri kanannya. Kini terpampanglah bukit kemaluan Vonny didepan wajahnya, sementara mangsanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan sambil menggigit bibir bawahnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmmmh, memeknya wangi amat bu, bukan wangi sabun tapi harum wanita yang pengen digituin", celoteh Reza bagaikan perayu ahli dalam film bokep, menyebabkan pipi Vonny semakin memerah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Menduga bahwa Vonny sudah ikut terbangun gairahnya dan tak akan melawan maka Reza tanpa ragu menjulurkan lidahnya menyelinap masuk ketengah liang surgawi yang telah dicium sebelumnya. Lidah yang kasap itu mengusap menjilat dinding vagina Vonny semakin lama semakin dalam, menerobos ke atas ke bawah, selintas menyentuh lubang saluran air kemih yang kecil namun cukup peka. Akibatnya Vonny menggelinjang kegelian - hal mana tak pernah dialami sebelumnya dengan Ridwan suaminya sendiri, dan tak diduganya bahwa office boy suaminya yang kini tanpa rasa jijik melakukan hal ini.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reza semakin meningkatkan usahanya untuk memanjakan istri boss-nya, setelah liang kecil itu maka berikutnya lidahnya merantau keatas diantara lipatan bibir kemaluan Vonny untuk mencari sebutir daging kecil yang tersembunyi. Setelah ditemukannya maka dengan lahap namun hati-hati disentuhnya daging merah itu dengan ujung lidahnya, disapu, diusapinya, dijilatnya, di-emut-emut dengan bibirnya sendiri, kemudian dijepitnya mesra di antara giginya, kemudian dijilatinya kembali. Ibarat terkena aliran listrik Vonny meronta menggeliat-geliat menahan rasa geli tak terkira sambil memekik manja.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ooooh, udaaah bang, geliiiii, auuuuw, geliiii bang , saya ngga tahaan lagi, aaaaah , saya mau pipiiiis", Vonny mendesah dan mendengus sambil memekik ketika dirasakannya cairan lendir keluar mengalir membasahi vaginanya, menandakan bahwa ia telah mencapai orgasmus dan liang kenikmatannya kini siap menerima batang kemaluan sang pejantan yang sedang menjarahnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reza juga merasakan bahwa bibirnya yang melekat di dinding vagina Vonny semakin basah lengket-lengket terulasi oleh air mazi pelumas wanita, dan kini tibalah saatnya untuk memasuki lubang sengama Vonny. Dengan penuh kepuasan Reza menatap wajah Vonny yang agak mengkilat karena keringat, penisnya yang telah menegang itu dipegangnya dengan tangan kiri kemudian diarahkannya ke liang surgawi, dan...... perlahan namun pasti, milimeter demi milimeter batang rudal itu memasuki tubuh Vonny..</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ooooooh, aaaauh, aaaaah, pelaaan pelaaaan ya bang, aaaahh, ssssh, oooooh bang Rezaaaaa", Vonny mendesah dan mengeluh ketika dirasakannya kemaluan office boy itu menusuk dan menggali semakin dalam sehingga akhirnya amblas semua, bulu kemaluannya telah bersatu dengan bulu kemaluan Reza.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hhhmmmhhh, ooooh nikmaaaatnya, ibu masih peret gini, latihan kegel tiap hari ya bu ?", tanya Reza sambil mulai dengan gerakan pinggulnya maju mundur yang disambut oleh Vonny dengan putaran pinggulnya, membuat Reza semakin bergairah menumbuk-numbuk rahim istri boss-nya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kedua insan berlainan jenis itu telah mandi keringat, sangat mengasyikkan melihat kontras-nya warna kulit merek, Vonny dengan kulit yang halus kuning langsat sedang ditindih digeluti oleh pria berkulit kasar dengan warna coklat tua kehitaman. Namun pada saat ini tak ada perbedaan atau pemisahan antara keduanya, yang ada hanyalah gairah nafsu birahi menguasai keduanya, desahan, dengusan, rengekan, rintihan dan geraman keduanya silih berganti. Semakin lama terlihat keduanya melupakan segalanya, gerakan maju mundur pinggul Reza semakin cepat walaupun pinggangnya telah dijepit paha Vonny. Kedua tangan Vonny telah memeluk tubuh Reza seolah tak ingin melepaskannya, rasa panas dan gatal menguasai vaginanya ketika terus menerus digesek dengan cepat , akhirnya...............</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooohh, ibuuu , aaaah, nyonya bahenooool, abang mau banjir nih", dengusan Reza di telinga Vonny.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iyyaaaaahhh, ooooooohh, sssssshhhhh, teruuuuuuusss, iyaaaaaa, masukiiiiiiin teruuuuus, iyyyyaaaa", bagai histeris Vonny mencakar lengan Reza dan menggigit bahunya ketika mereka bersama mencapai klimaks dan office boy itu menyemburkan lahar panasnya berulang ulang kedalam rahim Vonny.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sepuluh menit kemudian keduanya bergegas ke kamar mandi untuk mengeringkan keringat dari tubuh mereka, Vonny kembali merapihkan baju tank-top-nya, sedangkan Reza memakai lagi seragam kantornya. Satu jam kemudian mereka makan bersama hidangan yang di beli oleh Ridwan, ketiganya ngobrol dengan santai dan tanpa ada rasa risih, seolah-olah tak ada yang terjadi sama sekali. Vonny juga merasakan sangat puas dengan petualangannya itu, meskipun dalam hati kecilnya muncul keraguan apakah lebih baik berterus terang kepada suaminya mengenai kenikmatan terlarang yang dialaminya. Namun disudut lain di hatinya pun bertanya-tanya apakah ia akan tahan godaan untuk menolak keinginan Reza seandainya ia kembali datang secara tak terduga ketika suaminya Ridwan sedang keluar. Pepatah mengatakan bahwa sesuatu yang terlarang justru mempunyai daya tarik untuk dilakukan. Yang tidak diduga oleh Vonny bahwa suaminya Ridwan - setelah mendengar sendiri dari Reza bagaimana mula-mula perlawanan Vonny berubah menjadi sambutan gairah - bahkan merencanakan swinger berikutnya: tak hanya dengan seorang, namun dua office boys sekaligus! Kalau selingkuh hanya dengan satu lelaki memang dapat dianggap bahwa seorang istri yang kesepian mencari pengganti sejenak, artinya satu tubuh digantikan dengan satu tubuh. Tapi satu tubuh seorang suami kan tak mungkin bisa digantikan dengan dua tubuh lelaki - apakah reaksi Vonny, setuju dan akan menyerah dikuasai dua lelaki ataukah ia akan memutuskan bercerai meninggalkan Ridwan ???.</span></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-21667608033214050262014-12-04T00:38:00.004-08:002014-12-04T00:38:53.292-08:00Sekolah Penuh Gairah : 04 Sekolah Mesum<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Hari itu pak Risman tampak sumringah, wajah mesumnya terlihat berseri-seri. Terdengar ia bersiul-siul mengungkapkan kegembiraannya. Tangan kanannya memegang sebuah proposal pengajuan kerjasama dari perusahaan dimana bu Melisa bekerja. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sungguh beruntungnya aku ini, sudah dapat memek gratis..dapat duit pula..haha" gumamnya "tapi..ngomong-ngomong soal memek...aku jadi ingat guru-guru yang belum aku cicipi..hmm" kembali pak Risman menggumam. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ia baru ingat kalau rencananya baru setengah jalan. Pak Risman keluar dari ruangannya, ia kini berjalan-jalan berkeliling sekolah tersebut. Beberapa staff, guru, dan juga murid yang berpapasan tampak menyapanya yang ia tanggapi dengan ramah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ternyata gak cuma guru-guru yang cantik...di sekolahku ini juga banyak siswi-siswi sexy" itulah hal yang terbersit dalam benaknya ketika melihat murid-murid perempuan di sekolah itu.</span><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"></a><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman terus melangkahkan kakinya berjalan-jalan di areal sekolah itu, hingga suatu ketika langkah kakinya terhenti. Sayup-sayup telinganya mendengar suara-suara yang tak asing di telinganya. Suara itu berasal dari ruangan konseling, dimana ruangan itu diapit oleh dua bangunan laboratorium, sehingga letaknya agak tersamarkan. Dengan hati-hati pak Risman melangkahkan kakinya mendekati pintu ruangan itu. Telinganya ia tempelkan di pintu itu seolah-olah ingin mendengarkan lebih jelas suara-suara yang keluar dari dalam ruangan tersebut. Ketika pak Risman sedang serius menguping, ia dikagetkan obrolan orang dari dalam ruangan tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayoh bu...puaskan kontol sayah...oh..sebelum pak Risman menikmati jepitan memek ibu...yah..goyangh.." </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Itulah yang terdengar oleh pak Risman dari dalam ruangan tersebut. Ia semakin penasaran, siapa orang yang tengah berada diruangan itu, dan kenapa ia tahu tentang skandalnya yang senang menikmati tubuh para guru perempuan di sekolah itu. Ingin sekali pak Risman mengetuk pintu ruangan itu dan melihat siapa orang yang berani melakukan hal mesum di sekolah itu selain dirinya. Namun pak Risman mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, ia lebih memilih menunggu persetubuhan itu selesai dan orang dari dalam ruangan itu keluar. Pak Risman terlihat cemas menunggu di depan ruangan konseling tersebut, hingga setelah menunggu hampir setengah jam, terdengar suara kunci dari pintu itu dibuka dari dalam. "Cklek.." Pintu itu terbuka, terlihat seorang murid laki-laki keluar dari dalam ruangan tersebut. Anak laki-laki itu tampak kaget ketika matanya bertemu pandang dengan sosok buncit kepala sekolahnya, mulutnya terbuka tak bisa berucap sepatah katapun.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara dari dalam terdengar suara perempuan yang memanggil anak laki-laki itu dengan mesra bahkan agak jorok, karena tidak mengetahui kalau di depan ruangan tersebut anak laki-lakinya tengah gemetar di hadapan kepala sekolahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aldo sayang..jangan lupa nanti sore ke rumah Firman ya...ibu pengen dientot rame-rame lagi sama kall..". Kata-kata dari perempuan itu terpotong ketika mendapati pak Risman telah berada di depan ruangan tersebut bersama murid laki-lakinya yang tak lain adalah Aldo, salah satu dari gerombolan anak-anak bengal yang tempo hari memperkosanya yang kini tengah gemetar di hadapan pak Risman kepala sekolahnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh...jadi rupanya bu Indah punya peliharaan" sambil terkekeh menjijikan pak Risman mulai mengeluarkan suara. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ma..maksud bapak?" tanya bu Indah pura-pura tak mengerti. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gak baik bicara di luar bu, ayo masuk..kamu juga nak" jawab pak Aldo sambil merangkul bahu anak laki-laki itu dan mengajaknya masuk kembali ke dalam ruangan konseling.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman berpikir cepat, ia tidak bisa membiarkan anak ini. Ia takut rahasianya akan terbongkar.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah di dalam ruangan, pak Risman lalu duduk di sofa kecil yang disediakan di ruang tersebut. Ia juga mempersilahkan Aldo dan bu Indah duduk. Dengan tenang pak Risman menginterogasi Aldo. Ia bertanya tentang awal mula anak itu bisa menyetubuhi bu Indah dan dari mana anak itu tau skandal tentangnya dengan para guru. Aldo dengan gemetar menceritakan semuanya. Sementara bu Indah hanya bisa menunduk malu karena dirinya ketahuan senang disetubuhi murid-muridnya sendiri. Selesai Aldo berbicara, pak Risman terlihat memikirkan sesuatu. Lalu sesaat kemudian ia mulai angkat bicara. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Begini do..kamu gak perlu takut...cukup tutup mulut.." Ucap pak Risman kepada Aldo. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ma..maksud bapak apa?" Aldo bertanya heran tak tahu apa yang dimaksudkan pak Risman. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu pak Risman menjelaskan tentang perjanjian yang ia tawarkan kepada Aldo dan teman-temannya. "Gimana menurut kamu..deal?" tanya pak Risman kepada Aldo mengakhiri penjelasannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Jadi beneran pak saya boleh..kapan aja sama bu Indah?" Aldo malah balik bertanya, kali ini dengan raut muka sumringah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman hanya mengangguk dan tertawa mendengar pertanyaan Aldo, seakan-akan dialah yang berhak menentukan nasib bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sampaikan penawaran bapak ini sama temen-temen kamu.." Kembali pak Risman memberikan perintah pada anak itu, "dan jangan lupa hari senin pulang sekolah kita bicarakan di ruangan saya" lanjut pak Risman yang ditanggapi dengan gembira oleh Aldo.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Saking gembiranya Aldo saat itu hendak merangkul bu Indah, Namun pak Risman mencegah anak itu. "Hey..tadi kan kamu udah..sekarang giliran saya" cegah pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Yaelah pak...kita bareng-bareng aja napa...udah sange lagi saya" jawab Aldo yang kini sudah merasa lega, bahkan kini seakan tengah berbicara dengan teman sebayanya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Aldo. Sementara bu Indah nampak tersipu malu mendengar dirinya diperebutkan oleh kedua laki-laki beda usia ini. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gini aja..kamu sekarang jangan ganggu bapak dulu sama si cantik ini ya" kembali pak Risman memberi tawaran kepada Aldo. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Terus saya sama siapa pak?" Aldo kembali bertanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sejenak pak Risman berpikir lalu mengeluarkan Hp dari sakunya dan mengetik pesan yang ia kirimkan kepada seseorang. Lalu beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan di pintu ruangan tersebut. Pak Risman segera beranjak untuk membukakan pintu, ia tampak berbincang dengan orang yang berada di luar sana. Sesaat kemudian pak Risman kembali masuk dan menghampiri Aldo dan bu Indah yang tengah duduk di sofa.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"> "Aldo..ini hadiah dari bapak buat kamu.." ucap pak Risman sambil mempersilahkan orang yang di luar itu masuk.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Aldo dan bu Indah tampak kaget, keduanya seolah tak percaya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bbb..bu Astri.." Ucap bu Indah sambil kedua tangannya seakan-akan ingin menutup mulutnya. Sementara Aldo hanya bisa melongo dan beberapa kali menelan ludah melihat sosok bu Astri yang berlenggak-lenggok genit bak peragawati memamerkan tubuhnya memasuki ruangan. Bu Astri lalu berhenti di depan Aldo Muridnya, ia lalu menggoyangkan badannya layaknya biduan dangdut memamerkan keindahan pinggulnya. Dengan jari-jari tangan memainkan ujung rambutnya dan lidah yang memainkan bibir ranumnya, bu Astri nampak binal di hadapan Aldo, pak Risman dan bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aldoo...sekarang belajarnya sama ibu ya..." ucap bu Astri dengan suara mendesah manja sambil mengulurkan tangannya kepada Aldo. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Seperti kerbau dicucuk hidung Aldo hanya menuruti ketika tangannya digandeng bu Astri yang membawanya keluar ruangan tersebut. Sebelum keluar ruangan bu Astri menengok, ia mengedipkan matanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Indah...selamat menikmati" ucapnya masih dengan gaya genit yang berbeda dengan kesehariannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman hanya terkekeh melihat kelakuan bu Astri. Ia sangat puas dengan hasil yang didapatkan buah dari kekuasaan yang ia miliki di sekolah ini. Sepeninggal bu Astri dan Aldo, pak Risman yang telah tinggi birahinya menyuruh bu Indah untuk duduk mendekat di sampingnya. Nampak saat itu bu Indah sangat gugup, karena walaupun ia mengetahui kalau dirinya akan menjadi hidangan bagi pak Risman, ini adalah kali pertama ia bermesraan dengan laki-laki yang lebih tua darinya selain suaminya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Jangan gugup seperti itu bu Indah..relax saja" ungkap pak Risman sambil merangkul bahu bu Indah sesaat setelah ia mendaratkan pantatnya di atas sofa berdampingan dengan kepala sekolahnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tangan pak Risman mulai mendorong bahu bu Indah mendekat ke tubuhnya, mata mereka saling memandang memancarkan birahi. Kini pak Risman mendekatkan bibirnya ke arah bibir bu Indah yang merah merakah. Ketika ujung kulit bibir mereka bertemu, bu Indah tampak langsung memejamkan mata. Ia tampak pasrah menerima pagutan pak Risman, sesekali lidahnya membalas lumatan lidah pak Risman yang kini nampak sangat menikmati kepasrahan bu Indah yang menyerahkan tubuhnya dengan total untuk dinikmati kepala sekolahnya yang mesum. Desah kenikmatan tertahan bu Indah terdengar menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Kesehariannya sebagai seorang guru sangat kontras dengan kelakuannya. Ia takluk takluk pada kenikmatan seksual, hingga dirinya rela disetubuhi kepala sekolahnya bahkan disetubuhi murid-muridnya. Kini bu Indah dan pak Risman sudah bertelanjang bulat. Pakaian yang tadi mereka kenakan kini tampak berserakan diruangan tersebut. Tubuh proporsional bu Indah yang putih mulus sungguh menggugah hasrat kelelakian pak Risman. Rambutnya yang dipotong pendek sebahu menambah aura kecantikan bu Indah yang kini tengah duduk menyender di atas sofa dan mengangkangkan kakinya. Membiarkan vaginanya yang merekah merah muda dijilati oleh lidah kasar pak Risman. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouh...yeah...it..tilnyah diemuth..pakh..yaaahhh.." desah kenikmatan keluar dari mulut bu Indah sampai ketika orgasmenya tiba.