;
Promosi Blog Gratis
My Ping in TotalPing.com

Selasa, 02 April 2013

Seks Pertamaku Dengan Tetangga

Selasa, 02 April 2013

Aku seorang pemuda yangbaru menginjak usia 16 tahun, dan untuk menambah uang sakuku, aku bekerja sebagai pencucu mobil tetangga.
Kendaraan kesukaanku adalah mobil tetangga Leslie.
Pertama dia memiliki kendaraan audi yang cantik dan kedua pemilik kendaraan tersebut memiliki tubuh yang sangat seksi! hahaha..
Bagiku yang masih bau kencur ini, pemilik mobil tersebut yang jauh lebih tua dariku (usia 20 tahun) tetap memiliki aura gadis muda yang erotis walaupun kini ia hidup terpisah dengan suaminya karena kasus selingkuhan sang suami dengan salah satu pegawai admin di kantor tersebut.
Aku telah menyelesaikan tugasku (mencuci mobilnya) dan segera menekan bel pintu rumahnya untuk memberitahukan bahwa tugasku telah selesai.
Aku mendengar suara dari dalam, “Masuklah”.
Aku membuka pintu dan segera masuk.
Leslie segera turun dari anak tangga dengan mengunakan handuk mandinya.
Handuk tersebut sangat kecil sehingga sedikit saja keatas maka bagian kemaluannya akan terlihat jelas.
“Ma’af”, jawabku malu melihat kondisi demikian. “Rasanya anda memperkenankan saya masuk”
“Tidak, saya tadi bilang saya akan segera datang.” Dia menjelaskan. “Tapi, sudahlah tidak apa.”
“Mobilnya telah siap.” Balasku kembali.
“Berapa, $5 nggak masalah?” Dia bertanya.
“Tidak apa.” balasku kembali.
Mbak Leslie melihat disekeliling ruang tamu dan mengambil tasnya yang berada di sofa kursi.
Ia mencoba meraih tas tersebut sambil menahan handuknya. Satu tangan menahan handuk, tangan lainnya berusaha membuka tasnya.
Karena tas tersebut agak sulit dibuka dengan satu tangan, ia berusaha dengan cepat melepaskan tangan satunya untuk membantu membuka tas tersebut. Sedangkan handuk tersebut hanya sedikit terkunci melipat.
Dia berusaha mengatur posisinya agar aman bagi handuknya…tetapi handuk itu malah slip dan mencoba melorot.
Gerakan refleksi tangannya terlambat untuk menahan handuk yang terlepas tersebut.
Aku melihat sebuah pemandangan payudara yang sangat mengasyikan dan mengagumkan!
Aku menelan air ludah.!
Setelah dibenahi kembali posisi handuk tersebut, ia mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya dan itu cuma $3.
“Hmmm…sepertinya kurang”, gumamnya…
kemudian ia kembali membuka tasnya dan berusaha menekan handuknya dengan kedua sisi lengan tangannya.
Dlm pencarian sisa $2 tsb, handuk tersebut terlepas kembali dan kali ini ia membiarkan saja.
Oh…my….god..payudara begitu kencang, bulu vagina yang begitu halus dan rapi serta pinggul dan pantat yang sangat mengembang!
Perfect body!!!!
“Ia bergumam datar tanpa menoleh kepadaku; kupikir kamu tidak masalah dengan segitu saja?”. Dan terus fokus untuk mencari sisa uang dalam tasnya
“Tidak.” balasku.
“Baiklah, kalau begitu.Aku akan memberikan sisanya esok saja.” Ia membalas cepat.
“Bukan, bukan itu maksudku (masalah sisa uang tsb),” balasku sambil melotot memandang tubuhnya. “Saya belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya, maksudku.”
“Benarkah?” Dia bertanya kalem.
“Ya…hanya di buku dan tv.” balasku.
“Jadi bagaimana menurutmu?” Dia bertanya sambil mendekat.
“Anda begitu cantik sekali.” kataku sedikit gemetar.
“Terima kasih.” Dia membalas sambil berada tepat sejengkal dihadapanku. Aku dapat merasakan panas dari tubuhnya.
Leslie kemudia menarik tanganku dan menempelkannya diatas payudaranya, lembut…kejal….dan celanaku menjadi tidak karuan bentuknya. AKu merasa tidak nyaman dengan posisi penis didalam celanaku.
Leslie meraih ikat pingangku dan membuka kancing jeans ku. Dan melorotkannya!
Penisku mengembang didalam celana dalamku dan mengarah kesamping.
Kemudian ia meraih penisku dari dalam celana dalamku. Saat yang kunanti telah tiba.
“Kamu sudah besar ya…”jawabnya pada penisku sambil tersenyum. “Biar aku yang mengurusmu!.” katanya nakal pada penisku sambil menyentil kemaluanku.
Aku hanya diam seribu bahasa. Ia menarikku untuk tidur dilantai.
Kemudian ia menindihku.
“Aku yakin ini tidak akan lama.” katanya mengoda sambil mengerayangi tubuhku hingga menuju batang penisku.
“Ee…” hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Aku merasa ia mencium penisku dan kemudian ada terasa hangat pada saat penisku berada dalam mulutnya.
Tak terbayangkan rasa itu, dia berhenti sejenak dan kemudian melahap penisku sangat dalam hingga aku merasa menyenggol kerongkongannya.
Dia benar! Karena ini merupakan pengalaman pertama bagiku, aku tidak kuasa menahan semua tekanan darah dalam penisku.
Penisku mulai mengencang hebat dan rasanya dengan hisapan demikian aku sudah tidak sanggup lagi untuk mencegah spermaku keluar.
Penisku menyemprot sperma dalam mulutnya!.
Mbak Leslie tidak juga melepas lumatan penisku, ibarat bayi yang sedang menyusui…ia menghisap semua spermaku dan menjilat semua sperma yang masih membekas di penisku.
“Bagaimana rasanya…sayang?” Dia bertanya.
“Wowwww, enak sekali mbak.” balasku.
Ia kemudian berbaring disampingku. Aku berbalik dan segera menindihnya.
Aku meremas dan mengelus semua bagian tubuhnya.
Aku bergerak kearah mulutnya dan segera melumat bibir mungil itu. Kamipun saling fiting lidah.
Aku mencoba meraih bagian vagina dengan tanganku dan segera menarik dan mengesek itil dari mbak leslie.
“Kalem dong sayang.” mbak leslie segera meraih tanganku dan membimbingnya untuk mengosok bibir dan clitorisnya dengan perlahan.
KAmi terus melanjutkan ciuman kami, kemudian ia menekan kepalaku kebawah menuju arah vaginanya.
Aku tahu ia ingin aku melumat vaginanya.
Kulihat vagina itu sudah mulai basah dan aku mencoba menusuknya dengan jariku. Tetapi mbak leslie masih dalam kontrol yang baik, ia meraih tangaku untuk mengesek bagian luarnya lebih dahulu.
Kulihat itil nya turun naik merasakan birahi yang sudah mulai naik pada wanita ini.
Kemudian ia memegang jariku untuk masuk dalam vaginanya.
Jarikupun masuk sedalamnya dalam vagina mbak leslie. Tak lama kemudian kedua paha mbak leslie merapat dan menjepit jariku.
Kurasakan gerakan ‘kembang kempis dan panas’ dalam vagina tersebut.
Sepertinya vagina tersebut lagi berusaha ‘mengemut’ jariku!.
Aku hanya bisa menatap tubuh dan wajahnya yang cantik. Rambutnya yang terurai berantakkan menambah kekagumanku atas tubuh wanita ini.
“Apakah kamu berfikir ini sudah nikmat?” Dia bertanya mendadak.
“Ya.” balasku.
“Ohhh…belum sayang.” balasnya kemudian.
Dia melepaskan jariku dalam vaginanya dan mandorongku untuk tidur dilantai. Kemudian dengan cekatan ia sudah berada diatasku.
Ia meraih penisku dan mengarahkan dalam vaginanya.
Dia benar, saat penisku mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginanya, pikiranku kosong dan menerawang entah kemana.
Hingga vagian itu menelan semuanya dan menyentuh buah zakarku….aku seperti terbang tinggi.
Kemudian ia melipatkan kakinya dan layaknya seorang joki, ia mengangkat cukup tinggi pantatnya dan menghujamkan dengan keras pada penisku….wooooowwwww…..that’s really fucked!!!!
Dan mulailah irama tungangan kuda yang cukup kencang dilakukan mbak leslie.
Penisku dipelintir kesana kemari. Kiri-kanan, maju-mundur….
Sepertinya ia ingin mematahkan batang penisku !
“Ini nikmat sekali tante…!.” kataku menjerit.
“Aku membutuhkan itu.” Dia membalas sambil terengah-engah. “3 bulan kesendirianku akan kubalas padamu!” Katanya geram sambil menghempaskan vaginanya pada penisku!
Sepertinya mbak leslie menumpahkan semua birahi terpendam akibat kejengkelan dengan sang suami.
Ini bagaimana cara ia mengenjot penisku dengan ‘kasar’.
“Bisakah kau rasakan ini?” balasnya sambil mengigit bibirnya sendiri dan membengkokkan penisku kedepan.
Aku merasa penisku ditarik dan dikait vagina mbak leslie kesana kemari.
Rasanya sedikit keras dan sakit…tapi tetap kurasakan rasa nikmat yang liar dari style seperti ini….
“Bagaimana dengan ini?” sambil ia memaksa memasukkan sedalam-dalamnya penisku dalam vaginanya.
Mimiknya sedikit geram pada tubuhku, dan rasanya ia ingin menelan buah zakarku….liar sekali…
Tak ada genjotan yang halus!…..Semua sentakan dan benturan mengunakan tenaga kuda!
Tak ada yang dikurangi…’Bagaimana dengan ini…hah?!” sahutnya geram sambil menghujamkan vaginanya dalam penisku dan digoyangnya pinggulnya sehingga membuat batang penisku seperti melintir….
Liar sekali….!..ia seperti kerasukan setan!…
Aku merasakan spermaku sudah akan keluar kembali…”Mbak aku sudah tidak kuat..” balasku memberitahunya….
“Tak apa sayang…keluarkan saja apa yang kamu punya..” jawabnya sambil terengah-engah.
“Didalam?”, balasku lagi…
“He…eh…” balasnya sambil menghujam penisku bertubi-tubi….
Ia menunduk dan mengigit putingku….”auwwww…” teriaku sedikit menjerit…
“Pelan2 mbak..”, pintaku…
Mbak leslie tidak perduli sambil terus mengigit putingku kiri dan kanan, ia memutar pantatnya seperti gilingan!
Aku sudah tidak kuat…Mbak aku sudah hampir mau keluar…!
“Sabar sayang, mbak juga….kita barengan..” pintanya.
Dan akhirnya ia berkata, “kamu siap?”, sambil terus memompa penisku dengan irama yang sungguh cepat!
“Yaaaa…”,balasku.
Dan karena tak kuasa lagi, ku**kan spermaku dalam vagina itu, serrr…serrr…serrr…
3x kali ku**kan spermaku dalam vagina mbak leslie dan rasanya nikmattttttttttt sekaliiiiii.
Sepertinya “kedutan” vagina itu siap2 untuk hal yang sama…
Dan tak lama kemudian segera ia bangkit mengangkangiku dan menyuruhku untuk menyodok semua jariku dalam vaginanya….
Lima jariku-pun kumasukkan dalam vagina tersebut…dan kusodokkan keluar masuk….
“Aku sudah mau keluarrrr….” jawab mabak leslie berteriak panjang.
Dan benarlah…jemariku semakin merasakan “jepitan kedut-kedut’ dalam vagina itu…
Kemudian tiba2 ia menarik dan mengeluarkan tanganku…dan memberikan vaginanya ke arah mukaku…
“Masukkan lidahmu sayang….masukkan!”, perintahnya sedikit memaksa!
“Owww…geli bercampur ngeri…”, bathinku…
Vagina itu nampak becek sekali akibat spermaku!
Mbak leslie segera menjambak rambutku dan menyodorkan mukaku secara rapat ke vagina nya…
“Masukkan sayang lidahmu…dan mainkan!”, katanya memohon sambil memaksa.
Aku memasukkan semua lidahku dalam vagina itu dan mengerakkannya seperti ular dalam gua…
Ia menuntaskan dengan mengeluarkan sperma nya dalam kurun waktu yang cukup lama pada lidahku dan sperma itu mengalir masuk dalam mulutku…Ia berteriak keras, “ouwwwwww….yess….yessss..”, entah berapa kali **an halus spermanya menyentuh lidahku.
“Suck me babe…suck me”, katanya sambil menjambak rambutku.
Rasanya lama sekali ia mengeluarkan pejuh nya….
“Rasakan itu…boy…rasakan!”, cerocosnya ngawur dan geram..
Ia benar2 menumpahkan semua orgasmenya pada mulutku!
“Ooohh…yeah…that’s right….”, katanya sedikit mengakhiri orgasme tersebut.
Aku tidak bisa berbuat apa2…jambakannya begitu keras dan dengan kepalaku yang sedikit mengangkat, maka sperma campuran itu tertelan olehku…
Asin…anyir…dan aku rasanya mau muntah….
“Oooohhhh….yesss…”, jawabnya lega sambil belum melepaskan jambakan tanganya pada rambutku.
Seolah ia ingin aku menghabisi semua sperma yang ada pada vagina tersebut..
Aku sudah tidak tahan dan segera aku berontak….karena aku tersedak hebat dan mau muntah jika dipaksakan terus….
Akupun melompat dan segera kuhempaskan kesamping tubuh mbak leslie…
Aku terbatuk dan tersedak…Ku keluarkan sisa sperma yang masih ada dalam mulutku…
Mbak leslie hanya memandangku dengan tertawa kecil dan puas…
“Bagaimana sayang..?”, jawabnya lemas sambil tersenyum
“Luar biasa mbak..”, jawabku sekenanya setelah kondisiku sudah mulai tenang.
“Kalau ada waktu, kita lakukan ini kembali ya say…”, balasnya meminta.
“Ya…kita lihat nanti gimana keadaanya..”, balasku capek.
“Benarkah?” balasnya.
“Ya”, jawabku enteng.
Akhirnya kami sudahi permainan tersebut, dan uang $5 tidak jadi kuambil…
Rasanya pengalaman ini jauh lebih berharga.
Akhirnya kami melakukan kembali pada waktu tertentu, hingga akhirnya ia memutuskan pindah ke negara bagian karena kasus cerai dengan mantan suaminya telah selesai.
Selamat tinggal mbak leslie…kataku dalam hati menghantarkan kepergiannya.


