“Mas bangun mas... mandi gih...kita hari ini ada agenda pagi loh...” ujar seorang wanita mendorong-dorong pundak saya yang masih tertidur pulas akibat sisa-sisa pertempuran dengan Riana. Saya kemudian terbangun dengan masih keadaan tanpa busana dan terduduk di kursi samping kasur...saya kemudian meraih jam tangan yang berada di meja telepon dan menengok waktu. Rupanya masih 4.30. Saya ingat Tania memang mengatakan ada agenda bermain golf dengan para pebisnis lainnya. Saya sebenarnya tidak tertarik tetapi saya berusaha untuk sebaik mungkin dengan perusahaan Riana..terlebih malam tadi ia memberikan saya jasa besar di atas ranjang...
Ketika sedang asik-asiknya mengumpulkan nyawa sambil termenung, saya mendengar seorang keluar dari kamar mandi disertai suara gemercik air yang memenuhi bathtub. Sambil berkata wanita itu mulai dapat saya lihat.
“Airnya udah aku siapin mas, mandi gih...”
ASTAGAH! Tania! Saya langsung secara spontan menutup daerah kemaluan. Saya sungguh terkejut karena saya pikir yang membangunkan saya tadi adalah Riana. Kemudian saya berusaha untuk menyisir kamar dengan mata tanpa beranjak dari kursi. Tania terlihat kebingungan dengan perilaku saya yang berusaha memastikan apakah Riana masih ada di kamar. Saya juga terbesit pertanyaan bagaimana Tania bisa masuk ke kamar. Suatu hal yang kemudian saya sadari bahwa kamar kami memang terhubung dengan pintu antar kamar.
“Bidadarinya udah pulang mas.... lagian kenapa sih ditutupin...udah sama-sama gede...” ujar Tania sambil tersenyum dan duduk di samping tempat tidur yang membuat posisi kami sangat berdekatan. Saya kemudian dengan spontan melepaskan tangan dari daerah kemaluan.
“Kok bengong sih..mandi sana...perlu aku panggilin bidadarinya biar mas dimandiin?” tambah Tania lagi.
“Ah enggak...kamu...hmmm... oke bentar ya...kamu siapin baju ku ya,,,”
“Siap pak boss!!! Btw bokongnya seksi juga...hmmm” ujar Tania bercanda sambil mengejek saya yang terlihat masih gelagapan karena kejadian tadi....saya kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan berendam air panas. Sumpah gan, habis pertempuran tadi malam, rasanya badan dipijet-pijet pas berendem air panas..
Terus terang sempat terpikir bahwa Tania kok kayaknya gak pernah kenapa-kenapa melihat saya tanpa pakaian. Ini adalah yang kedua kalinya Tania melihat alat perang saya. Ia juga tadi sepertinya tahu bahwa saya bermain dengan Riana tadi malam...apakah dia tadi malam menguping atau bahkan mengintip ?
Setelah saya selesai mandi saya memutuskan untuk kembali dan ternyata Tania tak ada di kamar saya...ia masuk ke kamarnya. Terlihat dari pintu penhubung antar kamar kami yang masih terbuka dan samar-samar mendengar Tania sedang berbicara di telepon..
Entah karena mendadak mendapat telepon atau memang lupa, pakaian saya benar-benar tidak disiapkan oleh Tania. Saking malasnya untuk mengambil pakaian sendiri...saya memutuskan untuk merebahkan diri kembali dengan handuk menutupi bagian tubuh dari pinggang ke bawah. Tanpa sadar saya tertidur sejenak...
“Heeehh...mas baru ditinggal bentar udah tidur lagi...ini ayo pakai bajunya...” saya terbangun tanpa pikir panjang dan meminta Tania untuk meninggalkan ruang karena hendak berganti pakaian...
“udah ganti aja di sini, aku masih ada yang diurusin nih...lagian udah sering liat kok hihi...”jawab Tania singkat sambil menyalakan lapto saya... saya memenenuhi perintahnya dan berganti pakaian.. Tania terlihat sangat sibuk mengutak-ngatik laptop saya...ia berdiri di samping meja kerja yang disediakan pihak hotel sambil terus mengetik..keadaan tersebut membuatnya sedikit terbungkuk...
Kejadiaan tersebut membuat saya sedikit bengong karena bathrob yang ia gunakan sangatlah pendek. Beberapa cm di atas lutut dan membuat bagian belakang terangkat ketika ia membungkuk..sedikit harapan saya untuk melihatbongkahan bokongnya tetapi Tania kurang membungkuk..tetapi saya tak pikir panjang karena masih lelah dengan kejadian semalem.
“Tadi waktu kamu masuk, Riana udah nggak ada?” tanya saya memecah keheningan sambil meraih celana dalam yang sudah disiapkan dan memakainya..
“Udah sih mas...BTW tadi malem kayaknya seru banget ya? Aku sampai gak bisa tidur lho...”jawab Tania singkat sambil memutar badanya ke arah saya dan meninggalkan laptop dan menyandarkan tubuhnya di meja.
“Kenapa? Kangen ya?”goda Tania lagi...
“Bisa aja kamu...nggak lah itu kan cuman bentuk servis dari kantor dia buat kita...”jawab saya sekenanya sambil meraih celana golf yang ada di atas kasur.
“Servis tapi sampai bikin kangen ya? Luar biasa pasti mainnya bu Riana...Mas kamu jangan lupa nelpon Dena dulu ya pagi ini...”