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sesaat kemudian giliran batang kemaluan pak Risman yang dimanjakan oleh bibir bu Indah. Sungguh luar biasa kenikmatan yang pak Risman dapat dari guru sekaligus pengantin baru ini. Kulumannya benar-benar hebat, seakan-akan ia sudah mahir memanjakan batang kemaluan laki-laki dengan bibirnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouwh...bu Indah sudah mahir rupanya..aaahhh" ungkap pak Risman mengomentari service mulut bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman lalu menghentikan bu Indah yang tengah asik menikmati batang kemaluannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sudah bu...sekarang layani saya dengan memek ibu" ucap pak Risman sambil menjambak rambut panjang bu Indah yang hitam dan menyuruhnya terlentang di sofa.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah terlihat tak sabar untuk menikmati batang kejantanan pak Risman yang hitam, panjang, dan besar serta dipenuhi urat-urat yang melingkar. Dimana hampir setiap perempuan yang pak Risman setubuhi pasti ketagihan. Bu Indah membimbing batang itu memasuki vaginanya yang licin, basah dan sempit. Ia sampai merem melek ketika merasakan batang itu memasuki vaginanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman yang ingin menunjukan kejantannannya langsung menggenjot vagina sempit bu Indah hingga membuat bu Indah mengerang-ngerang. Bunyi kulit yang bertumbukan saling bersahutan dengan suara desahan dan jeritan-jaeritan tertahan bu Indah. Hingga tak lebih dari sepuluh menit kembali orgasme menimpanya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Belum reda orgasme yang didapat oleh bu Indah, pak Risman sudah memaksanya menungging. Ia langsung kembali menusukan batang besarnya kedalam vagina bu Indah yang sempit dan tanpa ampun menggenjotnya dengan tempo cepat dan dengan kedua tangan meremas payudara bu Indah. Tak ayal lagi, orgasme bu Indah kembali datang dan semakin menenggelamkannya dalam lautan kenikmatan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auhhh...ampun...enakh...ampun" racau bu Indah ketika orgasmenya tiba. "Apanya yang enak bu Indah" tanya pak Risman tanpa menghentikan genjotannya, walaupun saat itu bu Indah sudah berkelojotan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kon...tooolll...konhhh..tolll...enak..ouh" ucap bu Indah terputus-putus menanggapi pertanyaan pak Risman, yang rupanya mengalami hal yang sama. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Saat itu pak Risman hampir mendapatkan orgasmenya hingga ia tak menghentikan genjotannya. Dan ketika orgasmenya tiba ia tancapkan batangnya dalam-dalam di lubang vagina bu Indah, tubuhnya berkelojotan dan menyemburlah spermanya di dalam rahim bu Indah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Annjingh..oh...terima ini guru pelacur" racaunya ketika orgasme. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah yang mendengar perkataan tak senonoh dari kepala sekolah tersebut hanya memejamkan mata sambil tersenyum menikmati semburan-semburan sperma di rahimnya. Akhirnya tubuh buncit pak Risman ambruk diatas tubuh bu Indah. Nafas mereka berdua terengah-engah dengan tubuh bermandikan keringat. Namun mereka melupakan sesuatu. Tadi pak Risman lupa untuk mengunci pintu ruangan tersebut, hingga "cklek.." Suara pintu yang dibuka mengagetkan mereka. Saat itu pak Risman tengah memeluk bu Indah yang menelungkup di atas sofa masih dalam keadaan telanjang. Nafas mereka berdua terengah-engah. Sekilas tampak terlihat senyum dari bibir bu Indah. "Cklek..." Pintu itu terdengar dibuka dari luar, yang tentu saja menimbulkan kepanikan bu Indah dan pak Risman. Bu Indah menutupi payudara bulat miliknya dengan seragam yang ia pungut dari atas meja yang berada di depan sofa tempatnya barusan mengadu birahi bersama pak Risman. Wajahnya pucat ketakutan. Dengan bibir menganga tak mampu mengucap sepatah katapun. Namun orang yang baru saja membuka pintu tampak santai. Seperti tak pernah melihat kejadian apapun di ruangan tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bb..bu..Linda.." Ucap pak Risman memberanikan diri memanggil orang yang baru saja datang. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara orang yang dia panggil tak lantas menjawab panggilan pak Risman. Dengan tenang ia masuk ke dalam ruangan tersebut dan mengunci pintunya. Bu Linda lalu berjalan menghampiri pak Risman yang tengah duduk di sofa dengan tubuh yang masih telanjang. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Jangan mentang-mentang ini jam bubaran sekolah pak..masa mau ngeseks tapi pintunya gak dikunci" ucap bu Linda sambil duduk di atas meja di depan pak Risman dan bu Indah sambil menyilangkan kakinya. "ternyata gini yah kelakuan bu Indah..." kembali bu Linda berkata sambil matanya menatap tajam bu Indah yang menunduk dengan badan gemetar.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tt..tolong bu..jangan bilang sama siapa-siapa" ucap bu Indah yang kini mulai terlihat akan menangis. Mendengar ucapan bu Indah, terlihat senyuman mengembang di bibir sensual bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Saya gak bakalan bilang sama siapa-siapa bu Indah...assal.." ucapan bu Linda terhenti. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Asal apa bu?" Kini bu Indah nampak penasaran dengan apa yang akan diucapkan bu Linda. "Asal saya juga dikasih jatah kontol sama pak Risman" jawab bu Linda malu-malu sambil mengerlingkan matanya terhadap pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Terdengar dengus nafas dari pak Risman dan bu Indah, keduanya merasa lega mendengar ucapan bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Dengan senang hati bu..kemarilah.." Ajak pak Risman sambil menarik tangan bu Linda.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Indah..saya pinjam pak Risman ya" bu Linda meminta izin terhadap rekannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh..silahkan bu..tapi sisain ya" jawab bu Indah genit. </span><br />
<br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu bu Linda duduk menyamping di pangkuan pak Risman, ia langsung menggapai kepala pak Risman dan memagut bibirnya penuh birahi. Rupanya sebelum bu Linda masuk ke ruangan itu ia telah mengintip persetubuhan pak Risman dan bu Indah, hingga ia terangsang dan memberanikan diri untuk ikut ambil bagian dalam persetubuhan itu. Sesaat pak Risman menghentikan pagutannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kalau mau saya entot ya dilepas dong bajunya" ucap pak Risman sambil tangannya sibuk melolosi pakaian bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah semua pakaian bu Linda terlepas, kembali pak Risman menggumuli tubuh semok janda muda ini. Ia tampak gemas memainkan payudara besar bu Linda. Tubuh aduhai bu Linda yang didukung paras wajah sensualnya memang menjadi daya pikat bagi semua lelaki. Kini tampak bu Linda yang menikmati bagaimana tubuhnya dirangsang pak Risman sedemikian rupa.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu..kontol saya udah gak tahan pengen nyoblos" bisik pak Risman sambil bibirnya mengulum telinga bu Linda. mendengar itu bu Linda lalu turun dari pangkuan pak Risman, ia lalu bersimpuh di depan pak Risman yang duduk mengangkang memperlihatkan batang kejantananya yang sudah tegak.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tangan bu Linda lalu menggapai batang pak Risman yang telah berdiri tegak tersebut, ia mengocoknya perlahan seolah-olah sedang meresapi betapa kerasnya batang kemaluan pak Risman. Setelah beberapa detik ia lalu melumuri kemaluan pak Risman dengan ludahnya lalu mengulumnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Nampak sekali bu Linda sangat mahir dalam melakukan oral seks. Sesekali matanya beradu pandang dengan pak Risman yang nampak hanya bisa mengerang keenakan. Bu Indah yang saat itu hanya menonton mulai merasakan birahinya muncul kembali. Ia kemudian merebahkan dirinya di samping pak Risman dan meminta pak Risman memainkan vaginanya dengan jari-jari tangan gemuk kepala sekolah tersebut. Setelah beberapa menit, pak Risman menyudahi kegiatan oral seks yang dilakukan bu Linda terhadap batang kejantanannya. Ia lalu menyuruh bu Linda menungging dengan wajah tepat di hadapan vagina bu Indah yang mengangkang. Mengerti dengan maksud pak Risman, bu Linda lalu menjulurkan lidahnya kearah rekahan vagina bu Indah. Ia dengan telaten menjilati vagina bu Indah yang kini mendesah penuh kenikmatan dengan tangan yang meremas-remas payudaranya sendiri. Di tengah-tengah asiknya bu Linda menjilati vagina bu Indah, ia tampak mengerang merasakan penetrasi batang besar pak Risman memasuki vaginanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaaaaarrrggghhh...hmmm..." Erang bu Linda tertahan karena bu Indah kembali mendorong kepalanya tenggelam di vaginanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman sangat menikmati mengocok vagina bu Linda dari arah belakang. Apalagi ketika bu Linda menggoyangkan pinggulnya memutar, terasa batangnya seperti dipelintir oleh vagina lembut bu Linda. Namun goyangan pinggulnyapun tidak hanya memberikan kenikmatan kepada pak Risman, bu Linda pun merasa batang kejantanan berotot itu menyentuh semua bagian di dalam rongga vaginanya hingga ia orgasme. Pak Risman merasa batangnya semakin terjepit lubang vagina bu Linda. Cairan putih tampak melumuri batangnya yang keluar masuk di vagina guru tersebut. Beberapa saat kemudian giliran bu Indah yang mendapatkan orgasme. Tubuhnya menenggang, kepalanya terangkat dan dari vaginanya mengalir cairan putih kental yang dengan cekatan dijilati bu Linda.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kemudian pak Risman mengganti gaya. Ia kini membalikan bu Linda terlentang di atas sofa, dengan kaki bu Linda yang ia angkat di bahunya, pak Risman kembali menggenjot vagina sempit bu Linda dengan tempo cepat.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouh pa..en..nak..iyah en..naak.." terdengar kini bu Linda merengek-rengek.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Semakin cepat pak Risman menggenjot, maka semakin dekat pula orgasme yang menghampiri bu Linda. Maka dengan satu hentakan yang dalam dari batang pak Risman, vagina bu Linda pun memuncratkan cairan orgasmenya. Pak Risman yang juga sudah hampir mencapai orgasme segera mencabut batang kejantannanya, yang kini terlihat diperbutkan oleh bu Linda dan bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Crottt...crott...crot.." sperma menyembur mengenai wajah-wajah cantik kedua guru tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">#####################</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><b style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pagi hari yang cerah jam 06.30</b><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Seorang laki-laki berbadan buncit usia 45 tahun masih terlelap di kamar tidurnya dengan tubuh telanjang ditutupi selimut hangat. Disampingya seorang perempuan berusia 37 tahun berparas cantik khas ibu-ibu masa kini dengan rambut pendek sebahu masih menggelayut manja memeluk tubuh suaminya. Sinar matahari yang mulai masuk menyilaukan mata laki-laki itu mengganggu tidur lelapnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hoaaaammm...jam berapa ini" ucap laki-laki itu sambil menggeliatkan badannya dan tangan meraba-raba meja yang terletak di samping tempat tidurnya. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, laki-laki itu sontak kaget. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hahhh...mah bangun...papah kesiangan" dengan setengah berteriak laki-laki itu beranjak dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">15 Menit kemudian acara ritual mandi pagi laki-laki tersebut selesai. Ketika ia keluar dari pintu kamar mandi, nampak istrinya tengah menyisir rambut di depan meja rias dengan tubuh yang hanya dibalut kimono berwarna merah pendek menggantung di atas lutut, sehingga paha putih mulusnya terlihat dengan jelas menggoda laki-laki tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...Yunitha, tak salah memang aku mengawinimu" ucap laki-laki tersebut sambil memeluk wanita itu dari belakang dan tangan yang menyusup kedalam kimono wanita tersebut meremas nakal payudara berukuran sedang istrinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kalau bukan karena uangmu..aku gak bakalan mau kamu kawini Risman" pikir wanita itu. "Udah pahhh...katanya kesiangan" ucap wanita itu sambil menggeliat dengan suara mendesah melepaskan diri dari rabaan suaminya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Yunitha Silviani, sebenarnya wanita itu adalah istri kedua pak Risman yang belum genap 3 tahun dinikahi. Perkawinan pertama pak Risman berakhir dengan perceraian, dikarenakan istri pertamanya tak kuat menghadapi sifat buruk suaminya yang hidung belang. Dari perkawinan pertamanya pak Risman dikaruniai dua orang anak laki yang hak asuh keduanya diambil mantan istrinya. Yunitha sendiri dulunya adalah seorang penyanyi cafe yang selama 8 tahun menjadi simpanan pak Risman, sebelum akhirnya dinikahi oleh kepala sekolah mesum tersebut. Selesai mematut dirinya pak Risman keluar dari kamarnya, diiringi istri cantiknya yang menggelayut manja di lengan kirinya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Selamat pagi juragan...sarapannya udah si mbok siapin di meja makan gan" ucap wanita setengah baya sambil membungkuk kepada pak Risman dan istrinya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hari ini saya gak sarapan mbok..udah kesiangan ni" jawab pak Risman sambil mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"O iya mbok, kalau mau ke pasar sekarang aja ikut sama bapak...kan searah...gak apa-apa kan pah" timpal Yunitha kepada pembantunya yang dilanjutkan dengan pertanyaan kepada suaminya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya..boleh-boleh...ayo mbok..udah siap kan" jawab pak Risman yang ditanggapi dengan anggukan pembantunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Met pagi gan...mobilnya udah siap" suara laki-laki hitam berbadan tegap usia tiga puluhan di teras rumah besar milik pak Risman. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"O iya mang Udin makasih ya...ini buat rokok mang" jawab pak Risman sambil memberikan selembar uang kepada tukang kebun sekaligus supir istrinya itu. "Mah..papah berangkat ya.." ucap pak Risman berpamitan kepada istrinya, sambil tak lupa mencium pipi kanan dan kiri istri cantiknya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu mang Udin yang ada di depan suami-istri tersebut nampak beberapa kali menelan ludahnya melihat kesintalan tubuh istri majikannya. Bagaimana tidak, Yunitha yang mengantar keberangkatan suaminya tersebut masih mengenakan kimono merah sexynya. Pahanya yang putih mulus terlihat menggoda, apalagi ikatan tali kimono dipinggangnya yang tidak kencang memperlihatkan belahan dadanya yang tidak memakai BH. Baru saja mang Udin menutup pintu gerbang selepas kepergian pak Risman, dari teras rumah tersebut terdengar suara yang memanggilnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mang...di rumah sekarang kosong...saya tunggu di kamar yah..." ucap Yunitha dengan desahan manja. "Ingat...mamang mesti telanjang" lanjut Yunitha sambil mengacungkan jari telunjuknya menggoda tukang kebun sekaligus supir pribadinya, yang kemudian berlalu memasuki rumahnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mang Udin yang mendapat undangan dari nyonya rumahnya sangat senang bukan main. Dengan terburu-buru ia mengunci gerbang rumah tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Nyah...aku datang..haha.." ucap mang Udin sambil setengah berlari mengejar sang majikan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">###########################</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><b style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu, pukul 07.20</b><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"> </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman tiba di sekolah. Hari itu hari senin dimana pada waktu itu upacara bendera yang rutin dilaksanakan pada hari senin masih berlangsung. Pak Risman lalu bergabung dengan barisan guru-guru dan staff yang sedang mengikuti upacara tersebut. Hampir semua guru dan staff menyapanya, tak terkecuali dengan para guru-guru muda cantik yang telah berhasil ditaklukannya. Bu Ernita, Bu Astri dan Bu Linda terdengar genit menyapanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bentar-bentar...bu Indah mana" pikir pak Risman setelah mengamati guru dan staff di sekolahnya satu-persatu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Hari itu pak Janudi sebagai wakil kepala sekolah menggantikan pak Risman yang terlambat datang sebagai pembina upacara. Ia berceramah tentang moral bangsa yang kian hari kian hancur di depan ratusan siswa-siswi sekolah tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...munafik kau ini Janudi...pake ngomongin moral...kalau udah ngerasain memek guru-guru disini pasti lu ketagihan" cibir pak Risman dalam hatinya, mendengar ceramah pak Janudi yang secara tak langsung seperti menyindir kelakuannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara ketika upacara tengah berlangsung, di ruang penjaga sekolah atau lebih tepatnya disebut gudang di sekolah itu tengah terjadi pertarungan birahi. Terlihat satu orang guru cantik melawan dua murid laki-laki dan satu orang laki-laki paruh baya. Ya, siapa lagi wanita itu kalau bukan bu Indah yang tadi tampak tidak mengikuti upacara. Sementara dua orang murid laki-laki itu tak lain adalah Rizal dan Reska, dimana beberapa hari yang lalu ikut memperkosa bu Indah bersama teman-temannya. Sedangkan laki-laki paruh baya itu adalah mang Yono, yang hari itu sangat beruntung diizinkan mencicipi tubuh satu orang lagi guru hasil penaklukan pak Risman. Saat itu bu Indah sedang duduk mengangkang diatas kursi yang tak terpakai di gudang sekolah tersebut. Celana dan celana dalamnya telah terlepas memperlihatkan vaginanya yang sedikit berbulu, merekah dan menggiurkan yang kini tengah dijilati mang Yono sambil berjongkok di depannya. Mulut merah bu Indah tengah mengemut batang kemaluan Reska di samping kanan tubuhnya, sementara tangan kirinya tengah mengocok lembut batang kemaluan besar berotot milik Rizal. Baju seragam mengajar bu Indah telah terbuka semua kancingnya, begitu pula dengan cup BH-nya yang kini terangkat ke atas, memperlihatkan payudaranya yang bulat yang kini tengah diremas kedua muridnya. Lenguhan tertahan bu Indah serta bunyi kecipak dari lumatan mang Yono di vagina guru itu menandakan birahinya yang semakin tinggi. Kini mulut bu Indah beralih ke batang kemaluan milik Rizal, ia sangat mengagumi batang muridnya tersebut, dimana beberapa hari yang lalu batang kemaluan Rizal lah yang akhirnya membuat bu Indah menyerah dan takluk pada kenikmatan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mmmhhh...ayo jagoan...ibu pengen dientot lagi" ucap bu Indah disela-sela kesibukannya memanjakan batang kemaluan muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"I..iyaah bu...gak percuma...sayyah..bolos" jawab Rizal terpatah-patah sambil mengelus kepala gurunya yang berparas cantik tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Selang beberapa menit mang Yono menyudahi kegiatannya menikmati cairan birahi yang keluar dari vagina bu Indah. Ia mencari beberapa lembar kardus bekas, lalu menggelarnya di lantai gudang tersebut. Kemudian ia sendiri membuka celana berikut celana dalam dekilnya dan rebahan di atas kardus-kardus yang barusan ia gelar. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayo bu Indah sini...Lihat ni kontol mamang udah ngaceng pengen nusuk memek ibu" ucap mang Yono memanggil bu Indah sambil menunjukan batang kemaluannya yang hitam, panjang dan besar, dihiasi urat-urat yang melingkar disisi-sisinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah yang mendengar ajakan mang Yono segera bangkit. Ia membuka baju seragam dan juga pakaian dalamnya yang menjadi kain penutup terakhir di tubuhnya. Lalu guru cantik itu menghampiri mang Yono diikuti kedua murid-muridnya. Lalu bu Indah mengakangi tubuh mang Yono, dengan kedua tangannya sendiri ia menyibakan vaginanya, memperlihatkan lubang merah sempit yang basah di hadapan mang Yono yang kini terlihat mengurut-ngurut batang kejantannannya yang semakin membengkak. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mamanghhh...mau memek saya mang...ssshhh" ucap bu Indah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya menggoda si penjaga sekolah, yang kini hanya bisa mengangguk sambil menenggak air liurnya sendiri seperti orang idiot.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal yang tak sabar langsung menekan bahu gurunya tersebut untuk segera memasukan batang kemaluan mang Yono ke dalam vaginanya. Anehnya bu Indah tak marah diperlakukan seperti budak yang harus menuruti perintah tuannya oleh muridnya sendiri. Sebelum menusukan batang kemaluan besar mang Yono, bu Indah tampak beberapa kali meludahi telapak tangannya. Lalu air ludahnya itu ia balurkan ke seluruh batang kemaluan mang Yono. Setelah itu ia genggam batang kemaluan mang Yono dan membimbingnya masuk ke dalam vaginanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh..ssshhh...besssar.." desah bu Indah menikmati penetrasi kemaluan mang Yono yang menembus memasuki vaginanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal dan Reska tak tinggal diam. Mereka berdua langsung menyodorkan kemaluan masing-masing di depan wajah penuh birahi gurunya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayo bu...perlihatkan sepongan hebatnya" ucap Reska sambil menjambak rambut bu Indah dan mendorongnya mendekati selangkangannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah yang diperlakukan kurang ajar oleh muridnya itu malah tersenyum. Sambil menatap binal, ia menjulurkan lidahnya yang basah menyapu batang kemaluan Reska dari biji pelir sampai ke ujung kepalanya, yang walaupun tidak besar tetapi sangat panjang dan keras seperti kayu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Reska...tempat kontolmu di lubang pantat ibuh...hhh...ayo nak...tusuk pantat ibu...ssshhh" desah binal dan genit bu Indah meminta kepada muridnya melakukan anal seks terhadapnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reska akhirnya menuruti apa yang dikehendaki gurunya tersebut. Dengan sedikit bantuan dari cairan vagina bu Indah yang kini tengah menggenjot batang kemaluan mang Yono, ia melumasi lubang pantat gurunya dan menusukan batang kerasnya. Kini bu Indah benar-benar seperti wanita murahan. Vaginanya menggenjot batang besar mang Yono ketika anusnya disodok dengan ganas oleh Reska muridnya. Mulut bu Indah pun tidak bebas untuk mengerang karena Rizal menugaskan gurunya tersebut untuk menservice batangnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ohhh...mantaps..goyangannyahhh..gak kalah sama perek" ucap mang Yono berkomentar ketika bu Indah menggoyang batang kemaluannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...ini kan guru yang sampinganyah jadi perek mangh..oh" Reska pun menimpali ucapan mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara Rizal hanya dapat melenguh-lenguh sambil menjambak rambut gurunya, menikmati kuluman dan sedotan bibir merah bu Indah di batang kemaluan besarnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengarkan celoteh mang Yono dan Reska muridnya, bu Indah malah semakin bersemangat memberikan pelayannan seks kepada ketiga pejantannya. Pikirannya menerawang, membayangkan dirinya berdandan menor ala wanita-wanita penghibur dan menjajakan dirinya di pinggir jalan menggoda para lelaki hidung belang. Rupanya bayangan nakal bu Indah mampu menyeretnya kedalam orgasme yang dahsyat. Tubuhnya menegang berkelojotan, dari vaginanya memuntahkan cairan putih kental yang melumuri batang kejantanan mang Yono. Sejenak ia melepaskan kulumannya terhadap batang kemaluan Rizal untuk mengekspresikan pencapaiannya ketika mendapatkan orgasme. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sssshhh...Oughhh..yeaaahhh...nikkkmaaattt..aa hh".</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Orgasme bu Indah ternyata ikut menyeret Reska yang masih belum banyak pengalaman mendapatkan klimaksnya. Ia tak mampu bertahan ketika bu Indah mengejang, otot lubang anusnya seakan-akan menggigit lembut batang kemaluan Reska yang ikut memuncratkan cairan spermanya di dalam anus bu Indah. Reska mencabut batang kemaluannya perlahan dari lubang anus bu Indah. Ia lalu duduk mengistirahatkan dirinya di atas kursi yang tadi diduduki bu Indah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gile men...pantatnya asoy guru kita ini" ucap Reska sambil terengah-engah mengomentari kenikmatan yang dia dapat dari lubang pantat bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Beneran men?..kalau gitu gua juga pengen nyicip.." Ungkap Rizal sambil beranjak ke arah pantat bulat bu Indah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah yang merasakan kembali anusnya disodok melenguh. Kali ini batang yang menusuk anusnya lebih besar dan berotot. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Pelan-pelan nak...kasihani gurumu ini" ucap bu Indah memohon sambil menengokan kepalanya ke arah Rizal yang kini tengah serius menyodok-nyodokan batang kemaluan besar di anus gurunya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun Rizal tak perduli, Ia malah dengan ganas menggenjot pantat bu Indah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Amppppun...Ampunh nakh..ohhhh...panas" bu Indah mengerang meminta ampun karena bibir lubang anusnya terasa panas merasakan gesekan kencang batang kemaluan Rizal muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun di balik kesakitan yang dirasakan bu Indah, ternyata diam-diam ia menikmati perlakuan kasar para pejantannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ough...inikah yang dirasakan para pelacur,sakit tapi puas" itulah yang ada dipikiran bu Indah, ketika Rizal dan mang Yono menggenjot lubang-lubangnya dengan brutal. Hingga orgasme menimpanya, Rizal dan mang Yono tak berhenti menikmati tubuh sintal guru cantik itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Praaang...brsssssk.." terdengar suara benda terjatuh yang mengagetkan keempat orang di dalam gudang tersebut, dan sontak mereka menghentikan kegiatannya. Reska segera mencari tahu ke arah suara itu. Beberapa menit kemudian ia datang menyeret seorang gadis yang meronta, masih berseragam lengkap dengan tas gendongnya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Reska yang menyeretnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tifany..." Bibir bu Indah mengucap satu nama dengan kaget, Ia berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang dengan kedua tangannya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rupanya anak perempuan itu bernama Tifany, murid kelas dua di sekolah itu. Ia bermaksud bersembunyi di gudang sekolah menunggu upacara selesai karena ia kesiangan. Tak disangka ia malah memergoki gurunya tengah berbuat mesum dengan kedua murid dan penjaga sekolah di gudang tersebut. Karena kaget ia lantas menyenggol kaleng-kaleng bekas cat, sehingga keberadaannya diketahui dan Reska menangkapnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ma..maaf bu saya gak maksud ngintip" ucap Tifany panik dihadapan gurunya. "Wah bisa-bisa ni anak ember ngomong kemana-mana" Rizal angkat bicara. "Ngga...engga...saya gak bakal ngomong ke siapa-siapa..lepasin saya" kembali anak gadis itu panik.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah yang masih telanjang akhirnya tersenyum karena mendapat ide dikepalanya. Dengan langkah gemulai ia mendekati Tifany yang dengan erat dipegangi Reska.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kamu janji gak bakalan ngomong sama siapa-siapa?" Tanya bu Indah dihadapan gadis itu, yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Tifany yang kaget melihat gurunya mendekati dalam keadaan telanjang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tapi sayangnya ibu gak percaya nak...ibu perlu jaminan" kembali bu Indah berucap kepada gadis itu sambil jari-jari tangannya membelai pipi gadis itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu tanpa disangka-sangka tangan kiri bu Indah menyelusup dari bawah rok abu-abu di atas lutut gadis itu. Jari-jari lentiknya membelai lembut vagina sang gadis. Sambil terisak gadis itu memohon "TIIIDAAAKKK..." </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Jerit dan tangisan tertahan terdengar di dalam gudang sekolah. Seorang gadis remaja usia 17 tahun yang pakaian seragamnya telah dilucuti tak bisa mempertahankan kehormatannya. Gadis itu bernama Tifany, murid kelas 2 SMA yang memiliki wajah cantik dengan ditunjang postur tubuh ideal khas remaja SMA. Kini tubuhnya tengah duduk mengangkang di atas kursi di dalam sebuah gudang. Di kanan dan kirinya berdiri dua orang laki-laki dengan celana yang sudah ditanggalkan memegangi kedua tangan dan menahan tubuhnya yang telanjang. Di depannya, seorang laki-laki paruh baya tengah asik menjilati harumnya vagina gadis itu. Sementara itu, seorang guru cantik tengah berdiri dengan tubuh telanjang, tangannya memegang handphone yang ia gunakan untuk merekam kegiatan yang tengah terjadi didepan matanya. Tubuh Tifany sudah menyerah untuk melawan. Ia hanya bisa menangis dan mengerang tertahan karena mulutnya telah disumpal oleh celana dalamnya sendiri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...hmmm..." Tifany bergumam ketika merasakan lidah mang Yono tengah mengorek liang sempit vaginanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Menyerah saja sayang...nikmati..ini enak ko.." Ucap bu Indah, yang hanya dijawab dengan gelengan kepala yang lemah dari Tifany, seolah-olah memohon belas kasihan dari gurunya itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya fan..lu mending nikmatin...tuh bu Indah aja jadi doyan" timpal Rizal menimpali ucapan gurunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kini tubuh Tifany direbahkan di atas kardus bekas, tempat dimana sebelumnya bu Indah digauli tiga laki-laki yang kini mengerubuti gadis itu. Tangan kanan dan kirinya kembali mencoba untuk meronta. Akan tetapi tenaganya bukanlah tandingan Rizal dan Reska yang kini tengah memegangi tangan kanan dan kirinya. Di bawahnya mang Yono mengangkangkan kedua paha gadis tersebut dengan batang kemaluan yang sudah menempel di belahan vaginanya yang putih dan bersih dari bulu. Beberapa kali penetrasi mang Yono meleset karena rontaan gadis itu, hingga bu Indah yang masih tetap merekam kejadian itu membantu mengarahkan batang kemaluannya. Dengan perlahan batang besar mang Yono memasuki lubang sempit vagina Tifany. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hkkkkkk..." tiba-tiba Tifany mengernyitkan dahinya, matanya yang bulat terlihat menyipit. Dari bibirnya yang tersumpal celana dalamnya sendiri terdengar rengekan seperti tengah merasakan kesakitan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah mengabadikan momen tersebut dengan handphonenya, dimana batang kemaluan mang Yono telah tertelan semuanya oleh vagina Tifany. Mang Yono sangat menikmati jepitan vagina yang diperawaninya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...mantap bener ni memek si neng.." Ungkap mang Yono sambil dengan perlahan mengeluarkan batang kemaluannya, terlihat darah segar yang melumuri batang kemaluan mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ini sudah terlanjur sayang...nikmati saja...jangan coba-coba melapor..ibu punya rekamannya.." Ucap bu Indah sambil membelai-belai rambut panjang gadis tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar ucapan gurunya itu Tifany semakin terisak. Ia tidak percaya jika gurunya sendiri menjerumuskan dirinya. Keperawannan yang ia jaga telah direnggut dengan paksa. Andai saja hari itu dirinya tidak kesiangan untuk berangkat ke sekolah, pasti kejadian ini bisa dihindari. Pikiran Tifany mulai buyar ketika dengan perlahan mang Yono mulai menggoyang dan memaju mundurkan batang kemaluan besarnya. Semakin lama semakin meningkat tempo genjotan mang Yono. Tifany semakin gelisah, apalagi kini tangan kedua temannya menjamah payudaranya yang bulat dan sedang secara berebutan. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menahan rasa sakit di lubang vaginanya. Lama-kelamaan kesakitan yang dirasakan Tifany mulai sirna digantikan rasa nikmat yang baru kali ini ia rasakan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouh...kenapa jadi gini...ko jadi enak banget" pikir Tifany ketika merasakan vaginanya berkedut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tubuhnya melengkung ke atas membusungkan dadanya, dari mulutnya terdengar erangan panik ketika gadis itu tanpa disangka mendapatkan orgasme pertama dalam hidupnya yang ia dapatkan dari pemerkosanya. Gelak tawa terdengar dari ketiga laki-laki diruangan itu, karena melihat gadis yang mereka perkosa mendapatkan orgasme yang hebat. Bu Indah menghampiri gadis itu yang kini matanya tengah terpejam menikmati apa yang baru saja ia rasakan. Lalu bu Indah melepas celana dalam yang menyumpal mulut gadis tersebut, dengan penuh kasih ia membelai rambut gadis itu yang kini tidak lagi meronta. Sementara itu, Rizal mulai beralih menjamah payudara telanjang bu Indah yang berada dekat dengannya. Bu Indah hanya memandang penuh birahi kepada muridnya tersebut sambil mengeluarkan lidahnya menjilati bibirnya sendiri menggoda Rizal.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"gimana sayang..enak kan" tanya bu Indah kepada Tifany sambil membelai rambut panjang muridnya tersebut, yang mulai kembali mendesah merasakan vaginanya kembali digenjot mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Gadis itu hanya mengangguk menanggapi pertanyaan gurunya tersebut. Kini Tifany terlihat pasrah menerima tubuhnya digumuli ketiga pemerkosanya. Malah kini ia tidak menolak ketika Reska menyuruhnya untuk mengulum batang kemaluan panjang miliknya. Sementara, di samping gadis tersebut bu Indah juga tengah menjilati batang kemaluan Rizal sambil menungging mengarahkan bokongnya di hadapan mang Yono. Mang Yono yang melihat pantat bulat bu Indah dihadapannya tak kuasa untuk tidak menjamahnya. Ia mengulurkan tangan kanannya dan mengocok vagina guru cantik tersebut dengan dua jarinya. Kini yang terlihat di ruangan tersebut bukanlah adegan pemerkosaan, akan tetapi yang kini terlihat adalah pergumulan tiga orang laki-laki dengan dua orang perempuan cantik beda usia yang terlihat menikmati perlakuan para pejantannya. Tifany kini terlihat bergairah menggoyangkan pinggulnya diatas tubuh Reska yang tengah duduk di atas kursi. Gadis itu nampak sudah melupakan kejadian pemerkosaan terhadap dirinya. Kini ia tengah bergoyang di atas tubuh Reska, rambutnya yang panjang terlihat acak-acakan. Kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang dipenuhi bekas-bekas cupangan ketiga laki-laki di ruangan tersebut. Sementara itu bu Indah tengah disandwich oleh Rizal dan mang Yono. Ketiganya nampak hanyut dalam kenikmatan birahi dan berlomba-lomba untuk mencapai kepuasan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Adduh..ahh..bu Indah...lobang bo'olnya kenceng jepit kontol mamangh.." Ucap mang Yono terengah, yang kala itu tengah menggenjot kencang pantat bu Indah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iyya..mang..ni memeknyah juga sama..oh" Rizal menimpali ucapan mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...konthol...kalian..nyah gede..gede..hmmm" jawab bu Indah menanggapi komentar orang-orang yang tengah menikmati tubuhnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Entah berapa kali bu Indah dan Tifany mendapatkan orgasme dari persetubuhan itu. Hingga pada akhirnya tubuh mereka berdua berpelukan lemas diatas kardus bekas, Setelah sebelumnya ketiga laki-laki tersebut secara bersamaan memandikan bu Indah dan Tifany dengan sperma yang mereka tumpahkan sembarangan di wajah keduanya. Setelah merapihkan diri dan memperbaiki make up-nya, bu Indah keluar dari gudang tersebut bersamaan dengan bubarnya para murid di sekolah itu karena upacara telah usai. Tifany berjalan agak tertatih karena rasa nyeri dari selangkangannya yang baru saja diperawani. Di persimpangan jalan menuju kantor guru mereka berpisah. Tifany berjalan tanpa pamit pada bu Indah menuju kelasnya. Hari masih pagi ketika Tifany menyadari dirinya sudah tidak perawan lagi. Ketika tengah berjalan, langkah gadis itu terhenti. Tanpa menoleh ia mendengar suara orang yang memanggilnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tifany...maafkan ibu..." </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">######################</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tanpa terasa jam pelajaran terakhir sudah dilewati. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Huft...akhirnya selesai juga" pikir perempuan cantik berpakaian seragam khas pengajar. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ia kini tengah berjalan menuju ruang guru, ketika langkahnya terhenti karena dikagetkan oleh seseorang yang mencolek pantat bahenolnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kurang ajar...ini kan tempat umum" pikirnya. Perempuan itu lalu menoleh ke arah sosok yang telah kurang ajar terhadapnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"met siang bu Astri" sapa orang yang mencolek pantat bu Astri tadi, sambil cengar-cengir memuakan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ih mang Yono...kalau ada yang lihat gimana...jangan gitu ah mang" jawab bu Astri kepada orang yang telah berani mencolek pantat bahenol kebanggaannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hehe...iya bu maaf...abisnya ibu nggemesin...bikin saya gak bisa nahan" kembali mang Yono berucap dengan masih bergaya cungar-cengir yang sama sekali tidak bisa menambah ganteng wajahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Huuuu...gombal...bilang aja kalau kontol mamang mau minta jatah memek ke saya" jawab bu Astri tanpa tendeng aling-aling.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mang Yono yang mendengar jawaban bu Astri senang bukan main, ternyata kenikmatan dari batang kejantanan laki-laki telah mampu merubah kepribadian seorang guru yang dikenal alim ini. "Hmmm...dasar pelacur doyan banget sama kontol" pikir mang Yono sambil menatap lekat tubuh sintal bu Astri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Jadi mau dimana mamang ngentotin saya...saya gak punya banyak waktu nih mang" ucap bu Astri sambil melihat jam tangannya yang sontak mengagetkan mang Yono.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mang Yono lalu mengajak bu Astri ke bagian paling belakang dari sekolah itu. Rupanya si penjaga sekolah tersebut berniat mengambil jatahnya dari bu Astri hari itu di ruang kepramukaan yang tempo hari digunakan empat orang murid-murid bengal untuk menaklukan bu Indah. Sesampainya di ruangan itu mereka malah dikagetkan oleh suara-suara lenguhan dari dalam ruangan tersebut. "Wadduh...udah ada yang ngeduluin kita bu" ucap mang Yono setengah berbisik kepada bu Astri, sambil tangannya menggandeng tangan bu Astri mengajak untuk mengintip kegiatan di dalam ruangan tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Linda..." Bisik bu Astri ketika mengetahui orang yang tengah berada di dalam ruangan itu. Nampak di depan mata bu Astri, saat itu bu Linda tengah menikmati batang kemaluan seorang laki-laki yang menyodok vaginanya dari belakang. Dengan posisi tangan bertumpu pada tembok bu Linda menggoyangkan pantatnya menerima sodokan batang besar milik seorang laki-laki. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouuugh...terus pak Arif...yahhh" racau bu Linda.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ternyata laki-laki yang tengah menggenjot bu Linda itu adalah pak Arif, seorang guru mata pelajaran olahraga yang memang menurut gosip yang beredar, dirinya mempunyai hubungan khusus dengan bu Linda. Batang kemaluan pak Arif yang menyodok-nyodok vagina bu Linda tidak bisa tidak akhirnya menimbulkan birahi bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...mang udah yu ikutan aja...memek saya udah gatel" ajak bu Astri kepada mang Yono, karena tak kuat menahan birahinya sambil menarik tangan mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Pak Arif, bu Linda...kita ikut numpang yah.." ucap bu Astri ketika memasuki ruangan itu, membuat pasangan yang tengah berasyik masyuk itu tampak kaget. Setelah tahu orang yang masuk adalah bu Astri dan mang Yono, nampak sekali perasaan lega di wajah bu Linda. Tetapi hal itu berbeda dengan pak Arif, ia masih kaget melihat rekan kerjanya sesama pengajar itu berpagutan liar dengan seorang penjaga sekolah. Malah kini nampak bu Astri dengan sukarela mengulum dan memanjakan batang kemaluan mang Yono.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ohhh...gila...sejak kapan bu Astri jadi liar gitu...beruntung sekali mang Yono..." pikir pak Arif ketika matanya bertemu pandang dengan bu Astri yang kini tengah asik menikmati batng kemaluan mang Yono dengan bibir ranumnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah pak...sekarang puasin saya dulu...nanti pak Arif boleh ngentotin bu Astri" ucap bu Linda membuyarkan lamunan pak Arif. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dengan perasaan iri terhadap mang Yono, pak Arif kembali menggenjot vagina bu Linda. Lenguhan-lenguhan bu Linda pun terdengar kembali di ruangan itu. Sedangkan di samping mereka kini terlihat bu Astri yang sudah bertelanjang bulat tengah mengangkang, vaginanya yang segar tengah dijilati mang Yono.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auuuh...iyah...ennakh mang.." racau bu Astri tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan lidah mang Yono yang mengorek dalam liang vaginanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Haaai pakh Arifh...kalau buh Linda..udah puashhh...tolong entotin Astri jugah ya pakhhh.." pinta bu Astri menggoda ketika matanya bertemu dengan tatapan pak Arif. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sedangkan pak Arif yang mendengar permintaan bu Astri itu langsung meningkatkan tempo genjotannya terhadap bu Linda, yang tentu saja membuat bu Linda semakin melenguh-lenguh nikmat. Keempatnya menghabiskan jam usai sekolah dalam birahi liar di ruangan itu selama sejam lebih hingga akhirnya mereka pulang dengan rasa puas.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><b>To be continued...<br />By: <a href="http://kisahbebe.blogspot.com/2014/11/predator-sekolah-4-sekolah-nista.html">Lagimabok</a></b></i></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-89643031216223152222014-12-04T00:34:00.002-08:002014-12-04T00:34:38.616-08:00Sekolah Penuh Gairah : 03 Para Murid Bengal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pagi hari tepatnya jam 06.30 di suatu sekolah menengah atas yang dipimpin oleh pak Risman Kusbiantoro si kepala sekolah mesum sudah terjadi kesibukan. Para staff dan guru-guru di sekolah tersebut sedang sibuk membereskan ruang rapat. Ya, hari ini kabarnya mereka akan mengadakan rapat dengan orang tua siswa perihal biaya anggaran pengadaan fasilitas belajar di sekolah tersebut. Murid-murid tidak diliburkan, akan tetapi mereka dibebaskan dari pelajaran hari itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Jam 07.00 sekolah mulai tampak ramai. Para orang tua siswa sudah mulai berdatangan. Pak Risman menyambut mereka didepan ruang rapat yang telah disiapkan didampingi oleh semua guru dan staff sekolah tersebut. Beliau menyalami semua orang tua murid sekolah tersebut dengan ramah, walaupun pikiran mesum masih saja terlintas ketika mendapati beberapa orang tua murid yang berparas cantik dan berbody sexy. Tak terkecuali ketika ia menyalami bu Melisa, salah satu orang tua siswa disekolah tersebut. Bu Melisa yang kesehariannya bekerja di bagian accounting salah satu perusahaan swasta tampil sangat sexy hari itu dengan balutan busana khas perempuan karir. Menggunakan rok pendek berwarna biru cerah yang menggantung di atas lutut menampilkan kemulusan setengah dari pahanya. Sementara kemeja lengan panjang bu Melisa yang berwarna putih nampak sangat tipis, sehingga BH hitam yang ia pakai untuk menutup payudaranya yang membulat menggoda nampak menerawang.</span><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"></a><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Saya Melisa pak, orang tuanya Vita..kelas tiga" ucap bu Melisa ketika ia menyalami pak Risman. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh bu Melisa, saya Risman..kepala sekolah di sini, senang bertemu ibu.." jawab pak Risman dengan senyum ramah dan tak ketinggalan mata yang mencuri-curi pandang terhadap body mulus dan sexy bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aduhhh...ko burung saya jadi ngaceng ya, mana tangannya halus..cocok banget buat ngocokin kontol saya nih" itulah yang ada dibenak pak Risman saat ia menyalami bu Melisa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Jam 08.00 rapatpun dimulai. Didahului dengan sambutan dan berbagai macam pemaparan dari kepala sekolah. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara ketika rapat tengah berlangsung, terlihat di salah satu tempat di sekolah itu beberapa orang siswa tengah berkumpul. Mereka berkumpul di pinggir ruangan kepramukaan yang terletak di ujung paling belakang sekolah tersebut. Nampak sekali siswa-siswa bengal tersebut sedang melakukan hal yang sebenarnya tidak layak dilakukan oleh pelajar seusia mereka. Mereka sedang asik mengobrol dengan rokok yang terselip di jari-jari mereka, dan sesekali merekapun tampak menenggak minuman keras yang mereka masukan ke dalam botol air mineral. Aldo, Firman, Reska dan Noval, serta tak ketinggalan juga Rizal si Murid bengal beruntung yang saat itu sedang asik bermabuk-mabukan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh...do, lu di sekolah ini paling pengen ngentotin siapa?" tanya Rizal kepada Aldo sambil menghisap rokoknya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Indah bro...secara dia khan baru kawin pasti memeknya masih sempit" jawab Aldo yang ditimpali dengan gelak tawa teman-temannya. "Kalau lu Val?" Kembali Rizal bertanya, kali ini terhadap Noval.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kalau gua sih kayanya bu Ernita..haha...lu liat kan pantatnya men? Gile deh kalau tuh pantat bahenol ngelindes kontol gua" jawab Noval sambil menerawang membayangkan dirinya tengah bersetubuh dengan bu Ernita, dan kembali gelak tawa terdengar di sana.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Firman yang sedari tadi tampak diam hanya membayangkan obrolan-obrolan keempat temannya itu sambil sesekali menenggak minuman dan menghisap rokoknya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Lu nanya-nanya terus Zal..kalau lu sendiri siapa guru yang paling pengen lu entot?" tanya Reska sambil menjitak kepala Rizal temannya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hehe..kalau gua sih udah pernah entotin bu Ernita, bu Linda sama bu Astri..tinggal bu Indah bro" ungkap Rizal sambil membetulkan posisi kemaluannya yang terasa sudah berdiri akibat obrolan itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar jawaban Rizal tersebut, sontak gelak tawa terdengar dari keempat temannya, mereka berpikir jika Rizal hanya membual. "yee..kalian pada gak percaya ya" ungkap Rizal kepada teman-temannya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ngimpi lu bro...paling cuma ngayal sambil coli..haha.." Firman yang dari tadi diam menimpali. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Nih gua punya videonya bu Ernita lagi dientot pak Risman sama bu Astri lagi dientot mang Yono sama pak Risman sambil nyepong kontol gua.." sahut Rizal sambil mengeluarkan handphone dari tasnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Serempak keempat temannya mengerubungi Rizal. Sambil asik minum-minum mereka menonton rekaman tersebut. Sedang asik-asiknya, kelima siswa bengal tersebut dikagetkan oleh kedatangan bu Indah yang saat itu tengah berkeliling di sekolah tersebut. Mereka tak sempat menyembunyikan minuman-minuman serta rokok yang tengah mereka nikmati.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh..jadi kalian seperti ini ya kalau sedang bebas pelajaran" bentak bu Indah dengan wajah galak terhadap lima orang siswa tersebut sambil melipatkan tangan di dadanya yang membusung.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tampak sekali raut ketakutan dari kelima orang siswa yang ketahuan sedang menenggak minuman keras itu. Mereka hanya bisa menunduk ketakutan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Baik...bawa minuman-minuman itu ke ruang konseling buat barang bukti..biar kalian dikeluarkan dari sekolah ini" kembali bibir ranum bu Indah berucap dengan geram terhadap kelima siswa bengalnya itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun pikiran Noval yang dipengaruhi minuman keras malah menerawang ke hal lain melihat bu Indah yang sedang marah waktu itu. Ia malah terangsang melihat tubuh bu Indah dalam balutan seragam mengajarnya yang berwarna abu-abu, rok selututnya yang ketat menonjolkan pantatnya yang walaupun tidak sebesar bu Ernita atau bu Linda tapi tetap menggoda kelelakiannya, apalagi dengan rambut panjang yang disanggul rapi menambah aura kecantikan elegannya, serta sepatu hak tinggi yang menambah sexy guru muda tersebut. Ternyata apa yang ada dipikiran Noval sama dengan keempat temannya. Seperti sudah dikomando, kelimanya secara bersamaan menghampiri bu Indah yang tengah berdiri berkacak pinggang tak jauh dari kelima muridnya. Bu Indah yang tidak menyadari apa yang akan dilakukan murid-muridnya tampak tenang. Hingga ia dikagetkan oleh remasan tangan dipantatnya, yang ternyata itu dilakukan oleh Reska. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hey...kurang ajj..aaah" ucap bu Indah terpotong karena ia kembli dikagetkan oleh Firman yang meremas payudaranya. Tubuh bu Indah kini mulai dikerubungi oleh kelima siswa-siswa bengal itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ap..apa yang kalian lakukan..ahhh..kurang ajar" maki bu Indah terpotong, karena kini tubuhnya tengah dijamah kelima siswanya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ini akibatnya kalau ibu gangguin kami..." Ucap Firman sambil matanya melotot terhadap bu Indah dan dengan tangan meremas-remas payudara gurunya tersebut berebutan dengan teman-temannya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bro..bawa masuk ke ruang pramuka aja.." Ucap Noval kepada teman-temannya. Lalu tubuh bu Indah yang meronta-ronta mereka seret dengan paksa memasuki ruangan ruangan tersebut.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ruangan itu memang terletak terpisah dan lumayan jauh dari bangunan yang lain, hingga teriakan bu Indah sekencang apapun tak akan terdengar oleh orang-orang yang tengah berada di areal sekolah tersebut. Di dalam ruangan tersebut bu Indah mereka letakan terlentang di atas meja yang tak terpakai. Firman dan Reska memegangi kedua tangan bu Indah yang meronta, tangan mereka berdua pun tak tinggal diam dengan meremas kedua payudara membusung bu Indah. Sementara itu Rizal dan Aldo meraba-raba kedua paha mulus Bu Indah yang tersingkap karena meronta. Rizal kini bahkan melepas rok yang dipakai Bu Indah sehingga kedua kakinya hanya tinggal memakai sepatu hitam berhak tinggi, celana dalam putih berenda tipis menutupi wilayah segitiga emasnya yang menggiurkan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Noval dengan tergesa-gesa mendekatkan mukanya ke depan selangkangan bu Indah, lalu jari-jari tangan kanannya menyingkap CD putih bu Indah, Lidahnya mulai menyapu belahan vagina bu Indah yang dihiasi bulu tipis menggoda. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auuuhhh...hentikan...bia..dab kalian..ku..rang..ajjjar ahhh" lenguhan dan makian bu Indah terdengar ketika ia merasakan sapuan lidah kasar Noval di vaginanya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Firman, Reska, Aldo dan Rizal tak mau ketinggalan. Mereka terus berebut tubuh mulus bu Indah dengan meraba, meremas, dan mengelus seluruh bagian tubuh bu Indah yang hanya bisa menjerit-jerit histeris menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tangisan dan lenguhan bu Indah bukannya menghentikan aksi dari kelima siswa bengal tersebut. Kini mereka malah menikmati tangisan mengiba dari guru mereka ini.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Selang 5 menit mereka bergantian menjilati vagina bu Indah yang walaupun menolak tetap saja vaginanya membanjir. Kancing baju seragam bu Indah telah terbuka semuanya. BH putih berenda yang senada dengan CDnya juga telah tersingkap keatas menampakan payudara yang membulat padat nan menggiurkan, yang kini puting-putingnya tengah dikulum oleh Rizal dan Aldo. Kaki jenjangnya yang berhias sepatu hitam berhak tinggi masih meronta-ronta dengan dipegangi Reska dan Noval. Sementara itu Firman menikmati basahnya vagina bu Indah dengan jilatan kasarnya serta tusukan jari telunjuknya yang menusuk lubang anus gurunya tersebut.