Admin Mesum - 23.26

siti pembantuku yang manis part 2 ( tamat )

Keesokan harinya berlalu seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hanya aku melihat suatu perubahan sikap dan cara berpakaiannya, selalu memakai daster longgar tanpa BH kalau dia sedang di rumah dan hanya berpakaian pantas apabila dia pergi ke pasar atau disuruh isteriku ke warung. Hal ini mempermudah bagiku untuk menyentuh bahkan meremas susunya bila kebetulan aku lewat di dapur atau kalau dia membersihkan kamar tidurku, tentu bila tidak terlihat isteriku.Malam berikutnya aku diajak oleh isteriku beserta anakku yang masih bayi untuk menjenguk orang tuanya yang tinggal di Bogor tapi aku bilang aku agak lelah karena aku baru menyelesaikan tugas kantor yang agak memakan tenaga, jadi aku ingin istirahat di rumah. Akhirnya isteriku pergi bersama kakaknya sekeluarga ke Bogor. Tinggalah aku sendiri di rumah bersama Siti. Saat ini yang memang kutunggu-tunggu.

Setelah makan siang di rumah, aku mengantarkan isteriku ke rumah kakaknya, sebelumnya isteriku berpesan kepada Siti, "Siti, kamu jangan kemana-mana yaa, jaga rumah dan jangan lupa masak sayur lodeh untuk bapak. Itu makanan kesukaan bapak. Bapak nggak jadi ikut aku, dia ada urusan dengan temannya dan akan makan di rumah nanti malam," kata isteriku. "Iya Bu.." jawab Siti dengan hormat.

Setelah aku mengantarkan isteriku, aku pulang. Sampai di rumah kira-kira jam 18:00 kulihat makanan sudah siap di meja. Tapi Siti tidak terlihat olehku, kucari dia ke kamarnya. Pintu kamarnya tertutup lalu kubuka sedikit dan aku melihat dia sedang terbaring telungkup dan tangan kanannya di dalam celana dalamnya bergerak-gerak. Aku menelan ludah melihat adegan tersebut dan perlahan-lahan aku masuk. Dia belum menyadari bahwa aku sudah di dalam kamarnya.

"Siti manis.." aku berbisik dekat telinganya. Gerakannya berhenti dan dia membalikkan badannya sehingga wajahnya persis di depan wajahku.
"Bapaak.." jawabnya lirih dan langsung memeluk dan bibir kami berpagutan erat sampai aku terengah-engah dibuatnya.
"Saya kangen, Pak.." jawabnya lagi setelah melepaskan ciumannya sambil tersenyum sayu.
"Kangen sama siapa, Neng.." tanyaku menggoda dan tanganku mulai menyentuh susunya yang kenyal dan padat itu sambil memuntir putingnya. Dia mengerang halus dan manja. Tanpa banyak bicara aku mulai membuka kancing dasternya dan menciumi susunya yang amat kusuka, terus kukulum putingnya, nikmat sekali! Siti juga tidak tinggal diam, reitsleting celanaku dibukanya dan tangannya langsung masuk ke dalam celana dalamku, dia memegang dan meremas batang kejantananku.

Siti tertawa kecil sambil berkata, "Kok kecil Pak..?"
"Ayo kamu harus membuat dia besar dan tegang dong," jawabku.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, sambil batang kejantananku masih dipegangnya kubuka baju dan celanaku, kemudian kubuka juga dasternya. Aku menelan liurku melihat susunya yang montok. Langsung kucium dan kujilat putingnya yang berwarna merangsang dan tambah keras.

"Pak.. saya mau seperti kemarin lagi, enak Pak," katanya lagi sambil mengocok batang kejantananku yang semakin tegang. Kurebahkan dia dan kupeluk sambil mencium bibirnya, terus turun ke susunya, kuisap putingnya yang merah kecoklatan. Siti mengerang halus sambil mengelus kepala dan punggungku tanda nafsunya meningkat. Ciumanku terus turun ke perutnya, pusarnya sampai ke pangkal pahanya. Disitu aku berhenti sejenak sambil mengintip ke arah wajahnya. Siti menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri. Perlahan-lahan aku turun ke arah kedua pangkal pahanya dan dia membuka kedua pahanya sehingga aku bisa melihat liang senggamanya yang berwarna merah muda disertai bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Aku mulai dengan mencium serta menjilat bibir kemaluannya terus ke arah klitorisnya, dia menggelinjang sambil mengerang nikmat tanda nafsunya memuncak, Siti juga memegang kepalaku dan menekannya erat-erat. Sementara tangan kananku ikut mengocok batang kejantananku agar cukup tegang. Kurasakan liang senggama Siti basah dan kujilati dan rasanya, "Hmm.. nikmat sekali.." dengan rasa serta bau yang khas wanita kampung.

"Paakk.. saya nggak tahan, Paak.." kudengar bisikannya.
Aku naik ke atas tubuhnya dan kuarahkan batang kejantananku ke bibir kemaluan Siti, terus kutempelkan sambil mengelus klitorisnya dengan kepala kejantananku.
"Pelan-pelan Paak.. saya udah lama nggak main," katanya dengan lirih.
"Iya Ti, aku akan masukkan pelan-pelan.. tahan yaa.." jawabku sambil nafasku mulai memburu.
Kumasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, terasa sempit. Kudorong pelan-pelan, masuk kepalanya.
"Ooohh.. pelan-pelan Paakk.. sakit, tapi terus Paak..!" desahnya lagi.
Aku merasakan liang senggamanya makin basah dan kudorong terus, rasanya tambah licin, kurasakan liang senggamanya berdenyut-denyut, "Edan betul ini perempuan!!" aku tersadar sejenak dan ingat bahwa dia orang Ciamis dan perempuan-perempuan Ciamis banyak yang terkenal dengan permainan seks-nya yang menggairahkan, mungkin Siti juga expert dibidang ini.