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auuuh...toll..ong..tidakkk...ahhh" bu Indah melenguh ketika merasakan vaginanya berkedut memancarkan cairan orgasme di mulut Firman muridnya, yang dengan lahap menyedot vaginanya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sontak gelak tawa terdengar di ruangan tersebut menyambut orgasme bu Indah di tangan murid-muridnya. Hati bu Indah sangat pedih, ia menangis tersedu meratapi tubuhnya yang mengkhianati dirinya. Ia sangat malu menyadari dirinya orgasme di tangan murid-muridnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Sudah..hentikan..saya guru kalian" ucap bu Indah sambil menangis, melihat Reska yang kini mempersiapkan kemaluannya yang walaupun tidak besar tapi cukup panjang dan keras di depan vaginanya yang masih tertutup CD putih berenda. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kemarin bu Indah memang guru kami..tapi mulai sekarang ibu akan jadi pelacur kami" ucap Reska sambil tersenyum memuakan dan menyingkap CD putih gurunya, lalu menusukan kemaluannya itu ke vagina bu Indah yang hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibirnya merasakan perih di hatinya dan kenikmatan di lubang vaginanya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dilema mulai terjadi dihati bu Indah. Setengah dirinya menikmati perkosaan ini, akan tetapi setengah kesadarannya mengutuk apa yang dilakukan kelima muridnya ini. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouh...aku menikmati jilatan nafsu anak-anak muda ini di memekku..ouh..tidak..ini tidak boleh..ini tabu" itulah yang terpikirkan oleh bu Indah saat Reska menggenjot vagina legitnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Reska tak bertahan lama, ia tak kuasa menahan nikmatnya jepitan vagina bu Indah. Hanya 5 menit ia mampu menggenjot vagina gurunya, ia mencabut kemaluannya dan memuntahkan seperma kental di perut gurunya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal langsung menggantikan temannya, ia terlihat mengocok pelan kemaluan panjang dan besar miliknya yang kemarin ia gunakan untuk menaklukan 3 orang gurunya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ini memek guru keempat yang akan saya nikmati" begitulah pikir Rizal sambil memegangi paha bu Indah dan menekan kemaluannya memasuki vagina gurunya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara bu Indah seakan tak percaya melihat kemaluan muridnya tersebut. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh...sungguh besar, kontol suamiku pun tak sebesar itu" pikir bu Indah melihat dengan takjub kemaluan Rizal memasuki vaginanya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah benar-benar merasakan kenikmatan yang sempurna dari kemaluan Rizal yang menggenjot pelan vaginanya. Ia memejamkan mata dan melenguh-lenguh penuh kenikmatan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Auuuuh...yeah..mmmh.." Begitulah lenguh bu Indah kala itu, saat dimana Rizal dengan perkasa menggenjot pelan vagina gurunya yang sempit.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ibu haus? Minum ini bu" tiba-tiba Reska mencekoki bu Indah dengan minuman keras yang ia bawa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uhuk..uhuk..aaahhh..mmmh" bu Indah tersedak akibat minuman yang diberikan Reska muridnya, tetapi ia tak menolak ketika Reska kembali menyodorkan minuman itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Beberapa saat kemudian, efek dari minuman keras itu mulai dirasakan bu Indah. Kepalanya terasa ringan, tubuhnya terasa panas. Bu Indah mulai lupa akan statusnya sebagai seorang pengajar. Ia kini merasa birahinya sangat tinggi dan hanya ingin menuntaskannya saat itu. Senyum manis nan menggoda mulai tersungging dibibirnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Persetan dengan suamiku..aku hanya ingin kontol besar mengisi memekku" itulah yang kini ada dalam pikirannya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Efek minuman keras telah merubah bu Indah yang tadi menolak dan mengutuk pelecehan yang dilakukan murid-muridnya terhadap tubuhnya, kini dia malah meminta dan memohon untuk di lecehkan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kini bu Indah tampak mengangkat pinggulnya, ia mengimbangi setiap gerakan Rizal yang memompa pelan vaginanya dengan goyangan pinggul yang ia perlihatkan kepada murid-muridnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouh...yeaahh..nikmati tubuh ibu..zal..ahhh" desahan bu Indah benar-benar menggugah hasrat. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Diiringi dengan senyum genit dan kerlingan mata binal, bu Indah menyuruh semua muridnya bertelanjang, yang tentu saja ditanggapi oleh semuanya dengan semangat. Bu Indah membagi tugas terhadap murid-muridnya tersebut untuk memberikan kenikmatan pada tubuhnya. Firman dan Noval ia suruh menyusu di payudaranya, sementara Aldo dan Reska Ia nikmati kemaluan keduanya secara bergantian dengan mulutnya. Aroma persetubuhan tercium sangat kental di ruangan tersebut, lenguhan, desahan, erangan penuh kenikmatan terdengar menggairahkan. Hingga kurang lebih 15 menit kemudian lenguhan Reska yang kembali tidak bisa menahan kenikmatan dari kuluman bu Indah membuatnya memuncratkan sperma di mulut gurunya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooooh...gile bro...nik..mat bangettt...ahhh" erang Reska ketika mengeluarkan spermanya yang nampak dinikmati oleh bu Indah sampai Reska meringis-ringis karena kepala kemaluannya di sedot bu Indah.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah pun sudah mendapat 2 kali orgasme dari genjotan Rizal. Namun anehnya stamina dan nafsu berseetubuhnya tak kunjung padam.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...ampun bu...ohhh..gak kuat..." Lenguh Rizal ketika bu Indah menggoyangkan kembali pinggulnya, sehingga memaksa Rizal menumpahkan spermanya di dalam vagina gurunya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Indah menanggapi lenguhan Rizal yang takluk oleh goyangan pinggulnya dengan senyuman yang genit. Setelah Rizal menyelesaikan hajatnya, bu Indah bangkit dari meja tempat ia terlentang menikmati hujaman kemaluan muridnya barusan. Sementara Rizal dan Reska tampak duduk kelelahan. Bu Indah lalu berjalan ke arah matras yang sudah tergelar di ruangan itu. Lalu dengan goyangan erotisnya ia melucuti sisa pakaian yang menutupi tubuhnya lalu membuka ikat rambutnya sehingga rambutnya yang lurus sebahu jatuh ke pundaknya. Dengan jentikan jari dan mata binal ia memanggil Aldo dan menyuruhnya terlentang di matras. Bu Indah lalu menunggangi Aldo muridnya yang mempunyai postur tubuh paling besar di antara kelima muridnya itu, diikuti firman dan Noval yang langsung menyodorkan kemaluannya di depan mulut bu Indah. Persetubuhan hebat itu terjadi hampir 3 jam, dimana tubuh bu Indah digilir oleh lima orang siswanya. Entah berapa kali bu Indah mengalami orgasme, dan entah berapa banyak pula sperma yang tertumpah dari kelima murid bengal itu. Hingga di akhir persetubuhan itu bu Indah tampak meringkuk di atas matras kusam di dalam ruang kepramukaan, dengan mata terpejam dan senyum yang menghiasi bibir manisnya. Sementara kelima siswa bengal itu tampak duduk kelelahan masih dalam keadaan telanjang. Di tangan mereka tampak rokok-rokok yang menyala sedang mereka hisap. Sesekali Rizal mengabadikan keadaan bu Indah dengan kamera handphonenya. "Hahahaha...nambah lagi ni lonte gua" ucap Rizal dalam hati.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">################</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Masih di waktu yang sama ketika rapat sedang berlangsung, di sebuah ruangan disekolah itu nampak seorang wanita cantik dengan masih mengenakan baju khas para pengajar sedang asik menaik turunkan tubuhnya di pangkuan seorang laki-laki paruh baya yang jauh dari kata tampan. Pakaian wanita tersebut telah terbuka semua kancingnya, serta nampak wanita itu tidak memakai BH sehingga payudara putih mulusnya langsung tersaji di hadapan laki-laki paruh baya itu yang dengan rakus menjilati, mengulum bahkan menggigit kecil payudara wanita itu. Sementara celana panjang serta CD keduanya nampak berserakan di lantai ruangan tersebut.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh..iyaahhh..bu Ernita..ayoh lebih kencang buh" ucap laki-laki itu kepada wanita yang tengah asik menunggangi batang kelelakiannya yang hitam berotot. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mmmhh..iyahhh..innih..mangh..oh" balas wanita itu sambil terus menghentak-hentakkan pinggulnya yang semok di atas pangkuan laki-laki paruh baya tersebut yang tampak kewalahan mengimbangi gerakannya. Ya, mereka yang tengah bersetubuh itu tak lain dan tak bukan adalah bu Ernita si guru bahasa inggris yang alim itu, yang kini telah ketagihan rasa batang kemaluan laki-laki. Dan laki-laki yang kini beruntung mendapatkan service bu Ernita adalah mang Yono sang penjaga sekolah mesum yang selalu mupeng melihat lenggak-lenggok tubuh guru-guru muda di sekolah itu. Mereka tengah bersetubuh di ruang UKS yang letaknya tak jauh dari ruang kepala sekolah. Lenguhan-lenguhan bu Ernita menjadi pembangkit semangat Mang Yono dalam mengimbangi gerakan erotis bu Ernita yang semok. Sementara bagi bu Ernita, batang kemaluan mang Yono yang hitam, panjang dan besar serta berotot mampu memberikan rasa persetubuhan yang lain daripada persetubuhan yang biasa ia lakukan dengan suaminya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mangh...saya nyampe mangh...ohhh" ungkap bu Ernita ketika orgasme pertama dipagi itu datang menenggelamkannya dalam kenikmatan. Tubuhnya berkelojotan di atas tubuh mang Yono yang meringis menahan kenikmatan yang ditimbulkan oleh kontraksi dari vagina bu Ernita yang mendapatkan orgasme. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ahhh...bu..konthol mamang..rasanya kayak dikunyah" timpal mang Yono ketika merasakan efek yang ditimbulkan oleh orgasme yang menimpa bu Ernita. Setelah beberapa menit mengistirahatkan tubuhnya mereka kembali melanjutkan persetubuhan itu. Kini bu Ernita tampak pasrah mengangkang di atas kasur yang tersedia di ruang tersebut. Tangan bu Ernita tampak memeluk mesra tubuh kurus mang Yono yang kini tengah asik memagut bibir ranum bu Ernita dengan pinggul yang menghentak kasar memompa kemaluannya keluar masuk vagina guru bahasa inggris tersebut. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">##################</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu di ruang rapat, tampak semua berjalan dengan lancar. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kini yang tengah berbicara adalah pak Kusnadi yang dikenal sebagai wakil dari yayasan. Beliau sedang memaparkan apa saja yang dibutuhkan sekolah tersebut guna memenuhi kelengkapan sarana belajar siswa-siswinya. Saat itu pak Risman bukannya memperhatikan apa yang tengah dibicarakan. Kepala sekolah mesum itu malah sedang menikmati elusan tangan halus bu Astri yang tengah mengelus lembut batang kemaluan pak Risman dari luar celana panjangnya. Meja di depannya membuat kegiatan mesumnya bersama bu Astri terlindung dari perhatian orang-orang di ruangan tersebut. Sedang asik-asiknya bermesum ria di muka umum, pak Risman dikagetkan dengan kedatangan bu Melisa dihadapannya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"A..ada apa bu?" Tanya pak Risman kaget melihat kedatangan bu Melisa. "Gini pak, saya ada penawaran untuk sekolah ini..bisa kita bicara sebentar?" Jawab bu Melisa singkat. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh..iya tentu bu tentu...sebentar saya kasih instruksi dulu anak buah saya" ucap pak Risman semangat.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah meminta izin kepada beberapa pimpinan yayasan dan memberikan perintah kepada bawahannya untuk mencatat hasil rapat tersebut, pak Risman lalu keluar ruangan diikuti bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Begini pak, perusahaan saya bisa bekerja sama untuk pengadaan komputer di sekolah ini yang katanya sudah banyak yang rusak" ucap bu Melisa sesaat setelah mereka keluar ruang rapat. "Keuntungannya bisa kita bagi dua, bagaimana menurut pak Risman?" Lanjut bu Melisa memberikan penawaran. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tampak pak Risman sesaat seperti sedang berpikir, padahal yang dia pikirkan bukanlah barang yang bu Melisa tawarkan melainkan barang yang ada di balik pakaian yang bu Melisa kenakan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gini bu..kayaknya gak enak kalau kita ngomongin ini disini, gimana kalau kita ke ruangan saya saja" ajak pak Risman kepda bu Melisa dengan tawa yang menunjukan kemesumannya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu setelah bu Melisa menyetujui ajakan pak Risman, kepala sekolah itupun menunjukan arah menuju ruangannya. Sambil berjalan pak Risman tidak hentinya melirik tubuh bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...ini namanya tua-tua kelapa..makin tua makin banyak santannya" pikir pak Risman mengagumi tubuh bu Melisa yang tengah berjalan di sampingnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Melisa memang tampil luar biasa menggoda. Tubuhnya masih segar dengan kulit yang masih terlihat kencang di usianya yang menginjak 42 tahun. Pantat yang menungging serta payudara yang tampak membusung sama sekali tidak memperlihatkan kalau dia telah mempunyai anak yang kini telah duduk di kursi SMA kelas 3. Apalagi hari itu, pakaiannya sangat sexy dengan memakai rok ketat di atas lutut dan kemeja putih transparan, serta rambut coklat yang ia kuncir ke belakang memperlihatkan leher yang putih mulus menggoda kelelakian siapa saja yang melihatnya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Di tengah perjalannan menuju ruang kepala sekolah. Mereka berdua dikagetkan oleh suara desahan serta lenguhan dari dalam ruangan UKS yang mereka lewati. Bu Melisa tampak mengernyitkan dahinya sambil menoleh ke arah pak Risman. Ia sangat hafal dengan suara-suara itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Pak..tampaknya ada yang tidak beres di dalam sana" ucap bu Melisa setengah berbisik kepada pak Risman sambil tangan kanannya menunjuk ruangan asal suara itu keluar. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman mengangguk pelan, hatinya mulai was-was. Ia tau di ruangan tersebut pasti sedang terjadi persetubuhan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Waduh..bisa gawat ini kalau ketahuan..lagian siapa sih yang asik-asikan ngentot di ruangan ini" pikir pak Risman. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu bu Melisa menghampiri pintu ruangan tersebut, ia mengintip apa yang sedang terjadi di ruangan itu dari lubang kunci. Bukan main kagetnya bu Melisa saat itu. Walaupun terlihat tidak terlalu jelas, namun ia tahu jika didalam tengah terjadi persetubuhan. Ia hanya bisa melihat pantat seorang wanita berseragam guru tengah dipompa oleh laki-laki kurus. Suara wanita itu tampak menikmati apa yang dilakukan laki-laki kurus di belakangnya. Beberapa saat kemudian, tanpa bisa dicegah bu Melisa dengan emosi mengetuk pintu ruangan tersebut. Lalu tak berapa lama seorang laki-laki paruh baya membuka ruangan itu, wajahnya menampakan ketakutan dengan keringat yang masih mebasahi tubuhnya ia keluar dari ruangan tersebut. Tanpa ampun bu Melisa mencaci maki laki-laki tersebut yang tampak gemetar yang beberapa menit kemudian disusul oleh seorang wanita cantik berpakaian seragam pengajar dengan rambut yang belum ditata rapi. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Terkutuk kalian...biadab...kalian melakukan tindakan cabul di tempat yang tidak semestinya" maki bu Melisa sambil melayangkan tangannya ke arah wanita yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun pak Risman dengan cekatan menangkap tangan bu Melisa. "Tenang bu jangan terbawa emosi...kalian berdua ikut ke kantor saya" ucap pak Risman dengan nada galak yang di buat-buat.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ya, bu Melisa sudah memergoki bu Ernita dan mang Yono yang tadi tengah bersetubuh di ruang UKS. Keempat orang itu kini sudah berada di ruang kepala sekolah, yang tanpa sepengetahuan bu Melisa, pak Risman telah mengunci ruangan itu. Tampak bu Ernita dan mang Yono duduk berdampingan di atas sofa didalam ruangan tersebut. Mang Yono hanya bisa menunduk ketakutan, sementara bu Ernita terlihat datar seakan-akan tak terjadi apa-apa. Pak Risman menyilangkan kedua tangan di depan dadanya dan menggeleng-gelengkan kepala, bersandiwara seakan-akan dia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Beberapa menit suasana diruangan kepala sekolah tersebut hening. Sebelum bu Melisa angkat bicara dan memaki-maki penuh emosi terhadap bu Ernita dan mang Yono.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kamu wanita jalang...tak pantas jadi guru di sekolah ini...dasar pelacur murahan" maki bu Melisa dengan nada yang menunjukan kemarahannya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun tanpa disangka-sangka bu Ernita malah menghampiri bu Melisa yang tengah dilanda emosi. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kalau memang saya pelacur apa urusannya sama ibu? Apa ibu merasa tersaingi untuk mendapatkan kontol-kontol perkasa menjejali memek ibu?" Dengan nada sinis bu Ernita mengucapkan kata-kata itu tepat di depan wajah bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar perkataan bu Ernita, tak ayal lagi bu Melisa langsung melayangkan tangannya hendak menampar guru binal itu. Namun lagi-lagi tangannya ditangkap pak Risman, yang kini dengan kurang ajar langsung mendekap tubuh bu Melisa dari belakang. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hey...pak Risman apa-apaan ini" protes bu Melisa sambil meronta-ronta mencoba melepaskan dekapan pak Risman dari tubuhnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Akan tetapi bukannya melepaskan, pak Risman kini malah nampak membenamkan mukanya di leher jenjang bu Melisa. Hidungnya mengendus-ngendus menghisap aroma harum tubuh bu Melisa, bahkan lidahnya mulai berani menjilat leher jenjang itu. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Ernita saja bisa nikmatin kontol saya dan mang Yono, kenapa bu Melisa tidak sekalian saja menikmati juga" bisik pak Risman di telinga bu Melisa yang kemudian mengulum telinga wanita itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Anjing kau Risman..lepaskan..tak sudi aku melayanimu kepala sekolah bejat.." teriak bu Melisa sambil terus meronta-ronta. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu mang Yono dan bu Ernita hanya menonton bu Melisa yang meronta meminta untuk dilepaskan dari dekapan pak Risman. Semakin lama rontaan bu Melisa mulai melemah, tenaganya untuk melawan dekapan pak Risman mulai habis. Kini ia hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Sementara tangan pak Risman mulai bergerilya di tubuh sexy bu Melisa. Tangan-tangan pak Risman mulai secara intens meremas-remas payudaranya yang empuk. Diperlakukan seperti itu bu Melisa hanya bisa menangis, hingga bu Ernita memanggilnya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu..lihat sini, ni lihat..ini enaknya jadi pelacur,dapet kontol segede ini tiap hari" ucap bu Ernita yang kala itu tengah berlutut di depan mang Yono yang telah memelorotkan celana berikut celana dalamnya dan memperlihatkan batang kejantanan kebanggaannya di depan bu Ernita.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Melisa terbelalak kaget melihat aksi dari bu Ernita yang menjilati batang kemaluan mang Yono didepan mata kepalanya sendiri. Ia sungguh tak menyangka, guru wanita secantik ini mau melakukan hal yang merendahkan harga dirinya di depan laki-laki paruh baya yang kurus dan dekil serta jauh dari kata tampan. Bahkan wanita itu tampak menikmati pelecehan yang dilakukan laki-laki di depannya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Apa..yang wanita cantik ini lakukan..begitu nikmatkah kontol itu?" Itulah yang ada dipikiran bu Melisa saat melihat bu Ernita tersenyum ketika mang Yono memukul-mukulkan batang kemaluan besarnya di wajah guru bahasa inggris tersebut. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uh..apa..besar..ya, kontol itu memang sangat besar..nikmatkah?" Kembali pertanyaan terbersit dipikiran bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dilema terjadi didalam pikirannya, melihat batang kemaluan mang Yono yang hitam, besar dan berotot mengacung keras serta mengkilap akibat air liur bu Ernita yang dari tadi memanjakannya. Apalagi sudah tiga bulan ini bu Melisa tidak melakukan persetubuhan kerena suaminya adalah seorang pelaut. Di tengah-tengah kekalutannya, bu Melisa dikagetkan oleh sesuatu yang memasuki vaginanya. Tanpa sadar kemejanya telah dilucuti oleh pak Risman, begitupula dengan BH hitamnya yang kini terlihat tegeletak di lantai ruangan tersebut. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Kini posisinya tengah mengangkang di atas sofa, roknya kini sudah tergulung menggantung di pinggangnya, payudara kanannya tengah dihisap pak Risman dengan rakus, sedangkan payudara kirinya sedang diremas tangan kiri pak Risman yang mendekapnya dari belakang. Sementara itu, vaginanya yang mulai becek sedang ditusuk-tusuk jari tengah pak Risman.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aahhh...ough...tidak..bangsattt kamu Risman.." Lenguhan bu Melisa terdengar memilukan ketika jari tengah pak Risman memaksanya mendapatkan orgasme. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman tampak terkekeh menjijikan mendapati jari serta telapak tangannya dilumuri cairan putih kental yang menyembur dari vagina bu Melisa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hehe..katanya gak mau..tapi muncrat juga..enak ya bu" tanya pak Risman melecehkan bu Melisa. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Anjing kau Risman..haah..haah.." Jawab bu Melisa terengah-engah.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar jawaban bu Melisa, kepala sekolah mesum itu kembali mengocokan jari tengah gemuknya di vagina bu Melisa yang kembali melenguh-lenguh. Sesaat kemudian lenguhannya tertahan dikarenakan bu Ernita kini memagu-magut bibirnya. Bu Ernita kini berada di atas sofa dengan posisi menungging. Di belakangnya mang Yono menancapkan batang kemaluan besarnya di vagina guru bahasa inggris tersebut dan langsung mengocoknya dengan kasar. Kenikmatan yang bu Ernita dapatkan dari hujaman batang mang Yono ia lampiaskan terhadap bu Melisa yang kala itu kembali dilanda orgasme. Selang beberapa menit giliran bu Ernita yang mendapatkan orgasme hebat dari genjotan mang Yono. Itu merupakan orgasmenya yang ke 5 di hari itu yang ia dapatkan dari orang yang sama, hingga ia merasa badannya sudah tak bisa lagi dipakai untuk melayani pejantannya. Sebelum ambruk di atas sofa bu Ernita meminta bantuan kepada bu Melisa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tolong saya bu..tolong gantikan saya untuk memuaskan mereka" ucap bu Ernita kepada bu Melisa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Entah merasa iba dengan bu Ernita, atau memang bu Melisa menginginkan bersetubuh dan menikmati batang-batang besar milik kedua pejantan itu, kini ia tak menolak ketika disuruh pak Risman untuk menunggangi batang kejantanan mang Yono yang kini tengah duduk selonjoran di atas sofa di pinggir bu Ernita yang meringkuk kelelahan. Tampak bu Melisa menengadahkan kepalanya dan dengan mulut terbuka mengeluarkan desahan tertahan ketika mili demi mili batang kejantanan mang Yono yang ia pegang dengan jari-jari lentiknya memasuki vaginanya yang becek dan licin. Selang beberapa menit, sudah mulai terlihat bu Melisa dengan semangat menghentak-hentakan pinggulnya, menyerahkan vaginanya diobrak-abrik batang kejantanan mang Yono. Desahan penuh kenikmatan yang kini dihiasi senyum yang mengembang di bibir merahnya mengiringi suara tumbukan kedua alat kelamin tersebut. Ketika sedang asik menunggangi mang Yono, bu Melisa dikagetkan oleh batang kejantanan yang tak kalah besar dengan batangnya mang Yono yang menyentuh-nyentuh bibirnya. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ia menengadah ke atas dan terlihat pak Risman tengah menyeringai menjijikan terhadapnya sambil tangannya mengelus-elus kepalanya. Mengerti dengan keinginan kepala sekolah mesum itu, bu Melisa langsung memperlihatkan kebolehannya menyenangkan laki-laki. Ia mulai menjilati batang kejantanan pak Risman dari biji sampai ujung kepalanya dengan telaten hingga tak ada yang terlewat sedikitpun, lalu setelah itu ia mengulum kepala kejantanan pak Risman dan mengurut lembut batangnya hingga membuat pak Risman melenguh.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ouuuh bu..bu Melisa hebat sekali manjain kontol saya...udah kayak pelacur beneran..ahhh" ucap pak Risman ditengah-tengah kenikmatan yang ia dapatkan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun bukannya marah mendapatkan pelecehan tersebut, hati bu Melisa malah merasa senang dengan ucapan pak Risman itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh...beginikah yang dirasakan para pelacur itu..haaaah...sangat nikmat" itulah kata-kata yang ada di benak bu Melisa saat itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Terima kasssih pak Risman...saya memang pelacur pak" tanpa sadar kata-kata itu meluncur dari mulut bu Melisa, hingga ia mendapatkan orgasmenya yang hebat.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah orgasme bu Melisa mereda, pak Risman beralih ke belakang bu Melisa. Ia mngorek-ngorek lubang anus milik bu Melisa dengan jarinya serta sesekali meludahinya. Menyadari apa yang akan dilakukan kepala sekolah itu bu Melisa sedikit kaget.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh...pak jangan disitu, sakkkiiit" tolak bu Melisa. Namun pak Risman tak mendengarkan penolakan itu, kali ini ia sudah menempelkan ujung batang kejantanannya di lubang yang mengerucut itu. Perlahan-lahan ia mendorong batang kejantanannya tersebut dengan diiringi lenguhan yang terdengar memilukan. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tak memberi waktu untuk menghela nafas, pak Risman langsung menggenjot dengan brutal anus bu Melisa yang terus menjerit-jerit. "Ampuuun..oh..oh..panas..ahhh" ungkap bu Melisa merasakan dinding lubang anusnya seperti terbakar.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tapi setelah beberapa menit, rasa perih, sakit dan panas itu mulai hilang. Kini yang dirasakan bu Melisa adalah rasa nikmat yang tiada tara yang ia dapat dari kedua batang besar yang menyumpal lubang vagina dan anusnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Persetubuhan ketiganya terus berlanjut dengan berganti-ganti gaya maupun posisi. Kini bu Melisa sudah ketagihan batang kemaluan besar mang Yono dan pak Risman, bahkan ia rela melakukan adegan lesbian dengan bu Ernita demi membangkitkan gairah pejantan-pejantannya yang saat itu menonton kebinalannya beradegan lesby bersama bu Ernita dengan batang-batang yang layu di selangkangannya masing-masing. </span><br />
<i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><b><br />to be continued...<br />by: <a href="http://kisahbebe.blogspot.com/2014/10/predator-sekolah-3-para-murid-bengal.html">Lagimabok</a></b></i></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1899980606773130308.post-91838126338164805942014-12-04T00:31:00.000-08:002014-12-04T00:31:03.689-08:00Sekolah Penuh Gairah : 02 Rizal si murid bengal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu di toilet sekolah yang terletak paling ujung nampak pemandangan yang sangat menggugah hasrat. Dimana seorang laki-laki muda dengan masih menggunakan seragam SMA tengah meringis-ringis menahan kenikmatan. Celana seragam abu-abunya telah melorot sampai mata kaki, dan dibawahnya terlihat seorang guru cantik berkacamata tengah berjongkok mengulum kemaluan laki-laki tersebut yang lumayan besar untuk anak seusianya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Heeeehhhh...bu Ernita, sepongan ibu enak bangettt" ucap anak laki-laki itu sambil meringis menahan nikmat.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ya, ternyata yang tengah mengulum kemaluan itu adalah bu Ernita sang guru bahasa Inggris yang alim namun kini sudah ketagihan kemaluan laki-laki, dan anak laki-laki yang beruntung itu tak lain dan tak bukan adalah Rizal Ferianto anak kelas 2 di SMA tersebut yang tadi pagi memergoki bu Ernita tengah berasyik masyuk dengan pak Risman di ruang kepala sekolah. Rupanya Rizal telah berhasil membuat bu Ernita bertekuk lutut dengan bermodalkan foto-foto mesumnya bersama kepala sekolah tadi pagi. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh bu Ernita...ibu doyan kontol ya" tanya Rizal terhadap guru bahasa Inggrisnya tersebut tak sopan.</span><a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"></a><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar pertanyaan tersebut bu Ernita semakin memperhebat kulumannya. Lidahnya yang lembut ia sapukan pada lubang kencing muridnya, ia sedot lubang kencing tersebut hingga membuat muridnya tak bisa menahan kenikmatan dan memuntahkan spermanya di mulut bu Ernita yang dengan lahap melumat dan menelan sperma milik anak laki-laki itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...nikmat sekali sperma anak ini..bisa jadi obat awet muda nih hihi" pikir bu Ernita dengan tersenyum geli.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu, nanti lagi ya" ucap Rizal ketika selesai merapikan kembali pakaiannya bertepatan dengan bunyi bel tanda waktu istirahat telah habis. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Ernita hanya tersenyum menanggapi ucapan muridnya itu dan dengan hati-hati keluar dari toilet tersebut. Ketika bu Ernita tengah berjalan menuju kelas HP-nya bergetar tanda ada pesan masuk, lalu dia membuka pesan tersebut yang ternyata dari pak Risman. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Ernita saya tunggu sepulang sekolah di ruangan saya, ada kejutan buat ibu" itulah pesan yang diterima bu Ernita dari pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Bel tanda bubaran sekolah telah berbunyi. Di ruang guru tampak bu Astri sedang merenung. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Belum pulang bu?" Seseorang mengagetkan lamunan bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh bu Ernita..iya bu bentar lagi" jawabnya, </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"bu Ernita sendiri kenapa belum pulang?" Bu Astri balik bertanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Saya belum bisa pulang bu..pak Risman manggil saya" jawab bu Ernita dengan senyum penuh arti.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Akhirnya kedua guru cantik itu terlibat perbincangan yang sangat serius mengenai perlakuan pak Risman terhadap mereka berdua. Bu Ernita menceritakan bagaimana awalnya dia merasa jijik terhadap laki-laki itu namun pada akhirnya takluk pada kenikmatan dan keperkasaan pak Risman, bahkan kini ia mulai ketagihan kemaluan pria. Bu Ernita mengakui kini ia tak keberatan melayani pria manapun asalkan ia mendapat kepuasan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengarkan cerita bu Ernita, darah mulai berdesir di tubuh bu Astri, kemaluannya mulai basah, nafsunya mulai naik. Ia menjadi penasaran akan rasa dari kemaluan pak Risman yang diceritakan bu Ernita, apalagi sampai sekarang bu Astri tidak pernah merasakan kenikmatan dari persetubuhannya dengan suaminya yang menurutnya loyo.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Ernita, boleh saya ikut?" Ungkap bu Astri memohon pada bu Ernita karena sudah mulai tak tahan menahan nafsunya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Dengan senang hati bu" dengan senyum riang bu Ernita menjawab permintaan rekan gurunya tersebut dan menggandeng tangan bu Astri untuk bergegas menuju ruangan pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ketika mulai melangkah keluar ruang guru, disana sudah nampak Rizal tengah menunggu bu Ernita. Agak kaget juga mereka melihat Rizal yang cengengesan. Namun pikiran bu Ernita bekerja dengan cepat. Ia dengan berbisik-bisik kepada bu Astri menceritakan kejadian tadi di jam istirahat di toilet bersama muridnya itu. Ide untuk melakukan hal gila pun terbersit dipikiran bu Ernita yang ia ungkapkan kepada bu Astri. Lalu keduanya tersenyum saling memandang dan mengangguk bersamaan. Bu Ernita menggandeng tangan Rizal yang tentu saja hanya bisa mengikuti langkah terburu-buru kedua gurunya tersebut tanpa tahu maksud dari apa yang mereka bicarakan. Sesampai di depan ruang kepala sekolah, bu Ernita masuk terlebih dahulu. Alangkah kagetnya ia karena di ruangan tersebut pak Risman tidak sendiri, disana telah hadir mang Yono. Namun bu Ernita berusaha untuk tenang menghadapi dua predator yang akan memangsa tubuh semoknya ini. Pak Risman mulai menghampiri bu Ernita, akan tetapi langkahnya terhenti. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tunggu pak..bukan cuma bapak yang punya kejutan buat saya...tapi saya juga punya kejutan untuk bapak". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dengan senyum nakal dan kerling mata binal bu Ernita membuka pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan kedua orang yang tengah menunggu di luar ruangan tersebut untuk masuk. Alangkah kagetnya pak Risman dan mang Yono ketika melihat kedua orang itu masuk. Bu Astri tampak berjalan dengan anggun dan senyum malu-malu, sementara Rizal cuma cengangas-cengenges sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.</span><br />
<div style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px; text-align: right;">
</div>