Pelan-pelan batang kejantananku masuk sampai akhirnya terasa kepalanya menyentuh dinding bagian dalam liang senggamanya. Sambil memeluknya dan menciumi susunya serta mengulum putingnya aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur seirama dengan goyangan pantat Siti yang gempal dan kenyal itu. Siti mengerang-erang halus.

"Masih sakit Tii.. ngga kan?" aku bertanya sambil mencoba mempertahankan nafasku yang mulai menderu-deru tanda bahwa nafsuku mulai mendekati puncaknya. Dia menggelengkan kepalanya. "Mmmff.. oohh.. aahh.. enaak Paakk.." sambil terus mengerang-erang kenikmatan. Kurasakan lagi liang senggamanya memijit batang kejantananku setiap kutarik pantatku seolah-olah Siti tidak mau batang kejantananku keluar sedikitpun dari lubang kenikmatannya. Aku merasa tidak tahan lagi mungkin karena aku begitu bernafsu untuk menggelutinya sejak dari awal, terasa liang senggamanya makin basah dan cengkramannya pada leher serta kepalaku makin kuat.

Tiba-tiba dia berteriak kecil dan menggigit pundakku pelan tapi membuatku kaget disertai dengan kedua kakinya yang melingkari pinggangku, kedua pahanya menjepit dengan keras. "Ooohh.. mmff.. aahh.. Paakk.. mm.." tidak ada yang dapat dia katakan saat itu, dan aku tahu pasti dia mencapai orgasme yang hebat. Aku terus menggoyangkan pantatku dan mempercepat karena aku merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa, batang kejantananku di dalam liang senggamanya berdenyut-denyut, tak tahan lagi aku. "Tii.. aakuu keellauuar.. Tii.." Kurasakan desakan hebat dan nikmat betul di batang kejantananku dan dengan dorongan pantatku ke dalam membenamkan batang kejantananku di liang senggamanya, ku**kan spermaku kira-kira mungkin 5-6 kali. Kupeluk Siti dan kucium bibirnya dan kami berdua berpagutan sampai klimaks orgasme kami selesai. Mungkin lebih kurang 5 menit kami berpagutan seolah-olah tidak akan terlepaskan.

Akhirnya kulepaskan pagutan serta pelukanku sambil memandang Siti yang terlihat puas dengan apa yang terjadi. Batang kejantananku masih terbenam dalam di liang senggamanya yang terasa banjir oleh sperma kami berdua.
"Gimana Ti..?, enak.. Kamu puas kan..?" tanyaku lembut.
Dia tersenyum mengangguk sambil memegang pipiku, "Iya Pak, selama kawin saya nggak pernah merasa enak seperti tadi, Paak.. oohh?" jawabnya sambil bermain dengan bibirku di tangannya.
"Saya nggak pernah digituin itunya pake lidah seperti yang Bapak tadi lakukan.." jawabnya dengan bahasa yang kumengerti bahwa dia tidak cukup mengecap sekolah lanjutan.
"Apa itunya yang digituin sama lidah saya..?" kujawab lagi mengikuti sambil tersenyum.
"Iiih Bapak.. jangan banyol aahh.." katanya lagi.
"Ti.. aku mau lagi Tii, kamu masih mau nggak..?" tanyaku sambil mempermainkan puting susunya yang membuatku terangsang lagi dan kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut lagi mulai tegang di dalam liang senggamanya.
Siti mengangguk sambil tersenyum, terlihat deretan giginya yang putih bersih dan dia berkata, "Mau aja Pak, tapi saya mau juga gituin punya Bapak.. boleh kan?"
"Punya saya mau digituin..? digituin bagaimana..?" tanyaku menggoda.
"Iiih Bapak, banyolan teruus..diisep, dijilatin seperti punya saya dijilatin, diisep sama Bapak.. enak sih." jawabnya lagi sambil tertawa kecil manja.
Aku menggangguk, "Boleh, nanti aku ajarin caranya, jangan seperti kemarin.. aku kurang puas yaa.."

Aku bangun berusaha melepaskan batang kejantananku tapi Siti menahanku sambil tersenyum seolah-olah dia masih ingin menikmati batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang agak sempit tapi nikmat. Tidak terasa aku melihat jam tanganku sudah jam 19:00, jadi dari awal sampai selesai 1 jam lamanya, lama juga ya.

Akhirnya dia melepaskanku dan berdua kami telanjang bulat menuju kamar mandi tanpa khawatir dilihat orang atau tetangga karena di rumah hanya kami berdua dan hari sudah malam. Di kamar mandi kami saling menyiram dan membersihkan badan kami terutama batang kejantananku dan liang senggama Siti. Kusentuh liang senggamanya sambil kusiramkan air dan sebaliknya Siti juga membersihkan batang kejantananku sambil dibelainya dengan lembut. Nafsuku bangkit kembali dan kubelai klitorisnya sambil mencium bibirnya yang sexy itu dan dia memelukku sambil mendesah-desah kecil tanda nafsunya pun mulai bangkit. Cepat-cepat kami mengeringkan badan dan dengan lembut kami berciuman lagi sambil berjalan menuju kamarku.

Kududukan dia di tempat tidur lalu kuambil tangannya dan kugenggamkan pada batang kejantananku. Dia melihat ke arahku sambil menciumi batang kejantananku perlahan-lahan. "Ti.. kamu jilat di sekeliling kepalanya, baru diisep, terus kulum sampai dalam yaa.." kataku sambil membelai pipinya yang lumayan halus. Siti melakukannya apa yang kukatakan dan aku merasakan nikmat batang kejantananku dikulum dengan lembut, "Gila ini pembantu.. udah mulai mengerti permainan blow job!!"

Sambil batang kejantananku masih dikulumnya, kurebahkan dia dan aku berbalik dengan posisi dia di atasku dan kutarik pahanya sehingga liang senggamanya tepat di atas wajahku. Benda nikmat itu kubelai, kucium labia pinggirnya dan akhirnya klitorisnya kukulum dan kugigit-gigit kecil dengan lembut, lidahku masuk ke dalam liang nikmat yang langsung basah akibat permainan lidahku. Siti menggelinjang saat lidahku masuk ke dalam liang nikmatnya itu sambil mendesis karena batang kejantananku yang makin tegang dan keras masih berada di dalam mulutnya.

Beberapa saat kami melakukan foreplay sampai akhirnya kedengaran dia mengerang-erang, "Paakk.. ayo doong, saya pengen dimasukin lagii, Paak.." katanya. Kubalikkan badannya sehingga dia berada di atasku yang terlentang dan kupegang batang kejantananku yang sudah siap tempur itu sambil mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah basah. "Kamu belum pernah kan dengan cara seperti ini?" tanyaku. Dia hanya menggelengkan kepala sambil membenarkan posisi kakinya diantara pinggangku. Kemudian dengan tangan kiriku kutekankan pinggulnya yang padat sehingga batang kejantananku masuk dengan mulus ke dalam liang senggamanya dan dia langsung menutup mata sambil menjatuhkan badannya ke arahku.

"Aaaww Paak.. eenaak.." Dia menciumku dengan ganas kali ini dan mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Siti melepaskan ciumannya dan bertopang tangan di dadaku sambil tetap meggoyangkan pantatnya naik turun. Tanganku juga tidak tinggal diam, memegang kedua susunya yang putih montok sambil memutar-mutar putingnya yang merak kecoklatan, Siti mulai menjerit kecil tanda dia mulai hampir orgasme. Terasa olehku liang senggamanya makin basah dan berdenyut memijiti batang kejantananku, gerakannya makin cepat dan tidak beraturan dan akhirnya dia menjatuhkan dirinya lagi ke arahku sambil memeluk dan menjerit kecil serta menggigit bahuku tapi kutahan kepalanya agar jangan terlalu keras menggigit bahuku agar tidak berbekas, nanti bisa jadi pertanyaan nyonya rumah kalau kelihatan merah.

Beberapa saat dia mengejang merasakan kenikmatan orgasme. Kembali kubalikkan badan kami berdua supaya batang kejantananku tidak lepas dari liang senggamanya. Sekarang posisiku di atas, entah kenapa aku amat menyenangi posisi konvensional ini dari pada macam-macam style seperti doggy, samping, belakang dlsb.

"Gimana rasanya Ti..?" Aku bertanya sambil kukecup bibirnya.
"Enak sekali Pak, Siti belum pernah kaya gitu.. Bapak belum keluar yaa?" aku hanya menggelengkan kepala. Dia membalas kecupanku dan menggoyangkan pantatnya, aku langsung memberi respon dengan mulai menggoyangkan pantatku naik turun dan sekali-sekali kuputarkan seperti di BF yang kupernah tonton. Siti mengerang lirih, kedua kakinya dilingkarkan dan menjepit ke pinggangku dan aku pun mulai merasa kenikmatan batang kejantananku yang mulai berdenyut, kukecup bibirnya, turun ke susunya, kuhisap putingnya dengan nafsu yang tinggi, dia menjerit kecil waktu putingnya kugigit dengan gemas.

Beberapa saat pahanya menjepit pinggulku dengan keras dan menarik mulutku dari putingnya dengan agak kasar dan menciumku dengan ganas. "Paakk.. saayaa.. ngg.. enaakk.. keluaarr laagii.. Paak!" jeritnya perlahan. "Aku juga Tii.. oohh.." kupeluk dia dengan erat sambil merasakan denyut di kepala kejantananku yang sudah tidak tahan, akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam liang senggama Siti. Kami berdua tergeletak lemas di atas tempat tidurku yang sudah tidak karuan lagi bentuk sepreinya. Malam itu kami lalui berdua, sampai subuh kusetubuhi Siti sampai 4 kali keluar spermaku, entah berapa kali dia keluar.

Demikianlah aku dan Siti melakukan hubungan seks, selingkuh atau apapun namanya dengan nikmat tanpa ketahuan isteriku selama 2 tahun dan kami menikmatinya dengan asyik dan aku juga memastikan untuk memberikan Siti obat anti hamil supaya jangan terjadi hal-hal yang tidak enak.Masuk tahun ketiga Siti bekerja di tempatku, dia pamit pulang kampung dengan janji akan kembali, tapi nyatanya dia tidak pernah kembali. Isteriku mencoba mencari tahu dari teman-temannya yang bekerja di tempat adik isteriku dan mereka mengatakan Siti sudah kawin lagi dan hidup dengan suaminya yang kedua di Lampung. Aku benar-benar terkesan dengan keluguannya dalam berhubungan seks dengannya.
Itulah pengalamanku dengan pembantuku yang manis asal Ciamis.

TAMAT   


Admin Mesum - 23.25

siti pembantuku yang manis part 1

Awal kisah ini terjadi lebih kurang hampir 20 tahun yang lampau pada saat isteriku baru melahirkan anak kami yang semata wayang. Pada saat itu seisi rumah termasuk kedua mertuaku amat berbahagia karena isteriku adalah anak perempuan mereka yang tertua dan perkawinan kami dianggap amat terlambat mengingat usiaku sudah lewat 30 tahun. Untuk itu mereka berusaha agar kami mempunyai pembantu rumah tangga yang dapat melakukan pekerjaan dapur sementara isteriku dapat konsentrasi dengan bayinya. Begitulah latar belakang kehidupanku sampai datangnya seorang gadis pembantu rumah tangga berasal dari Ciamis. Namanya Siti, umurnya 17 tahun, orangnya lumayan manis, berkulit putih bersih seperti layaknya gadis desa, susunya pertama kali kulihat sedang-sedang saja dibalut baju yang agak longgar dan yang membuatku tertarik adalah bibirnya. Bentuk bibirnya sensual sekali untuk orang Indonesia yaitu agak merekah seperti bibirnya Estella Warren atau Cameron Diaz yang bintang film itu.

Setelah lebih kurang 40 hari dari hari melahirkan, seperti biasa aku mulai menggoda isteriku untuk melakukan hubungan seksual yang sudah lama kutahan-tahan karena kita berdua harus 'puasa' dulu selama 40 hari dari sejak isteriku melahirkan. Beberapa kali kami melakukan hubungan seksual yang kurasakan agak kurang hot dari biasanya. Aku jadi uring-uringan dan sepertinya gairah libidoku semakin memuncak setiap kali aku melihat pembantuku yang baru itu ditambah lagi setelah beberapa kali aku pulang dari kantor aku menemui isteriku tidak ada bersama anakku dan biasanya dia pergi mengunjungi adik-adiknya atau saudaranya yang lain.

Lebih kurang 1 bulan Siti bekerja di rumahku, dia mulai mengalami perubahan baik fisiknya, cara berpakaiannya dan juga cara memandangku dan juga cara melayaniku setiap aku pulang kerja. Dia mulai memberi perhatian lebih dengan cara mengambil tasku dan menyediakan teh, kopi atau minuman dingin lainnya. Dan aku juga mulai terpengaruh dengan cara-caranya tersebut. Sampai satu hari aku pulang malam kira-kira jam 23:00, isteriku sudah tidur di kamar tengah bersama bayinya.

"Ibu tadi pulang jam berapa, Ti?" tanyaku kepada Siti yang belum tidur masih menonton acara TV.
"Jam 9 Pak," jawabnya.
"Bapak sudah makan?, kalau belum nanti saya sediakan," katanya lagi sambil tersenyum manis kepadaku.
Aku jadi penasaran dan aku melihat kepadanya dengan pandangan yang mulai bernafsu.
"Aku sudah makan Ti, kamu sendiri kok belum tidur?" jawabku sambil pandanganku tidak lepas dari dadanya yang terlihat makin montok karena dia memakai daster pemberian isteriku.
"Belum, karena saya tunggu Bapak pulang seperti pesan Ibu," jawabnya lagi.

Aku mulai nekad, sambil mundur pelan-pelan aku mengintip ke kamar tidur isteriku yang ternyata sudah terlena dengan pulas bersama anakku yang masih bayi berumur hampir 3 bulan. Kembali aku mendekati Siti yang masih berdiri dekat meja makan sambil mempermainkan kancing dasternya bagian atas, dia sepertinya menunggu apa yang akan kukatakan kepadanya.
"Siti, ke sini Neng." Aku memanggilnya sambil mendekatinya.
Dia bergerak perlahan mendekatiku. Baru aku menyadari bahwa lumayan juga pembantuku ini, tingginya hampir setinggi isteriku dan itu bibirnya yang sensual bergerak-gerak perlahan.
"Ada apa Pak?" katanya lagi.
"Kamu sudah punya pacar di kampung?" kataku memancing.
"Ah Bapak bisa saja, nggak ada yang mau sama saya lagi karena saya dicerai sama suami saya gara-gara dituduh main sama lelaki lain," jawabnya lirih.
Aku terkejut mendengar pengakuannya yang terus terang bahwa dia adalah seorang janda muda baru cerai, Nah ini dia kesempatan baikku untuk dapat mendekati Siti selanjutnya.

"Sudah berapa lama kamu cerai, Ti?" tanyaku penasaran.
"Baru dua bulan Pak, memangnya kenapa Bapak nanya begitu?" dia balik bertanya.
"Ah, nggak pa-pa, pasti kamu masih kangen sama bekas suamimu kan, ingin meladeni seperti yang kamu lakukan kepada saya seperti mengambilkan air minum atau yang lain?" jawabku lagi.
"Ah Bapak bisa aja." jawabnya agak manja.

Aku makin berani, sekarang kupegang tangannya dan menariknya duduk di kursi makan dan aku duduk di kursi yang kuhadapkan kepadanya, dia diam saja dan dia mulai melihat ke arahku. Aku pun makin berani mengusap tangannya sambil berkata, "Ti, kamu tahu nggak bahwa kamu itu manis dan lembut."
Kugoda dia dengan perlahan, tanganku mengelus-elus sampai di pundaknya. Terasa olehku dia gemetar oleh sentuhanku. Aku mersakan kejantananku mulai memberontak perlahan di balik celanaku.

"Ti, kalau aku menyayangimu, kamu mau nggak?" tanyaku makin berani sambil mengelus pipinya.
"Ah Bapak, ssaya nggak berani, nnanti.. ketahuan ibu, Pak.." suaranya sayu agak gemetar sementara tanganku yang lain mengusap pahanya yang gempal.
"Ibu sudah tidur jadi kamu jangan takut ya, gimana kalau kamu mau meladeniku lebih dari sekedar yang kamu kerjakan sekarang." Kataku lagi sambil mengusap kupingnya terus turun ke arah bibirnya yang seksi itu sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya terus sampai dekat selangkangannya. Ternyata dia diam saja bahkan terdengan nafasnya mulai tidak teratur. Aku sudah dapat menduga bahwa Siti mulai menikmati sentuhanku yang juga membuat isteriku dan beberapa gadis-gadis yang pernah kupacari terlena. Dia sendiri mulai menggeser pantatnya mendekatiku.

"Gimana Ti, kamu mau kan?" wajahku mendekati wajahnya dan terasa nafasnya yang khas berbau perempuan kampung dan aku sangat terangsang jadinya.
"Terserah ..Pak.. ssaya.. umm.." belum sempat dia selesai bicara kucium bibirnya yang sensual dengan lembut sambil menarik tubuhnya untuk berdiri. Untuk beberapa saat kukulum bibirnya dengan lembut dan reaksinya terdiam sejenak dan dia mulai membalas, tapi dasar pembantu dan dari kampung dia belum bisa membalas ciumanku dengan benar dan nikmat seperti perempuan kota.Kulepaskan ciumanku dan aku memandangnya dan pandangannya sayu seolah-olah tidak percaya apa yang baru terjadi. Aku terus membelai punggungnya dan ternyata dia tidak memakai BH. Tangannya kulingkarkan ke atas leherku dan kukecup lagi bibirnya dan kali ini lidahku mulai bekerja dengan lembut ke dalam mulutnya, dia membalas sehingga kemaluanku bertambah tegang di balik celanaku. Kugeser-geserkan ke perutnya yang terasa rata dan empuk.
Dia melepaskan diri sambil berkata berbisik, "Paak.. nanti Ibu bangun.."
"Jangan takut Ti.. nggak pa-pa, ibu sudah nyenyak tidurnya," jawabku pasti.

Tiba-tiba kedengaran anakku menangis dan secepat kilat aku melepaskan Siti dan berlari ke kamar melihat keadaan dan ternyata anakku hanya menagis sejenak dan kembali tidur, isteriku juga tidak terbangun. Aku keluar lagi dan ternyata Siti sudah tidak ada. Aku menuju kamarnya yang berada di bagian belakang ruang makan. Kuintip kamarnya dan ternyata Siti sedang duduk di samping tempat tidur sambil memegangi bibirnya yang baru kukecup tadi, mungkin dia surprise dengan apa yang baru terjadi.

"Stt.." aku berbisik dan dia menoleh sambil tersenyum. Aku masuk ke kamarnya, kututup pintunya dan langsung kupeluk Siti dengan lembut dan kali ini dia membalas dengan sigap, ternyata dia terangsang dengan sikapku tadi dan mungkin dia membayangkan bagaimana kalau itu berlangsung dahulu di kampungnya.

Kami berciuman dan tanganku menjalar ke arah dadanya, ternyata susunya yang tidak tertutup BH lumayan besar dan padat serta kenyal. Dia mulai merintih tanda nafsunya bangkit mungkin benar apa yang aku katakan padanya bahwa dia kangen untuk mendapatkan rabaan dari laki-laki, apalagi dariku yang lebih pengalaman soal itu bahkan lebih. Kuambil tangannya dan kugeser ke arah kejantananku, dia menurut dan kuremaskan tangannya ke kejantananku yang masih terbungkus celana, sementara tanganku menjalar di atas dadanya dan kubuka kancing dasternya dan kususupkan tanganku sampai menyentuh susunya dan memainkan putingnya yang lumayan mulai membesar dan keras. Sementara kami berpagut dan suara erangannya makin keras merasakan nikmatnya permainan tanganku di payudara dan putingnya.