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Astri yang sudah terpancing nafsunya oleh cerita bu Ernita langsung menghampiri pak Risman. Tangan kirinya merangkul leher pak Risman dan tangan kanannya mulai mengelus-ngelus kemaluan pak Risman yang mulai membengkak di dalam celana kerjanya. Lalu dengan senyum menantang ia pun berbisik, </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"bisa kita mulai sekarang pak Risman?". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dengan senyum memuakan pak Risman mengangguk dan membawa wanita itu ke sofa yang berada di tengah-tengah ruangan. Beberapa saat kemudian mereka sudah terlibat percumbuan hebat di atas sofa. Tak segan-segan pak Risman memagut bibir ranum wanita cantik berambut pendek itu, bahkan tangannya pun tak henti-hentinya bergerilya di tubuh sintal bu Astri. Remasan-remasan di payudara kiri dan kanan tak terelakan. Bahkan entah siapa yang memulai duluan kini mereka malah sudah saling menelanjangi. Bersamaan dengan itu bu Ernita lebih memilih daun mudanya untuk dicumbui. Ia memagut bibir sang murid dengan ganasnya dan penuh nafsu. Rizal yang tak mau kalah langsung meremas bokong gurunya itu dengan keras. Apalagi ketika ia melihat guru favoritnya yakni bu Astri sudah bertelanjang bulat bersama pak Risman, rasa cemburunya mulai timbul dan ia lampiaskan rasa itu terhadap bu Ernita yang nampak senang digumuli muridnya. Melihat kejadian itu mang Yono malah melongo tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sampai ketika bu Ernita dengan binal memanggilnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mang Yoonoo...ko malah nonton..sini dong".</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Seperti kerbau dicucuk hidung mang Yono menghampiri bu Ernita yang tengah asik mencumbu Rizal dalam posisi berdiri. Ia langsung memeluk tubuh bu Ernita dari belakang, tangannya merayap ke depan dan meremas payudara bu Ernita yang melenguh keenakan. Sementara itu di atas sofa bu Astri tengah mengangkang, vaginanya yang putih bersih tengah dijilati pak Risman. Lenguhan, desahan dan erangan nikmat keluar dari mulutnya yang menganga setiap kali pak Risman menyedot vagina merahnya. Hingga akhirnya gelombang orgasmenya pun tiba. Cairan putih kental menyembur dari kemaluan bu Astri hingga mulut kepala sekolahnya itupun belepotan oleh cairan itu. Di tempat yang tak jauh dari situ bu Ernita tengah mengerang di atas tubuh Rizal yang terlentang di lantai. Matanya mendelik-delik, mulutnya dipenuhi kemaluan besar mang Yono. Dengan lenguhan panjang orgasmenya pun tiba. Tubuhnya melengkung bak busur panah, badannya bergetar. Mang Yono tak ingin membuang waktu, ia langsung mengambil posisi di belakang bu Ernita, mencengkram pantanya dan meludahi lubang anus bu Ernita. Sadar akan hal itu bu Ernita bukannya menghindar, ia malah menggunakan tangannya sendiri untuk menunjukan lubang anusnya kepada mang Yono. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Inih mang...oooh...ayoh kontolllin anus saya" racau bu Ernita menggoda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Diiringi lenguhan memilukan akhirnya kemaluan mang Yono amblas di lubang anus bu Ernita. Dengan tak memberi kesempatan mang Yono langsung menggenjot keluar masuk kemaluan besarnya dengan ganas sehingga bu Ernita hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa mengeluarkan suara. Sementara itu, semenjak jebolnya anus bu Ernita oleh kemaluan mang Yono, Rizal merasa vagina bu Ernita semakin menggigit yang membuat dirinya tak kuat untuk tak menyemburkan spermanya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah orgasme Rizal mereda, mang Yono menggirng bu Ernita menuju sofa, dimana terdapat bu Astri yang tengah didoggy pak Risman. Akhirnya mereka seperti berlomba menghantam pantat lawan mainnya dimana yang satu mencoblos vagina, dan yang satunya mencoblos anus.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh..bu..er..nih..tah..ohhh..enak..kontol..p ak Risss..man..ennak..haaah" racau terputus-putus bu Astri seolah ingin memamerkan kenikmatan yang ia dapat dari kemaluan yang bersarang di vaginanya terhadap temannya sesama pengajar itu, namun bu Ernita tak bergeming mendengar racauan bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Matanya terpejam, mulutnya menganga seolah-olah tengah meresapi kebrutalan mang Yono menghujamkan kemaluannya di anus perawan miliknya. Hingga beberapa menit kemudian bu Ernita berkelojotan. Dari vaginanya mengucur cairan orgasme yang sangat banyak. Mang Yono pun menghentikan genjotannya. Bu Ernita ambruk di atas sofa ketika mang Yono mencabut kemaluan dari anusnya. Ia sangat lemas tak bertenaga, tulang-tulangnya seperti dilolosi. Hanya deru nafas yang terdengar memburu dari bibirnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Ernita yang binal sudah K.O pak" Ucap mang Yono kepada pak Risman dan mereka pun tertawa terbahak-bahak menjijikan. Mendengar ucapan itu bu Ernita tampak menyunggingkan bibirnya walaupun dengan mata terpejam dia bangga bisa mendapatkan kepuasan dari persetubuhan itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Astri yang melihat bu Ernita tak berdaya mulai iri dengan keadaan temannya itu. Ia juga menginginkan hal yang sama yakni mendapatkan kepuasan yang maksimal. Lalu dengan nada menggoda dia menoleh ke arah mang Yono, </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"mang...entot Astri juga dong". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mang Yono yang kaget langsung berpandangan dengan pak Risman dan tertawa. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hahahaha...Emangnya bu Astri mau dikontolin juga boolnya?" tanya mang Yono yang dijawab bu Astri dengan anggukan sambil menggigit ujung jari telunjuk tangan kirinya pertanda dia sangat menginginkannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu pak Risman mengatur posisi mereka bertiga, mang Yono kini ditunggangi bu Astri yang merelakan vagina legitnya melahap kemaluan mang Yono. Ketika pak Risman berusaha memasukan kemaluannya ke dalam lubang anus bu Astri, maka tak terelakan lagi jeritan, lenguhan bahkan tangisan pilu tanda kesakitan membahana di ruangan itu. Namun selang beberapa menit semuanya sekan berubah 360 derajat. Kini bu Astri tampak menikmati kedua lubangnya dinikmati dua pria berkemaluan besar. Bahkan ketika Rizal menghampirinya ia tak segan untuk menikmati kemaluan murid laki-lakinya itu dengan mulutnya. Persetubuhan itu terus berlanjut, bu Astri akhirnya menjadi korban kedua kepala sekolah mesum itu. Mereka baru menghentikan persetubuhan itu setelah bu Astri pingsan kelelahan. Namun walaupun dalam keadaan pingsan, senyum kepuasan nampak tersungging dari bibir bu Astri. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian pak Risman mendapatkan mangsa pertamanya bu Ernita. Di ruangannya tampak kepala sekolah mesum itu sedang sumringah karena berhasil mendapatkan impiannya untuk menggagahi dua guru sexy yang selalu menjadi impian para laki-laki di sekolah itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tinggal melanjutkan apa yang sudah aku mulai" pikirnya. Kini rencana untuk menaklukan guru-guru yang lain mulai dia pikirkan, "siapa selanjutnya" itulah yang terlintas dalam benaknya saat itu. "bu Linda atau bu Indah?". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Keduanya sama-sama menggiurkan untuk dijamah. Senjata di selangkangannya mulai mengeras tanda birahinya sudah naik ketika memikirkan guru-guru perempuan nan cantik dan sexy di sekolah yang dia pimpin itu. Lalu dia mulai melihat-lihat jadwal mengajar para guru yang tampil di layar komputer di meja kerjanya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm...tampaknya aku harus menuntaskan hajatku dulu" sambil tersenyum kepala sekolah itu mengambil blackberry dari saku celananya dan mengirimkan pesan kepada seseorang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Drrt...drrt.." Handphone bu Astri bergetar tanda ada pesan yang masuk. Setelah ia membaca pesan itu ia kelihatan tersenyum penuh arti. "Baik anak-anak, sekian dulu pelajaran dari ibu hari ini...jangan lupa PR kalian besok dikumpulkan di meja ibu ya" ucap bu Astri yang saat itu menyudahi jam pelajarannya dan dijawab serempak oleh semua murid di kelas itu. Bu Astri lalu meninggalkan kelas tersebut dan menuju ruang guru. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Huh...dasar kepala sekolah mesum,tau aja kalau aku ada jam kosong" begitulah yang ada dipikiran bu Astri saat itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Ruang guru nampak lengang ketika bu Astri datang, hanya ada beberapa guru di sana termasuk bu Linda yang saat itu tengah mengoreksi hasil ulangan murid-muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh bu Astri,selamat pagi...cantik bener bu" sapa bu Linda basa-basi. Tapi memang hari itu bu Astri nampak cantik sekali dengan seragam batik berwarna biru dan rok selutut warna biru tua yang selaras dengan baju yang ia pakai. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ah bu Linda bisa aja" sahut bu Astri dengan senyum khas yang menghias wajahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Loh...mau kemana lagi bu?" Sahut bu Linda yang melihat bu Astri akan keluar ruangan tersebut setelah terlebih dahulu menyimpan tas dan buku-buku yang ia bawa. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh..ini..anu bu mau ke ruangan pak Risman..tadi dia manggil saya katanya ada yang mau dibicarakan" jawab bu Astri tergagap menjawab pertanyaan bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh.." Jawab bu Linda singkat sambil mengernyitkan dahinya. Terlintas kecurigaan dipikiran bu Linda, " ada apa ya ko akhir-akhir ini pak Risman sering sekali memanggil bu Ernita sama bu Astri?"</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Jam menunjukan pukul 09.00 saat bu Astri mengetuk ruang kepala sekolah. Tak lama kemudian pintu ruangan itu dibuka, dari dalam nampak seorang laki-laki buncit dengan baju kemeja yang kancingnya sudah terbuka semuanya tersenyum menjijikan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oh bu Astri...mari masuk cantik..baru aja kita mau mulai" ucap laki-laki itu mempersilahkan bu Astri. Nampak di dalam ruangan itu bu Ernita tengah duduk di atas sofa dengan menumpangkan kaki kiri di atas kaki kanannya menunjukan keindahan pahanya yang jenjang dan mulus. Dagunya ditopang tangan kanannya yang bersandar di sandaran sofa tersebut. Bu Ernita tampak melambaikan tangan menyapa bu Astri yang baru saja datang.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hai bu Astri...mari sini bu...pak Risman dari tadi katanya gak sabar nunggu ibu" ucap bu Ernita dengan senyum genit dan mata melirik pak Risman. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ah..bu Ernita ini bisa aja..kan udah ada ibu yang goyangannya lebih mantap dari saya" jawab bu Astri dengan kerling mata yang tak kalah genitnya dari bu Ernita. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gak tau ni bu, kepala sekolah kita ini maunya aneh-aneh deh" lanjut bu Ernita sambil memajukan bibir ranumnya yang disambut oleh gelak tawa pak Risman yang menjijikan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tapi biarpun aneh kalian doyan kan sama kontol saya" tanya pak Risman kepada keduanya yang dijawab dengan anggukan serempak keduanya. "Abisnya kontol bapak gede sih...memek saya jadi nyutnyutan.." Ucap bu Astri dengan tawa renyahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya pak...ni di memek saya aja masih berasa" timpal bu Ernita sambil mengelus-ngelus vaginanya dari belakang dengan tangan kirinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Terdengar sekali percakapan mereka bertiga sudah menjurus ke hal-hal yang tidak lazim dilakukan oleh guru dan kepala sekolah, dan tanpa mereka sadari diluar ruangan itu tampak seseorang sedang mengintip dan menguping percakapan mereka. Rupanya bu Linda yang mencurigai ada hal yang ganjil di ruangan kepala sekolah tersebut tadi mengikuti bu Astri. Tengah asik-asiknya mengintip terasa ada yang menepuk pundak bu Linda. Dengan kaget ia menoleh ke arah orang yang menepuk pundaknya. "Uhhh...kamu Rizal...hampir saja jantung ibu copot" ucap bu Linda dengan suara pelan takut terdengar oleh orang-orang yang tengah berada di dalam ruangan kepala sekolah tersebut. Dengan meletakan jari telunjuk di depan bibirnya, Rizal menggandeng tangan guru bahasa Indonesianya itu mengajak ke belakang ruang kepala sekolah tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Nah..ibu kalau mau ngintip dari sini aja bu lebih jelas" ucap Rizal kepada bu Linda menunjukan tempat ia mengintip bu Ernita kemarin sehingga pada akhirnya ia pun mendapat kesempatan menikmati tubuh bu Ernita dan bu Astri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sebenarnya Rizal sendiri takut kalau rahasianya terbongkar. Namun demi melihat pantat aduhai bu Linda dan harum tubuh guru bahasa Indonesianya itu dia sedikit berjudi. Siapa tahu dia juga bisa menikmati tubuh bu Linda yang dia ketahui sudah menjanda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu Linda kan doyan kontol...apalagi kalau gue kasih nonton langsung kayak gini pasti dia terangsang" pikir murid bengal itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun saat itu bu Linda yang juga penasaran ingin mengintip apa yang terjadi dalam ruangan kepala sekolah itu tampak risih dengan kehadiran muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Kamu kan harusnya ada di kelas...jam pelajaran siapa sekarang?" tanya bu Linda masih dengan suara berbisik takut terdengar orang-orang di dalam ruangan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal yang ditanya malah cengengesan dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Udah bu kalau mau ngintip ya barengan" jawab murid itu enteng. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Linda sangat kesal sekali dengan murid bengal ini. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Awas ya, mata pelajaran saya kamu gak akan saya kasih nilai karena ketahuan sekarang bolos" ancam bu Linda dengan mata melotot. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu..jam sekarang saya harusnya belajar bahasa Inggris sama bu Ernita..tuh gurunya ada didalem" kembali Rizal menjawab sambil menunjuk ke arah ruangan tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ya sudahlah..." Jawab bu Linda kesal lalu memalingkan mukanya ke celah jendela yang berada di belakang ruangan kepala sekolah tersebut yang ditunjukan muridnya sebagai tempat yang bagus untuk mengintip.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Di dalam ruangan kepala sekolah tersebut tampak pemandangan erotis tengah terjadi. Pak Risman si kepala sekolah mesum sedang diapit dua guru cantik nan sexy yang nampak manja dalam pelukannya. Bu Ernita tampak sedang memagut bibir kepala sekolah itu dengan penuh hasrat yang menggebu, sementara bu Astri tengah sibuk menciumi dada sampai leher dan telinga kepala sekolah tersebut. Tangannya pun tak ketinggalan. Keduanya tampak kompak dimana tangan bu Astri tengah mengocok pelan batang kemaluan pak Risman yang telah memelorotkan celana berikut celana dalamnya sampai mata kaki, sementara tangan bu Ernita tampak memijit-mijit biji kemaluan kepala sekolah itu dengan penuh hasrat. Benar-benar awal yang gemilang yang dilakukan mereka bertiga dalam memulai persetubuhan, dimana kedua wanita itu tampak saling membantu. Ketika pak Risman beralih memagut bibir tipis bu Astri, tampak bu Ernita menjilati dada dan leher kepala sekolah tersebut. Sampai pada suatu ketika entah siapa yang memulai bibir bu Astri dan bu Ernita bertemu di depan wajah mesum pak Risman. Keduanya saling memagut, memainkan lidah sambil memejamkan mata sampai air liur keduanya menetes-netes dengan tangan-tangan mereka yang tak lepas dari batang kemaluan pak Risman yang semakin membengkak menunjukan otot-otot keperkasaannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Desah kenikmatan ketiganya terdengar di ruangan kepala sekolah tersebut yang dalam tiga hari ini selalu beraroma mesum. Nampak kedua wanita ini kini berlomba saling menelanjangi satu sama lain, hingga yang tersisa dari keduanya hanya sepatu berhak tinggi yang menambah kesan sexy di kaki-kaki jenjang kedua guru sexy ini. Bu Astri menarik ikat rambut Bu Ernita sehingga rambut hitam wanita berkacamata itu kini tergerai hingga sedada, menambah kesan seksi dan liar. Pak Risman hanya bisa tersenyum dan melongo disuguhi tontonan kebinalan dari kedua anak buahnya itu. Seperti sudah direncanakan keduanya kali ini tampak meremas-remas bongkahan payudara mereka masing-masing dengan wajah binal penuh birahi di depan kepala pak Risman si kepala sekolah mesum yang beruntung.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bapak...pagi ini udah minum cucu belum" tanya bu Ernita genit yang ditimpali tawa genit bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Lalu bu Astri menyodorkan puting payudaranya ke depan bibir sang kepala sekolah. "Nih pak diminum dulu nenennya biar kuat ngentotin kita berdua" ucap bu Astri yang langsung tidak disia-siakan pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman menyedot puting payudara yang disodorkan bu Astri sambil tangan kanannya juga ikut meremas payudara bu Astri yang satunya, sementara tangan kirinya asik meremas-remas pantat bu Ernita dan sesekali jari manisnya ia tusukan di vagina guru bahasa Inggris tersebut dari arah belakang. Selang beberapa menit gantian payudara bu Ernita yang jadi sasaran kepala sekolah mesum itu dan pantat bu Astri yang kini jadi sasaran tangan kanannya. Lenguhan kedua guru sexy tersebut semakin meramaikan suasana pagi itu di ruangan pak Risman sang kepala sekolah. Sungguh tak bisa dipercaya, sekolah yang seharusnya menjadi tempat menuntut ilmu malah mereka jadikan tempat menuntut kepuasan dalam mengadu hasrat. Setelah beberapa menit berganti-ganti pak Risman menikmati payudara kedua anak buahnya kini pemandangan mulai berubah. Bu Ernita tengah bersimpuh di lantai, bibir ranumnya yang dihiasi lipstick tipis tengah memagut kemaluan besar berotot atasannya sambil sesekali menjilat dan mengemut bijinya. Sementara bu Astri tengah berdiri di sofa tersebut, kaki jenjangnya mengangkangi tubuh pak Risman yang dia paksa membenamkan kepalanya untuk menjilati vagina tembem miliknya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uuuh...yahhh...jilat disitu pak...yahhh..emut itilnya pak..ahhh" racau bu Astri sambil pantatnya bergoyang di atas wajah pak Risman dan mata terpejam dengan tangan yang terus meremas payudaranya sendiri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Selang 5 menit tampak bu Astri berkelojotan, kepalanya mendongak ke atas, matanya mendelik hingga menampakan putihnya saja, mulutnya menganga dan dari vaginanya menyembur cairan kenikmatan pertanda orgasme pertamanya pagi itu telah ia dapatkan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaaahhh..paaak Risss..man..saya dappp..pet..ahhh" racau bu Astri ketika orgasmenya tiba.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah menuntaskan orgasme pertamanya bu Astri beranjak dari wajah pak Risman yang kini belepotan cairan kenikmatan yang menyembur dari vagina bu Astri. Ia menungging di sofa dan ikut membantu bu Ernita yang masih asik menikmati batang kemaluan pak Risman dengan lidah dan bibirnya. Kembali kekompakan tampak pada keduanya, bu Ernita dan bu Astri saling bergantian memanjakan kemaluan besar milik kepala sekolahnya yang diselingi dengan ciuman kedua bibir ranum mereka.