Aku tidak tahan lagi, segera kubuka reitsleting celanaku dan kubiarkan tangannya menggenggam batang kejantananku yang tegang, sementara aku mulai menciumi susunya dari atas sampai ke putingnya yang kuintip berwarna coklat kemerah-merahan. Kujilat lembut putingnya dan kuisap perlahan dan aku semakin bernafsu. Kuakui bahwa aku paling suka mengisap susu perempuan, tidak peduli besar atau kecil apalagi yang montok seperti punya isteriku dan juga yang sekarang ada di hadapanku.

Siti mulai terengah-engah dengan perbuatanku dan tangannya mulai mengocok batang kejantananku yang makin tegang, sementara mulutku dengan rakus tapi lembut mengisap susunya kekiri dan kekanan, tanganku yang lain turun menuju pangkal pahanya dan kususupkan ke dalam celana dalamnya yang agak mini dan tipis itu.

Dia menggelinjang dan menahan erangannya, "Paakk.. jjangaann.." bisiknya.
"Nggak pa-pa Ti, aku.. aku akan pelan-pelan.." kataku membujuk dan kembali kucium bibirnya lembut terus turun ke arah susunya dan kuhisap putingnya dengan halus. Tangannya kembali kugenggamkan ke batang kejantananku dan aku berhasil memasuki liang senggamanya yang mulai basah. Kuusap bibir kemaluannya dengan jariku secara lembut dan aku mencapai klitorisnya, terdengar erangannya halus serta nafasnya yang makin tidak teratur.

"Ti.. buka ya dasternya?" Dia menggangguk pelan, pasrah dan mulai terangsang. Kubuka dasternya dan terlihat bodinya yang putih mulus dengan susunya yang lumayan besar serta putingnya yang tegak dan keras berwarna coklat kemerah-merahan. Kubaringkan dia dan aku membuka bajuku lalu aku berbaring di sampingnya, kulihat matanya yang sayu.

"Siti, kamu mau kan membuatku puas malam ini? dan aku akan membuatmu puas juga, OK..?" Dia hanya mengangguk pasrah. Kubuka celanaku sekalian celana dalamku. Batang kejantananku sudah tegang sekali, tapi aku ingin membuat nafsuku tercapai dengan foreplay bersama Siti yang kuyakin belum pernah mengalaminya. Kami berciuman lagi dan sekarang aku mulai menciuminya dari bibir terus ke lehernya, turun ke dadanya. Di sana aku bermain-main sejenak sambil menikmati kekenyalan susunya serta erangan halusnya. Kemudian kuciumi perut, pusar sampai di atas liang senggamanya yang agak membusung. Kubuka celana dalamnya dan tampaklah liang senggama miliknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Terdengar erangannya, "Pak.. aughh.."

Pelan namun pasti, kujilati bibir kemaluannya dan bau khasnya tercium yang membuatku bertambah nafsu dan terasa Siti membuka lebih besar selangkangannya sambil meremas rambutku. Terasa cairan meleleh keluar dari liang senggamanya dan kujilati, terasa agak asin tapi nikmat. Tiba-tiba tangan Siti menjambak rambutku dan menekan kepalaku sambil membuka lebar pahanya untuk memberikan keleluasaan wajahku menjilati liang senggamanya disertai erangan kepuasan. Aku tahu dia telah mencapai klimaks orgasme. Kuhisap dan kujilati cairan yang keluar dari liang senggamanya sampai tidak tersisa di situ. Beberapa saat dia menekan kepalaku di antara pahanya yang tegang dan juga putih mulus itu disertai terangkat sedikit pinggulnya. Kemudian terasa mengendur pegangan tangannya di kepalaku. Kuangkat wajahku sambi melihat kepadanya.
"Gimana Ti.. enak, Ti?" kataku.
"Ooohh.. Paak, saya belum pernah rasa seperti tadi selama ini," jawabnya sambil tersenyum sayu.

Dia menarikku untuk berbaring di sampingnya sambil memegang batang kejantananku yang semakin tegang.
"Suami saya kalau minta, cuma sebentar aja.. terus udah gitu dia tidur," jawabnya lagi tanpa malu-malu.
"Aku juga ingin menikmati kamu Ti, gimana? Sekarang boleh nggak..?" aku mulai tidak tahan atas remasan tangannya di batang kejantananku.
Dia tersenyum dan bangun tanpa melepaskan batang kejantananku dari genggamannya, aku mengikuti gerakannya dan tanpa ragu-ragu batang kejantananku diciumnya dengan bibirnya yang sensual, mungkin karena tidak pernah mengisap kemaluan laki-laki, Siti hanya bisa menciumi saja. Serta merta aku bilang, "Dikulum Ti, terus dikenyot jangan dicium saja.." Dia melakukan apa yang kukatakan dan nikmat sekali rasanya, sambil melihat batang kejantananku yang berada diantara bibir sensual itu.

Aku tidak tahan lagi, kuremas susunya yang kenyal sambil menarik kakinya dan kami membentuk "posisi 69" dan sepertinya Siti pasrah dengan perlakuanku. Sementara batang kejantananku berada di dalam mulutnya, terasa lidahnya yang sebentar-sebentar dipermainkan (maklum dia tidak punya pengalaman Blow Job). Aku merasa semakin tegang dan nafsu ditambah dengan posisi 69 terlihat liang senggama Siti yang kemerah-merahan dikelilingi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Kujilati bibir serta klitorisnya yang terasa agak mengeras dan beberapa saat kemudian terasa cairan membasahi lidah dan mulutku disertai kedua pahanya menjepit kepalaku, terdengar erangan Siti. Dia mengalami orgasme lagi. Kutelan habis-habisan cairan liang senggamanya. Dan pada saat hampir bersamaan aku juga merasa kenikmatan yang luar biasa, dan tanpa bisa dibendung lagi kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut, spermaku mendesak dan menyemprot keluar di dalam mulut pembantuku itu. Kurasakan dia tidak melepaskan batang kejantananku dari mulutnya pada saat spermaku keluar. Ah.. luar biasa si Siti ini. Kugeser badannya dan kami berdua tergeletak lemas di tempat tidur pembantuku, Siti sambil berpelukan.

"Terima kasih yaa.. Ti, kamu mau melayaniku seperti tadi," aku berkata sambil membelai pipinya.
"Saya juga Pak, saya belum pernah seperti tadi, suami saya maunya enak sendiri, habis main terus tidur." balas Siti manja.
Terdengar lonceng 12 kali, aku tersadar dan segera bangkit memakai celanaku. Sambil mengecup bibir dan susuya yang montok itu aku berkata, "Siti, ini rahasia kita berdua yaa.. jangan sampai orang lain tahu apalagi ibu, besok kita ketemu lagi." Siti tersenyum sayu sambil kembali memakai pakaiannya dan aku keluar menuju kamar mandi.

bersambung   


Admin Mesum - 23.25

Sex di Warnet

Cerita ini bermula saat aku di bangku kuliah dulu. Aku kuliah di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Informatika di Jakarta Selatan. Singkatnya, banyaknya waktu luang yang aku punya sepulang kuliah membuat aku ingin mencari kesibukan baru. Sampailah dimana aku mempunyai kebiasaan chatting melalui MIRC. Setiap hari sepulang kuliah, aku selalu menyempatkan diri untuk pergi ke warnet utuk chatting atau sekedar browsing mencari-cari gambar atau filem bokep. Di chatting, aku berkenalan dengan seorang wanita bernama Wulan,mahasiswi Desain grafis di salah satu Universitas di Jakarta. Hampir setiap hari aku chat dengannya. Sekedar basa basi atau saling curhat satu sama lain. Kami berdua sering bertukar foto via E-mail,karena dulu belum tau friendster n hape belum bisa MMS, Tounge.gif sejujurnya, Wulan tidak cantik, cenderung tomboy dan dia anak Indies(tau donk). Yang membuat saya tertarik adalah dia berkulit putih bersih dan enak untuk diajak ngobrol. Pembawaannya selalu ceria, seolah dia tidak pernah merasakan sedih.

Sampai suatu hari kami sepakat untuk kopi darat. aku menentukan tempatnya, yaitu di Mall Ciputra, Grogol.. Oh iya, Wulan bertempat tinggal di Rawamangun, jadi untuk ke Citraland mungkin jaraknya lumayan jauh. Tapi aku menjanjikan akan mengantar dia pulang nanti.

Hari pertemuan pun tiba. Jantungku lumayan berdebar. Setelah bertemu debaran jantungku semakin kencang tapi lama kelamaan hilang setelah kami mulai mengobrol. Kami berjalan-jalan sebentar dan mampir di McDon*ld untuk makan. Setelah selesai makan, dia memintaku mengantarnya pulang.

Saat itu aku belum punya kendaraan pribadi, jadi aku menemaninya naik bis. Bis yang kami naiki waktu itu adalah Patas AC dan kondisi bis sepi. Hanya di bagian depan sampai baris ketiga saja yang terisi. Sisanya di belakang hanya ada sepasang penumpang. Lalu kami bergegas naik dan dia mengajak aku duduk di kursi no.2 dari belakang, tepat disamping pintu keluar belakang. Di perjalanan kami mengobrol dan bersenda gurau. Saat bersenda gurau itu aku tidak sengaja menyenggol payudaranya, aku takut dan panik, takut dia marah. Tapi ternyata dia bilang â€Å“qo Cuma nyenggol siy, kamu pegang juga ga apa-apa qo. Serasa diberi lampu hijau, aku mulai meremas-remas payudaranya sambil menciumi bibirnya. Tanganku mulai masuk ke dalam kausnya yang terbalut oleh jaket. Aku pilin-pilin puting payudaranya sambil sesekali aku remas-remas payudaranya. Sambil mendesah dia berkata, â€Å“masukan tangan kamu ke celana aku say. Tanpa pikir panjang, aku mulai memasukan tanganku ke dalam celana dalamnya, dan ternyata sudah mulai basah. Lalu aku usap-usap klitorisnya dengan lembut, sampai bibir vaginanya menjadi lebih basah.

Tanpa terasa, kami tiba di tempat tujuan. Kami bergegas turun dan lalu dia mengajakku ke warnet tempat dia biasa online. Setiba disana kondisi warnet sepi, hanya ada operatornya saja. Dia kenal baik dengan operatornya. Kondisi warnet seperti pada umumnya, disekat hanya sebatas dada orang dewasa. Di belakang ada ruangan khusus tempat OP biasa istirahat dan toilet di sebelahnya. Kami memilih PC di bagian paling belakang. Kami muai browsing, dari mulai membuka situs-situs music, sampai membuka situs-situs porno. Oh iya, posisi duduk antara aku dengan dia adalah aku duduk di belakang dan dia setengah berpangku di kedua belah pahaku. Posisi yang â€Å“sangat strategis untuk menjelajah ke setiap jengkal tubuhnya.

Saat dia mulai membuka situs porno, dia mulai terangsang. Kupikir inilah tandaku untuk memulai. Aku mulai dengan meremas-remas kedua belah payudaranya. Lalu aku membuka baju dan bhnya sampai terlihat jelas kedua belah payudaranya. Putih bersih, dengan puting berwarna merah jambu. Aku mulai mengulum-ngulum puting payudaranya sambil tangan kananku meremas payudara kirinya dan tangan kiriku menjelajah ke dalam celananya. Aku buka kancing dan resleting celananya, agar tanganku lebih leluasa menyentuh klitoris dan lubang vaginanya. Jari tengahku perlahan-lahan aku masukan kedalam vaginanya yang sudah mulai basah. Dengan gerakan lambat aku mainkan jari-jariku di antara lubang vaginanya dengan posisi jari tengahku masuk kedalamnya. Semakin lama gerakan jari-jariku semakin cepat. Kukulum puting payudaranya dengan sesekali kumainkan lidahku. Remasan tanganku semakin kencang ke payudaranya. Sampai akhirnya dia mencapai klimaks dan aku memeluknya erat.

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Dia minta izin untuk pulang dan mandi, karena rumahnya tidak terlalu jauh dari warnet. Ternyata dia terkadang saat weekend menjadi operator di warnet itu, dan hari itu adalah hari dimana dia mendapat giliran untuk menjadi Operator. Kurang lebih satu jam lamanya aku menunggu, akhirnya dia tiba. Dengan wajah yang lebih segar, memakai kaos ketat dengan rok mini berbahan jeans berwarna biru. Saat dia mendekat, kuhirup harumnya wangi parfum yang dia **kan ketubuhnya. Jujur, birahiku menjadi naik karenanya.

Sesaat kemudian, dia memulai tugasnya dan Operator yang satunya lagi izin pulang. Warnet hanya berisi 2 user. Dalam hati aku berharap kedua user itu cepat selesai onlinenya, supaya aku bias berduaan dengan Wulan.

Setengah jam berlalu, user terakhir akhirnya pulang. Tanpa basa basi, dia pun membalik tulisan open menjadi close dan kemudian mengunci pintu warnet. Dia lalu menuntunku ke belakang, ke tempat dimana operator biasa beristirahat. Dia mulai menciumi bibirku dan aku balas dengan memainkan lidahku. Tangannya mulai menjelajah ke dadaku, lalu turun ke perutku dan kemudian berhenti diantara selangkanganku. Dia mulai meraba-raba penisku yang makin lama makin tegang berdiri. Kancing celanaku dibukanya dan perlahan resleting celanaku diturunkannya. Tinggalah aku dengan hanya memakai celana dalam dengan kaus masih melekat. Kemudian dia buka celana dalamku dan menyembulah penisku yang sudah tegak berdiri. Dia mulai mengocok-ngocok penisku dengan lembut dengan sesekali menciumi kepalanya. Sesaat kemudian ia mulai memainkan lidahnya, menjilati penisku dan mengulumnya dengan perlahan. Dengan gerakan yang sangat lembut dia gerakan bibirnya maju mundur, sambil sesekali menghisap, membuat aku melayang.

5 menit sudah ia memainkan punyaku. Tiba giliranku untuk mengerjainya. Aku mulai dengan membuka kaosnya sambil sesekali aku ciumi kedua payudaranya. Kubuka BHnya dengan perlahan, hingga terlihat jelas kedua belah payudaranya yang tidak terlalu besar. Aku mulai dengan meremas, kemudian mengulum putingnya, menghisap sambil memainkan jari-jariku di atas payudaranya. Setelah puas, aku mulai menurunkan celana dalamnya. Celana dalam berwarna biru dengan motif polkadot. Sehingga terlihat jelaslah vaginanya yang memiliki bulu kemaluan yang tidak terlalu banyak. Kurebahkan dia di lantai yang beralaskan karpet, dan aku ganjal pantatnya dengan bantal agar pandanganku jelas. Kumulai menjilati klitorisnya, dan mengulum labianya. Sesekali aku masukan lidahku kedalam lubang vaginanya. Kumainkan bulu kemaluannya yang halus dengan lidah tetap menjilati dan mengulum klitorisnya. Lalu aku masukan jari tengahku kedalam vaginanya. Dengan gerakan yang perlahan aku mainkan jari tengahku, dengan lidah masih bermain-main dengan klitorisnya. Mendekati klimaks, aku hentikan gerakan lidah dan jariku dan memulai posisi missionary. Aku mulai masukan penisku ke dalam vaginanya dengan perlahan, lalu mengeluarkannya dengan perlahan dan aku lakukan berulang-ulang. Dengan ritme yang lambat, kurasakan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Diapun sepertinya menikmati gerakan-gerakan yang aku lakukan. Setelah 5 menit, kemudian kami berganti posisi doggy style. Dengan perlahan aku gerakan tubuhku maju mundur sambil sesekali mempercepat ritme, kemudian memperlambat lagi, begitu seterusnya. Sampai pada akhirnya dia hampir mencapai klimaks, akupun sepertinya sudah tak bisa lagi menahan keluarnya sperma. Dia berkata, â€Å“keluarkan didalam saja, aku tadi sudah minum pil KB. Hatiku berteriak kegirangan, karena belum pernah seumur-umur bisa ngeluarin di dalam. Dengan beberapa gerakan saja kami berdua pun mencapai klimaks. Dia merasakan hangatnya spermaku yang keluar di dalam vaginanya. Sedangkan aku merasakan bagaimana vaginanya berdenyut seperti menghisap-hisap penisku, luar biasa. Beberapa saat aku diamkan penisku di dalam vaginanya. Setelah itu kamipun membersihkan diri di toilet. Dan kemudian mulai memakai kembali pakaian kami.

Selesai itu, kamipun berpelukan. Lalu dia membisikan kata â€Å“terima kasih buat hari ini, aku bahagia. Dalam hati aku hanya bisa tersenyum, akupun bahagia, pikirku. Hari ini takkan pernah hilang dalam memoriku


Admin Mesum - 23.24

cerita seks-Persetubuhan Terlarang

Ini adalah kisah pengalamanku yang sengaja aku beberkan untuk pertama kalinya. Sebut saja namaku Arman, aku sendiri tinggal di Bandung. Kejadian yang aku alami ini kalau tidak salah ingat, terjadi ketika aku akan lulus SMA pada tahun 2010 lalu.
Sungguh sebelumnya aku tak menyangka bahwa aku akan meniduri adikku sendiri yang bernama Ratih. Dia termasuk anak yang rajin dan ulet, sebab dia adalah yang memasak dan mencuci pakaian sehari-hari. Ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar, sedangkan ayahku telah lama meninggal. Entah mengapa Ibu tidak berniat untuk menikah lagi.

Yang ibu lakukan setiap hari adalah sejak jam 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, aku pun sekali-sekali pergi ke pasar untuk membantu beliau, itu pun kalau terpaksa sedang tidak punya uang. Sedangkan adikku karena seringnya tinggal di rumah maka dia kurang pergaulan hingga kuperhatikan tampaknya dia belum pernah pacaran. Oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.

*****

Baiklah, aku akan mulai menceritakan pengalaman seks dengan adikku ini. Kejadiannya ketika itu aku baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika sampai di rumah aku mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu TV swasta. aku pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa. Saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat adegan tersebut aku menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.

"Pantesan betah nonton film gituan" ujarku.
"Ih, apaan sih" cetusnya sambil tersipu malu-malu.

Beberapa menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. Karena acara di televi\si tidak ada yang seru, maka aku pun mematikan TV tersebut dan setelah itu aku ke WC untuk buang air kecil. Mataku langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.

"Ratih, ikut dulu sebentar pingin pipis nih" sahutku tak kuat menahan.

Setelah aku selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku Ratih. Aku sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir dia adalah adikku sendiri, apalgi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. Tetapi dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka aku berpikir bagaimana caranya agar dapat mencumbu adikku ini.

Aku seringkali mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah mengapa aku tak mengerti, aku langsung saja berjalan menghampiri adikku dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. Mendapat serangan yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku.

Aku sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang telah aku lakukan terhadap adikku. Aku malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke kamarnya. Melihat hal itu aku langsung mengejar ke kamarnya. Sebelum dia menutup pintu aku sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal peristiwa tadi.

"Maafkan.. Aa Ratih, Aa tadi salah"
"Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu"

Adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Aku mendekati dia dan duduk di tepi ranjang.

"Ratih, maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu" kataku agak takut.
"Aa jahat" jawab adikku sambil menangis.
"Ratih maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Dewi" kataku.
"Apa hubungannya putus ama Teh Dewi dengan meluk Ratih" jawab adikku lagi.
"Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu"
"Kenapa sama Ratih" jawabnya.

Setelah itu aku tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. Di tengah kesunyian tersebut lalu aku mencoba untuk memecah keheningan itu.

"Ratih, biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini" Adikku tidak menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu aku mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara.
"Ratih, lagian kan Ratih pingin ciuman kayak di film tadi kan?" bujukku.
"Tapi Aa, kita kan adik kakak?" jawabnya.
"Nggak apa-apa atuh Ratih, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung"

Entah mengapa setelah aku bicara begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam hati hingga aku pun tak membuang kesempatan ini. Aku mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Aku harus melakukannya dengan perlahan. Belum sempat aku berpikir, Ratih lalu berkata..

"Aa, Ratih takut"
"Takut kenapa, Say?" tanyaku.
"Ih, meuni geuleh, panggil Say segala" katanya.
"Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok", rayuku.
"Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu" jawabnya.