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman hanya bisa mengerang-ngerang menahan kenikmatan sambil matanya melekat pada kedua wanita yang sedang memanjakan kemaluannya. "Ahhhh...sudah ibu-ibu...ayo sekarang siapa yang mau duluan memeknya saya coblos" tanya pak Risman yang takut kemaluannya keburu menyembur akibat lumatan-lumatan kedua guru sexy tersebut.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Mendengar pertanyaan pak Risman, Bu Ernita lalu beranjak. Ia lalu tiduran di atas sofa sambil mengangkangkan kedua kakinya menunjukan vagina yang merekah sambil mengelus-elusnya di hadapan kepala sekolahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayo pak..ini memeknya udah pengen dienjot" ucap bu Ernita genit. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Pak Risman langsung berlutut mengarahkan kemaluan besarnya ke lubang legit vagina bu Ernita dengan kedua tangan menopang tubuhnya di kedua sisi kepala guru bahasa Inggris tersebut. Bu Ernita tak tinggal diam. Tangan kanannya menggapai kemaluan besar pak Risman dan membantu mengarahkan kemaluan itu ke lubang vaginanya yang ia rekahkan dengan jari-jari tangan kirinya, dan </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaaaah..Ahhh..uhhh" desahan kenikmatan bu Ernita terdengar seiring kemaluan pak Risman yang memasuki vaginanya dengan perlahan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah semua kemaluannya tertanam di vagina bu Ernita, pak Risman tanpa berlama-lama langsung menggenjot dengan tempo cepat. Maka tak terelakan lagi kini desahan langsung berubah menjadi erangan. "Oughhh..iyah..iyah..arrrghhh" erang bu Ernita menikmati genjotan ganas pak Risman sambil memejamkan mata dan tangan yang meremas-remas payudara sendiri.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Enak kan bu kontol sayah..heh" tanya pak Risman sambil mempercepat genjotannya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tubuh bu Ernita semakin terguncang-guncang akibat dahsyatnya genjotan kepala sekolahnya tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ough...ii..yah..kont..hol..bapp..pak en..nak..yahhh" jawab bu Ernita terputus-putus.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sementara itu di sofa yang satunya lagi tampak pemandangan erotis yang lain. Bu Astri tampak menikmati tontonan di depannya dimana temannya sesama pengajar tengah disetubuhi oleh kepala sekolahnya. Birahinya yang memuncak akibat tontonnan di depan matanya membuatnya tak sadar bermasturbasi. Bu Astri menaikan kakinya keatas sofa dan mengangkang membuat vaginanya tampak merekah menantang. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya telah keluar masuk mencoblos vaginanya sendiri dengan jari jempol tangannya ikut menggosok biji klitorisnya. Sementara tangan kirinya dengan intens meremas bergantian payudara kiri dan kanannya. Bu Astri terlarut dengan tontonnanya hingga teriakan histeris bu Ernita yang mendapatkan orgasme menyadarkannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aaaarggghhh...yaaaahhh pak...saya muncrat" teriak lirih bu Ernita mendapatkan orgasmenya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah orgasme bu Ernita mereda, pak Risman mencabut batang kebanggaannya dan menghela nafas panjang. Tapi ketika itu sebuah suara merdu memanggilnya dan ia pun kembali menunjukan senyum menjijikannya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Pak Risman...kontolin lubang pantat Astri dong...gattteelll" panggil bu Astri dengan nada genit yang sekarang tengah menungging di atas sofa sambil merekahkan lubang pantatnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Dengan senang hati bu Astri" jawab pak Risman sambil beranjak ke belakang tubuh bu Astri dan mengarahkan batang kemaluan besarnya ke arah lubang pantat bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ough...yaaahhh...pelan pak...mual" seru bu Astri ketika batang pak Risman menerobos lubang pantatnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun bukannya menurut pak Risman malah langsung kembali menggenjot lubang itu dengan ganas. Sesekali ia meludahi batang kemaluan dan lubang pantat bu Astri yang terasa sangat sempit.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh..yeah..bu Astri kalau melacur pasti laku..ahhh" ucap pak Risman tak senonoh sambil menggenjot pantat bu Astri. "Ahhhh...iya..Astri..ma..uh..jadi..pe..la..cur..bi ar da..pet..banyak..kont..thol" jawab bu Astri terpatah-patah.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Keasikan menggenjot bu Astri kepala sekolah itu tak sadar dengan keberadaan bu Ernita. Hingga ia dikejutkan oleh rangkulan bu Ernita di belakangnya yang menggesek-gesekan puting payudara di punggungnya dan dengan bibir yang menciumi belakang daun telinganya sambil berbisik. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayo pak Risman..cepet keluarin..pelacur-pelacur bapak ini sebentar lagi mesti kembali mengajar" bisik bu Ernita sambil menggigit pelan daun telinga kanan pak Risman.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Selang beberapa menit bu Astri mulai kelojotan, tampak orgasmenya mulai menghampiri. Begitupun dengan pak Risman, ia sudah tak mampu lagi menahan kenikmatan dari lubang panas dan sempit pantat bu Astri. Hingga akhirnya pak Risman menancapkan batangnya dalam-dalam di lubang pantat bu Astri dan menyemburkan spermanya di lubang itu yang disusul oleh vagina bu Astri yang juga menyemburkan cairan orgasmenya. Beberapa menit setelah persetubuhan itu tampak ketiga orang tersebut tengah mengistirahatkan dirinya. Pak Risman yang telanjang duduk di sofa dengan wajah senang diapit dua guru sexy yang memeluknya dengan tubuh sudah berkeringat dan rambut agak acak-acakan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">################### </span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Dalam waktu yang sama ketika persetubuhan threesome itu berlangsung di ruang kepala sekolah tersebut, bu Linda yang sedang mengintip hanya bisa menutup mulutnya karena tak percaya guru-guru cantik yang terlihat alim itu ternyata mau bersetubuh dengan cara seperti itu dengan kepala sekolahnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Aku aja yang doyan kontol gak pernah threesome...tapi mereka ini aduuuh" pikir bu Linda tak percaya dengan apa yang dilihatnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Adegan demi adegan persetubuhan di dalam ruangan kepala sekolah itu terus ia lihat. Tanpa ia sadari birahinya mulai naik, kakinya mulai tidak bisa diam karena dari vaginanya mulai keluar cairan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uuuh..ko aku malah sange" pikirnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Tangan bu Linda tanpa sadar mulai meremasi payudara besarnya yang menggantung, ia lupa kalau saat itu ia tak sendirian. Bu Linda baru sadar setelah terasa ada yang mengelus pantat semoknya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh Rizal..ngapain kamu? Jangan kurang ajar ya" bu Linda langsung memarahi anak itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun Rizal menghadapinya dengan tenang ia malah meletakan jari telunjuk tangan kanannya didepan bibirnya sambil tangan kirinya meraih bahu bu Linda guru bahasa Indonesianya dan mendorongnya agar kembali membungkuk untuk mengintip lagi apa yang terjadi di ruang kepala sekolah tersebut. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ssssttt...jangan kenceng-kenceng bu..nanti ketauan" ucap rizal terhadap gurunya itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Linda hanya menurut apa yang dikatakan muridnya dan kembali mengintip. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Tuh bu, lihat tuh bu Ernita sama bu Astri binal banget ya..pasti mereka bisa jadi kesayangan pak Risman tuh" bisik Rizal kepada bu Linda. "Wiiih...tuh lihat bu goyangan bu Astri, mantap ya..ibu bisa gak" Rizal berkomentar lagi terhadap apa yang dia dan bu Linda lihat di dalam ruangan itu sambil tangannya kembali mengelus-ngelus bongkahan pantat bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Namun kali ini tidak ada penolakan dari bu Linda. Ia malah tampak serius melihat adegan yang terjadi di dalam sana.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uh..dasar anak bau kencur..aku goyang baru tau rasa dia" ucap bu Linda dalam hatinya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rasa iri yang timbul karena tontonnan dari dalam ruangan membuat birahinya naik. Hingga saat tangan Rizal menyingkap roknya mengelus-elus pahanya hingga terus menyentuh vaginanya dengan jari tengahnya pun bu Linda tak menggubrisnya. Bahkan elusan itu malah menambah naik nafsu birahinya. Melihat tak ada penolakan dari gurunya, Rizal semakin berani. Ia menusuk-nusukan jarinya ke vagina bu Linda yang walaupun masih terhalang celana dalamnya tetap saja mampu membuatnya melenguh nikmat.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh..Rizal..uuhh..apa yang kamu lakuin sama ibu" tanya bu Linda. Dengan santai Rizal menjawab, </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"nikmati aja bu..saya pengen tau..enak mana memek bu Linda, bu Astri atau bu Ernita". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ja..jadi kamu juga udah pernah ngentot mereka" tanya bu Linda kaget. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gak cuma saya bu..mang Yono juga kemaren ikutan..nih saya ada videonya" terang Rizal memberitahukan apa yang kemarin ia dapat dari bu Ernita dan bu Astri. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Apah??? Ma..mang Yono" tanya bu Ernita tak percaya kalau rekan-rekannya yang nampak seperti wanita terhormat itu juga mau melayani penjaga sekolah. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Iya bu..makanya saya juga sekarang pengen entot ibu" jawab Rizal enteng seakan-akan dia bukan tengah berbicara dengan gurunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal mulai berani berlaku lebih kurang ajar terhadap bu Linda. Kali ini tangan kanannya menggapai payudara bu Linda yang sebelah kanan yang langsung diremas-remasnya. Sementara tangan kirinya terus menjamah vagina bu Linda dari balik celanannya. Selang beberapa menit Rizal mendekatkan wajahnya ke wajah bu Linda dan mencium pipi bu Linda yang sudah merah merona karena birahi yang meninggi akibat tontonan mesum di dalam ruangan kepala sekolah tersebut. Rizal pun berbisik pada gurunya, </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"bu celana dalamnya saya buka ya..saya pengen jilatin memek ibu". </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Linda mendengar pertanyaan kurang ajar itu malah tersenyum malu-malu tapi mau. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Eh..zal..inikan diluar..kalau ada orang lihat gimana" jawab bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Gak bakalan ada orang kesini ko bu..percaya deh" ucap Rizal. "Hmmm..iya deh" jawab bu Linda sambil menganggukan kepalanya yang diiringi senyum yang malu-malu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ya udah ibu nonton mereka ngentot aja..biar saya yang puasin ibu" kembali Rizal memberi perintah kepada gurunya sambil mulai menurunkan celana dalam hitam berenda gurunya itu yang anehnya malah dituruti oleh bu Linda.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Uhhh...memek yang menggoda" gumam Rizal ketika melihat vagina gurunya yang bersih dari bulu sambil berjongkok dari arah belakang. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Linda tersentak kaget ketika merasakan benda basah dan kasar menyapu lubang vaginanya. Rupanya Rizal sudah mulai menjilati vagina gurunya tersebut, sambil meremasi pantatnya yang semok. Lenguhan-lenguhan tertahan keluar dari mulut bu Linda, apalagi ketika Rizal muridnya merekahkan lubang pantatnya dan menjilati bahkan menyedot-nyedot lubang itu. Dengan tangan kanan menopang tubuhnya pada tembok dan tangan kiri menutup mulutnya, bu Linda hanya bisa merem melek menikmati perlakuan murid bengalnya ini. Belum pernah ada orang yang mau menjilati lubang pantatnya, tapi anak ini benar-benar berani bahkan tak cuma menjilat tapi ia juga menyedot-nyedot lubang itu. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh nikmat" itulah yang terucap dalam hatinya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Sambil menjilati lubang pantatnya kini jari tengah tangan Rizal mulai bermain di lubang vagina bu Linda yang sudah basah. Ia kocok lubang itu dengan kencang sampai akhirnya bu Linda orgasme di tangan muridnya sendiri. Bu Linda hanya bisa memejamkan mata saat orgasme itu meluluh lantakan tubuhnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh...Rizzzall..pintar sekali kamu muasin ibu" ucapnya sambil tersenyum menoleh ke arah pantatnya yang mana Rizal muridnya masih asik menjilati cairan orgasmenya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Setelah puas dengan cairan orgasme gurunya Rizal pun berdiri menghampiri kepala gurunya tersebut dan memelorotkan celananya, lalu mengeluarkan batang kemaluan panjang miliknya. Dengan bangga Rizal menunjukan batang kemaluan panjangnya itu terhadap guru bahasa Indonesianya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Bu..lihat ni kontol aku..masukin ke memek ibu ya" tanya Rizal kepada gurunya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Bu Linda terlihat kaget melihat batang kemaluan Rizal yang panjang dan keras itu, ia tak menyangka kalau muridnya ini punya batang yang bagus untuk dijadikan peliharaan. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ko gak bilang-bilang sama ibu kalo kamu punya kontol bagus? Tau kayak gini ibu gak usah repot-repot nyari kontol buat muasin memek ibu" ucap bu Linda sambil menjilati bibir atasnya tanda ia sangat menginginkan batang kemaluan muridnya itu.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal hanya tersenyum lalu menyodorkan kemaluannya kedepan bibir indah yang selalu dihiasi lipstick milik bu Linda. Dengan rakus bu Linda langsung mengulum batang muridnya tersebut. Setelah puas bu Linda melepaskan batang kemaluan muridnya itu dari mulutnya. Lalu dengan mata sayu penuh birahi ia pun meminta Rizal segera menusuk vaginanya dengan batang kemaluan yang ia miliki. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Ayo zal tusuk memek ibu sama kontol kamu" ucap bu Linda.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal lalu bersiap di pantat bu Linda yang menungging lalu menusukan dengan perlahan batang miliknya kedalam vagina milik guru bahasa Indonesianya. Mata bu Linda mendelik, mulutnya menganga menikmati penetrasi gemilang dari muridnya. Setelah beberapa menit menikmati remasan vagina gurunya di batang kemaluan miliknya, Rizal lalu menggenjot dengan tempo sedang. Dia sangat menikmati bagaimana pantat gurunya itu ikut bergoyang mengiringi genjotannya. Begitupun sebaliknya, bu Linda sangat menikmati gesekan otot kemaluan milik muridnya menggaruk dinding vaginanya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh...bu..memek ibu gak kalah legitnya sama memek bu Astri ataupu bu Ernita.." Ungkap Rizal merasakan empotan memek bu Linda. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Mmmhhh...yah zal...kontol kamu juga ennak..nanti ibu kasih temen ibu yah" balas bu Linda mengomentari batang kemaluan muridnya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Menit demi menit berlalu. Genjotan Rizal dan goyangan pantat bu Linda makin hebat. Desahan-desahan penuh kenikmatan dari dua orang itupun makin kacau. Bu Linda sudah melupakan niatnya mengintip bu Astri dan bu Ernita yang tengah bersetubuh dengan pak Risman di ruang kepala sekolah tersebut. Kini bu Linda hanya ingin menikmati apa yang ia dapatkan dari muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Hmmm..dasar murid nakal..berani entotin gurunya ahhh.." Ucap bu Linda sambil tersenyum menoleh terhadap Rizal muridnya sambil menggoyangkan pantat semoknya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"Oooh...bu..oh dasar guru lonte..doyan kontol murid..oh.." Balas Rizal terhadap gurunya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Akhirnya bu Linda mulai diserang orgasme, badannya menegang, kakinya berjinjit, bibir bawahnya ia gigit. Sambil memejamkan mata ia mulai merasakan vaginanya berkedut dan menyemburkan cairan kenikmatan. "Oooh..Rizal..ibu keluar ahhh..ibu dapet..ahhh" desah lirih bu Linda ketika orgasmenya tiba.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">Rizal yang merasakan batangnya dipijat dalam vagina gurunya juga merasakan yang sama. Dengan meremas pantat bu Linda ia tancapkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya di lubang vagina bu Linda. Lalu beberapa kedutan di batang kemaluanya mengiringi semburan sperma kental di rahim gurunya. Setelah kenikmatan itu mereda Rizal mencabut batangnya perlahan dan mencium bongkahan pantat bu Linda yang masih menungging meresapi kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari muridnya. </span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;">"terimakasih bu.." Ucap Rizal yang dijwab senyum dan kedipan mata genit bu Linda guru bahasa indonesianya.</span><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;" /><i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.479999542236328px;"><b>To be continued...<br />By: <a href="http://kisahbebe.blogspot.com/2014/09/predator-sekolah-2-rizal-si-murid-bengal.html">Lagimabok</a></b></i></div>
ceritaxxxhttp://www.blogger.com/profile/11230802238718652891noreply@blogger.com0