Setelah mendengar perkataannya, aku bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku terkejut sekali, karena baru pertama kalinya bibir yang seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang. Tetapi aku mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam pelukanku.

"Mmhh, mmhh.., Aa udah dong" pintanya. Aku menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya aku sangat puas meskipun aku hanya berhasil menikmati bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini.
"Ratih, makasih yah, kamu begitu pengertian ama Aa" kataku.
"Kalau saja Ratih bukan adik Aa, udah akan Aa.." belum sempat aku habis bicara..
"Udah akan Aa apain" bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.
"Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Ratih, Ratih mau kan jadi pacar Aa", tanyaku lagi.

Mendengar hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..

"Tapi pacarannya nggak beneran kan" Katanya sedikit ragu.
"Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu" jawabku meyakinkannya. Setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.
"Udah jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aa mandi dulu yah", kataku kemudian.

Maka aku pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah kejadian tadi siang aku sempat tidak habis pikir, apakah benar yang aku alami tadi. Di tengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara Ibuku.

"Hayoo ngelamun aja, Ratih mana udah pada makan belum?" kata Ibuku.
"Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?" aku melihat Ibuku membawa bungkusan.

Setelah aku lihat ternyata Ibu membeli bakso, kemudian Ibuku memangil Ratih dan kami bersama-sama menyantap Baso itu. Untungnya setelah kejadian tadi siang kami dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga sedikit pun.

Malamnya aku sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah Ibu pergi ke pasar aku ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya rupanya setan telah menguasaiku sehingga aku terbangun ketika Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. Setelah itu aku mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.

"Ehmm, ehmm, bebas nih", ujarku.

Adikku orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang ingin aku lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun. Karena aku sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka aku langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk dan menciumi tengkuknya.
Dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang mulai ngaceng aku gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.

"Say, Aa pingin bobo di sini boleh kan?" pintaku.
"Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar.."
"Entar kenapa?" timpalku.

Belum sempat dia bicara lagi, aku langsung membalikkan tubuhnya dan langsung aku pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. Aku kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat tubuhnya agar melekat erat dengan tubuhku. Aku mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.

Walaupun dia menyambut ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan. Tetapi aku tersadar bahwa ciumannya kali ini lain daripada yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku. Aku tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.

Kini tanpa ragu lagi aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya aku meraba paha perempuan. Sebelumnya dengan pacarku aku belum pernah melakukan ini, karena Dewi pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Dewi kami hanya sebatas berciuman.

Kini yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu aku ingin sekali meraba, menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa Sunda) wanita hingga aku mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya. Belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Ratih melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Ratih telah mengalami orgasme.

"Aa.. aah, eghh, eghh" rintih Ratih yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.

Sesaat setelah itu Ratih menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. Aku belai rambutnya karena aku pun sangat menyayanginya, kemudian aku bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.

"Gimana Sayang, enak?" bisikku. Aku hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti Nafa Urbach.
"Gimana rasanya, Sayang?" tanyaku lagi.
"Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?" Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.
"Iya Sayang, gimana, enak?" jawabku sambil bertanya lagi.
"He-eh, enakk banget" jawabnya sambil tersipu.

Entah mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, aku kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka aku mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya... 


Admin Mesum - 23.23

Menikmati Tubuh Mungil

Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.

Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.

Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.

Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.
"Len..udah pulang..?" iya kak, sambil melepas sepatunya.
"Awas dong..mau ganti baju nih..!" katanya memohon.
"Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya..!" pintaku padanya.
"Iya....boleh.." ungkapnya.

"Aku masuk ya..!" pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
"Len..kamu cantik sekali pakai baju itu..!" ungkapku jujur padanya.
"Masa sih..!" kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.
"Aku boleh bilang sesuatu nggak Len..?" tanyaku agak ragu padanya.
"Mau bilang apaan sih kak..serius banget deh kayaknya..!" ungkap Marlena penasaran.
"A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja..!" ungkapku memberanikan diri.
"Aku janji nggak ngapa-ngapain...sungguh..!" janjiku padanya.
"Iiih..peluk gimana sih.., emang mau ngapain.., nggak mau ah..!" bantahnya.
"Sebentar...aja...ya..Len. ." kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
"Ya udah cepetan ah..yang enggak-enggak aja sih.." ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.

Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
"Iiih...diapain sih tuh..udah...ah..!" seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.
"Aku terangsang Len..abis kamu cantik sekali Len..!" ungkapku terus terang.

Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.
"Anunya bangun ya kak..?" tanya Marlena heran.
"Iya Len..aku terangsang sekali.." ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
"Kamu mau lihat nggak Len..?" tanyaku padanya.
"Nggak ah..entar ada orang masuk lho..!" katanya polos.
"Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya..!" ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.
Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.

Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
"Ya udah aku buka ya....?" ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
"Nih lihat...cepetan mumpung nggak ada orang..!" ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
"Iiih ngapain sih... Malu tahu..!" ungkapnya pura-pura.
"Ngapain malu Len..kan udah nggak ada orang.." kataku berdebar-debar.
"Mau pegang nggak...?" Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.

"Iiiih..takut ah..gede banget sih..!" ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.
"Aaaah..ooouw...terus Len..enak banget..!" aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
"Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len..?" ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
"Gimana Len.....?" ungkapku padanya.
"Gimana apanya..!" jawab Marlena polos.

Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
"Len...buka ya celana dalamnya...!" pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
"Eeeh...mau ngapain sih...pake dibuka segala..?" tanyanya bingung.
"Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu.. Lena tenang aja..!" bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.
"Tuh kan....malu..masa nggak pake celana dalam sih..!" ungkapnya merengek padaku.
"Udah nggak apa-apa...kan nggak ada siapa-siapa..!" aku menenangkannya.

"Kamu kan udah pegang punyaku..sekarang aku pegang punyamu ya..Len..?" pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
"Ah..udah dong..geli nih.." ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.
"Ya udah...punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!" ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.

Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.
"Terus kita mau ngapain nih..?" ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.
"Aaah..Len..enaaaak...bangeet. .!" aku merintih nikmat.
"Apa sih rasanya...emang enak..ya..?" tanya Marlena, heran.
"Iya..Len..rapetin kakinya ya..!" pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
"Ah geli nih... udah belum sih..jangan lama-lama dong..!" pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
"Iya..Len.. sebentar lagi ya..!" ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.

Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
"Aaaaakh..aaaoww..Leenn..a ku mau keluaarr..crottt..crott..crott t..oouhh..!" air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
"Iiiih...jadi basah..nih..!" ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
"Hangat..licin..ya..?" ungkapnya sambil malu-malu.
"Apaan sih ini...namanya..?" Marlena bertanya padaku.
"Hmm..itu namanya air mani..Len..!" jelasku padanya.

Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.

Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
"Len..makasih ya..udah mau pegang punyaku tadi..!" ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
"Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?" pintaku pada Marlena.
"Iya..nggak apa-apa..asal jangan lagi ada orang aja..kan malu..!" ungkap Marlena polos.

Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu. 


Admin Mesum - 23.22

Bunga SMA

Suatu siang aku jalan-jalan kepusat perbelanjaan buat refresing….ya..liat-liat cewek cantik.Begitu aku lagi liat kiri kanan..eee..tak taunya seseorang menubrukku .Wanita ini sepertinya habis belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang.
Begitu bertabrakan…aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan.Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya….walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku.

“Maaf ..mbak…nggak sengaja nih…”kataku padanya.
“ya…nggak apa-apa lagi….oya..kamu Andy kan….”katanya padaku.
“iya..saya Andy….dan mbak siapa ya…kok tahu nama saya”
“kamu nggak ingat sama aku ya…teman SMA kamu…yang suka jahilin kamu….”katanya padaku.
“siapa ya….eeeee….maaf …Rani ya….SiBunga SMA “
“Tepat sekali ….tapi tadi kok kamu manggilin aku mbak seh…”
“Maaf deh….abis aku nggak tau siapa kamu..”
“kenapa..lupa ya sama aku….atau emang udah dilupain ya…”
“ya..gimana ya..kamu cantik banget ..beda dengan yang dulu..”kataku sedikit memujinya.
“ak kamu ….biasa aja kok…”katanya sambil tersipu malu.
“oh ya….kita kekafe yuk..buat ngerayain pertemuan kita ini…
“ok deh…tapi kamu yang traktir aku ya…abis aku lagi bokek nih”kataku padanya
“ya..nggak masalah lagi….”

Aku dan rani pergi kekafe langgananya Rani.Sampai disana ..kami memilih meja yang paling pojok.Suasana didalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman…membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama.

“Gimana kabar kamu sekarang andy…..udah berkeluarga ya…”tanya rani padaku.
“aku seh baik-baik aja….masih sendiri lagi….masih kepengen bebas”
“kalau kamu gimana….udah bekeluarga ya….”tanyaku padanya.
“aku udah married….udah 3 tahun”
“asyik dunk….trus suami kamu mana…kok pergi sendirian ….nggak takut digodain sama lelaki iseng”
“ah kamu..biasa aja lagi….laki aku lagi keLN…urusan bisnis katanya”
eh…ayo makan..kok didiamin aja nih”

kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia.Habis makan,kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing
Beberapa hari kemudian….Rani mengirim SMS keHP ku….isinya mengajak aku untuk main kerumahnya.SMSnya kubalas….dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya..Beberapa menit kemudian…Rani membalas SMSku dan menyebutkan alamat rumahnya.

Aku berangkat kerumah Rani…sibunga SMA.Tak lama kemudian ..aku sampai didepan rumah mewah.Kubaca kembali alamat yang diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu…pass..memang benar ini rumahnya.Kutekan bel yang ada didepanku.Beberapa saat kemudian …pintu pagar terbuka dengan sendirinya.Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya.Aku berjakan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana.

“Hii..gimana kabar kamu sekarang….”sapanya padaku.
“Baik saja nih….kamu gimana…kok sepi amat seh…pada kemana nih”
“iya nih…nggak ada siapa-siapa nih dirumah…jadi kesepian..makanya aku undang kamu kesini ..buat nemenin aku…”
“nggak salah nih..ntar suami kamu marah lagi”
“ah..nggak apa-apa lagi…. dia lagi diLN sekarang nih…”
“yuk ..masuk….kita ngobrol didalam aja deh”

Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani.Wah….benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan.
“mari..silahkan duduk….jangan malu -malu..anggap saja seperti rumah sendiri”
“Thank’s….”dan akupun duduk
“oya..mau minum apa nih….panas..dingin atau yang hangat..”kata siNyonya rumah.
“jadi bingung nih ..milihnya …”kataku padanya.
“ya…kalau yang panas…teh sama kopi…trus kalau mau yang dingin..ada soft drink..”balas siRani
“trus kalau aku milih yang hangat gimana”tanyaku lagi.
“ya…ada deh…”kata rani sedikit genit.
“ok deh…kalau gitu..aku minta yang hangat aja deh”kataku coba menggodanya
“ah..kamu ini bisa aja….ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti”
“ya..tergantung yang ngasih dunk…”

Rani bangkit dari duduknya ….”bentar ya …aku kebelakang dulu”
Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu.Rani kembali lagi keruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange .Dia meletakkannya datas meja.

“Lho..tadi katanya yang hangat..kok yang itu seh”kataku padanya.
“yang hangat ntar….so pasti aku kasih deh”
Akupun duduk kembali.
“Ran…rumah kamu bagus banget deh….semuanya kamu punya…so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu….”
“ah ..siapa bilang..dari luarnya saja aku keliatan bahagia”katanya mulai serius
“memang semuanya aku punya ..tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia”
“bayangin aja deh ..dalam satu bulan ..palingan suamiku 3 hari ada dirumah”
“selebihnya ..ya kesana kemari ..ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi kamu bisa bayangin deh..betapa aku sangat kesepian..”

Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya.Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu.Dibalik kaos ketat lengan pendek itu …sepertinya Rani tak mengenakan Bra…itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi .Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan.

Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku.Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah.

“Dy..aku kangen banget deh sama kamu….”katanya padaku
“oya…”kataku padanya.
“iya nih….apalagi sama…….”katanya terputus.
“sama apa seh Ran…..”
“sama…..sama ini nih….”katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku.

Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan.walau sebenarnya aku juga menginginkannya.

Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku,Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku..malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan.

Perlahan ..mukaku dan muka Rani makin mendekat.Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku.Kukecup bibirnya yang merah itu.Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi .Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya .Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya.

Sementara itu tanganku tak tinggal diam.Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat ,padat dan berisi Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani.Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku.Dan tangan Rani semakin liar begerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras.

Rani beranjak dari tempat duduknya .Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya.Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya.Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.Begitu sangat sempurna sekali.Dua gundukan bulat menggantung didadanya .ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks.

Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku.Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan.Begitu celanaku terbuka ..nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku.Namun tak berselang lama celana dalamkupun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur.

Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku.Lama kelamaan ukurannya makin membesar .Rani mulai menjilat ujung kepala penisku .Mulutnya yang mungil itu menjiltai permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku.Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan persendianku.Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya .Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku.Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.

“Akhhh..Ran..aku mau keluar nih”erangku padanya

Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani.Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku.Dan sambil tersenyum ..Rani menjilati sisa- sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku.

Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. .Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk .Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya.Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar.Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar.Dengan penuh nafsu ..aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu.Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit perutnya yang ramping.

Rani merasakan dirinya seolah terbang kesorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya.Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri.Baginya ,kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya.Desahan…erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku.

“Sayang….cepet dunk masukin punyamu kememek aku….udah nggak kuat nih”rengeknya padaku.

Akupun memenuhi permintaan Rani yang sudah tidak tahan menunggu batang kejantananku yang tegang dan mengeras untuk masuk kedalam vaginanya Rani.
Aku memegang batang kejantananku dan mengocoknya sebentar kemudian mengarahkannya kelubang vagina Rani.

Aku mulai maju mendorong pantatnya Rani.Beberapa kali kucoba selalu meleset.Mungkin karena ukuran senjataku yang cukup besar hingga sulit untuk menembus lubang vaginanya yang rapet.Namun setelah beberapa kali mencoba,akhirnya batang kejantananku masuk menembus lubang memeknya Rani.

Tanpa membuang waktu lagi,kugerakkan pantatku maju mundur menusuk memeknya Rani.Dengan penuh nafsu,Rani menikmati gerakan Penisku yang maju mundur menusuk vaginanya.Desiran dan desahan beriringan keluar dari mulutnya yang mungil itu.Rani mengimbangi gerakanku dengan memaju mundurkan pantatnya yang bahenol itu.
Sekitar tiga pulu menit berlalu,Rani merasakan akan mencapai klimaks.

Rani mengangkat pantatnya dan menggelinjang hebat.Wajahnya berubah ganas,matanya mendelik saat puncak kenikmatan itu datang.Aku tahu kalau Rani akan mencapai klimaknya.Kupercepat gerakan pantatku menusuk vaginanya sampai akirnya puncak kenikmatanna datang.Rani mendekap erat tubuhku,Vaginanya berkedut-kedut menjepit batang kejantananku.Cairan hangat dan kental merembesi dinding vaginanya.Orgasme yang beruntun telah dialami Rani sibunga SMA.

Untuk beberapa saat ..kubiarkan Rani menikmati sisa -sisa orgasmenya ,sebelum kami melanjutkan permainan yang berikutnya.Perlahan Rani bangkit dari tidurnya dan duduk diatas sofa empuk itu.Akupun duduk disampingnya .Tanganku singgah digundukan vagina yang ditumbuhi rambut halus itu.Kubelai perlahan untuk membangkitkan kembali gairah wanita cantik yang ada disampingku ini.Perlahan terdengar desahan lembut dari mulut Rani.Sementara itu mulutku tak lepas dari dua puncak mungil didadanya.

Merasa sudah tepat saatnya bagiku untuk menuntaskan permainan ini…kuangkat Rani dan kududukkan ia diatas pahaku.Posisinya kini tepat berada diatas pangkuanku,sehingga dua buah dadanya yang padat membusung tepat berada didepan mulutku.Kugosok-gosok ujung penisku kemulut vaginanya.Kutekan ujung penisku hingga amblas masuk kedalam Vaginanya.Kudiamkan perlahan,kunikmati beberapa saat kontolku bersarang dalam memeknya Rani.

Perlahan kugerakkan pantatku naik turun menusuk lubang kemaluannya Rani.Gerakanku makin lama semakin cepat membuat tubuh Rani bergoyang-goyang diatas pangkuanku.Terdengar erangan kenikmatan dari mulut rani.Beberapa kali ia harus memekik kecil tak kala penisku yang makin membesar menyentuh ujung rahimnya.Sementara dua buah gundukan didadanya bergoyang -goyang tak karuan .Kedua tanganku meraih dua gundukan itu dan meremasnya perlahan.

Beberapa menit kemudian terasa sesuatu menyesak dalam batang kejantananku.Mungkin tiba saatmya bagiku untuk orgasme.Dengan diiringi desahan panjang secara bersamaan…aku dan Rani mencapai orgasme. Ku**kan spermaku yang hangat didalan vagina Rani.Beberapa saat kemudian Ranipun menyusul.Cairan hangat merembesi dinding Vaginanya yang hangat itu.Aku memcabut batang kejantananku dari dalam vaginanya Rani.

Dengan cepat Rani jongkok diselangkanagnku dan menjilat sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku.
Sesaat kemudian Rani tersenyum padaku.Senyum penuh kepuasam …yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya tersayang.Aku bangkit dan mengenakan kembali pakaianku.Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam sepuluh malam.Akupun pamit pada Rani.

Namun sebelum aku pergi meninggalkam rumah Rani…ia memberikan sesuatu buatku sebagai hadiah.Sebuah Handphone terbaru dan motor besar .Semula aku menolak pemberiannya …namun ia berharap sekali aku menerima pemberiannya itu.Demi menghibur hatinya Rani..kuterima hadiah yang bagiku cukup besar sekali.

Kupergi meninggalkan Rani dengan membawa Handphone dan sebuah motor besar.Hadiah yang mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan kenikmatan seks yang kudapatkan hari ini….dan bahkan akan kudapatkan hari-hari berikutnya bersama wanita cantik yang pernah menjadi Bunga SMA. 


Admin Mesum - 23.20

enaknya menjadi dokter

Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler. Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga “ngobyek” dengan yang lain. Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang mencoba menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku banyak yang aku perdaya tapi…ada satu orang yang membuatku sangat penasaran. Namanya Novi, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.

Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak. “baik Dok…eh…kak”. “tapi terima kasih tawarannya
aku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima. “terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin lain kali”
kataku
“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit”
sambil berlalu
AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku menggeleng.

Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya
Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.
“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya
“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu
Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. “Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”. “Ya sudah…” ujarnay tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu.

Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin “Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”. “Kamu mau aku bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. “yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…

Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan. “kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia. “Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan. “Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras
“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”
mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.
“Novi tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi
“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”
dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”
“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan
“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi tersenyum walau getir.

Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Nov?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“ah nggak kok” Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”

Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.
“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.
“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru dan rok panjang biru donker.

“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu”
kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.
Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.
“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.

Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang.
Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. “Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya
” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”
aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”
Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. “oh god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing. Novi hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. “mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra. “Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat.

AKu tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi. “aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…k ak…..aduuhh…..mhh….. ” Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. “ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh …”, nafas Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.

Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. “kaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh …akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.

sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. “Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirny
a sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. “mhhh…aauuuummm…uummhh”
akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya. “aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmm hh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti, “Kak…Novi ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku “ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya “Kamu yakin Nov?” Novi mengangguk.

Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya Vi…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi. “Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit. Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan …:” “kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh …mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur. “shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…k ak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Novi meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.

Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah terbuka itu.

Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh **an air maninya ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu **an hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia.
“Kakak mau tanggung jawab kan?”

“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau suaranya terdengar
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
“i..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir.


Admin Mesum - 23.16
Silahkan Promosikan Situs/Web atau Blog Anda Disini



Shout
Review http://kumpulan-ceritaxxx.blogspot.com on alexa.com
backlink
Email extractor software for online marketing. Get it now free, Email Extractor 14. online-casino.us.org

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. Kumpulan Ceritaxxx - All Rights Reserved