Percakapan pagi ini memang berjalan satu arah...Tania lebih sering bertanya sementara saya lebih sering diam. Bukan karena saya tak suka dengan Tania. Tetapi kejadian tadi malam, serta santainya Tania ketika melihat saya telanjang adalah sebuah hal yang baru...
Harus diakui bahwa Tania memang terlihat agresif semenjak memergoki saya dengan Marin beberapa waktu yang lalu. Namun bukan agresif yang berarti ia menyukai saya....tetapi ia seperti mendukung saya untuk terus mencari wanita. Maklum, Tania memang menjadi salah satu sosok yang meminta saya untuk mencari istri...menurutnya Dena perlu seorang sosok ibu. Tak jarang Tania kerap menjodohkan saya dengan bebrapa wanita yang ia kenal...itulah mengapa ia terlihat agresif dalam beberapa kesempatan tetapi agresif untuk menjodohkan saya...
Tiba-tiba telepon Tania berdering...secepat mungkin wanita cantik itu mengangkat telepon sambil mengarah ke kamarnya. Sementara saya memutuskan untuk menyalakan televisi dan menelepon Dena. Tetapi tampaknya Dena masih tidur sehingga tak ada yang mengangkat telepon...
Beberapa saat kemudian Tania menyelesaikan teleponnya dan kembali berjalan ke arah ruangan saya. Secara buru-buru saya mengambil polo shirt yang ia sediakan karena itu adalah satu-satunya pakaian yang belum saya gunakan. Tania memang orang yang tegas. Beberappa kali ia kesal jika saya tak langsung menyelesaikan pekerjaan. Terkadang saya bingung, siapakah yang menjalankan perusahaan ini?
“udah nggak usah dipake nggak papa mas...tadi asisten Riana nelpon katanya tempat main golfnya hujan. Trus ya aku cancel aja...”ujar Tania yang kemudian duduk di sampingku di pinggir kasur sambil nonton tv. Senangnya bukan main karena akhirnya aku bisa istirahat,
“Udah nelpon Dena?” tanya Tania
“Udah tapi tadi nggak diangkat. Masih tidur kali...”jawabku santai sambil terus menyaksikan tv. Di sampingku tersaji paha mulus Tania yang disilangkan. Sungguh menggoda selera...
“Oh ya mendadak katanya Riana sakit...nggak enak badan gitu...kok bisa ya? Perasaan tadi malem masih teriak-teriak...jadi penasaran...” ujar Tania menatap saya dengan sorot mata tajam seolah menelanjangi saya...
“Yah namanya juga udah bertahun-tahun gak dapet hiburan...kamu kan tau sendiri. Ya bablas hehe...”tawa ku garing.
“Dasar bandel...”balas Tania sambil menyubit hidung saya gemas...
“Kamu enak mas...single...” belum selesai Tania bersuara saya memotong kepancing curhat. Haha
“Enak gimana. Single parent, jadi bapak iya, jadi ibu iya, jadi atasan iya, di teken big boss iya, hiburan gak ada...”
“duh dipancing dikit udah langsung keluar semua...udah ah kita lagi liburan,,,”potong Tania sambil memeluk saya dari samping. Suatu hal yang sebenarnya lumayan sering terjadi tetapi kali ini saya merasa ada yang berbeda karena sambil menahan sang adik untuk bereaksi akibat pemandangan indah di bawah.
“Kamu tuh beruntung...masih single. Semuanya gak ada terikat. Emang ada Dena, kamu harus tanggung jawab besar. Tapi justru karena Dena kamu jadi semangat kerja kan? Di kantor juga ada aku kan yang bantuin kamu ini itu...termasuk ngatur ketemuan kamu sama Marin hihihi...” kata Tania yang hanya saya balas dengan pelukan erat..
“Kayanya kamu mau curhat deh hahaha...sini sini...” tebak saya yang kemudian disetujui oleh Tania.
Setelah sejam berlalu benar saja, Tania memang memiliki beban berat. Ia menceritakan bahwa mertuanya semakin gencar menuduhnya mandul.
Padahal ia sudah memeriksakan diri ke dokter dan ia subur. Namun Tania tak pernah menceritakan kisah pemeriksaan tersebut ke suaminya. Ia takut sang suami tersinggung dan marah dengan kejadian tersebut. Tania mengaku sudah bercerita dengan ibunya. Namun ibunya justru semakin membuatnya bingung. Tania diminta berterus terang. Jujur saya setuju dengan ibu Tania, tetapi karena keadaanya Tania lagi bimbang...saya hanya mendengarkan saja...saya meminta Tania bersabar dan menikmati liburan terlebih dahulu...tanpa sadar sejam berlaru botol wine kedua kami telah habis. Ya. Sebelum bercerita saya dan Tania sempat meminta pelayan untuk memberikan wine. Tania menangis sepanjang bercerita...saya hanya bisa memeluknya dan menaruh perasaan iba. Setelah semua kondisi menjadi semakin baik dan Tania mulai tersenyum saya pun dengan bodoh melemparkan joke yang tidak lucu. Jauh dari kata lucu.
“Nggak papa suami kamu gak subur. Bagus itu, justru kamu bisa ena-ena tanpa khatir hamil...lagian repot lagi punya anak...”
“Dasar kamu yang dipikirn cuman selangkangan aja...mmuaah” ciumnya ke pipiku...ini pertama kalinya Tania mencium saya...sungguh membuat linglung dan mendadak canggung...namun rasa canggung tersebut berubah ketika ia mengecup bibir saya...hanya beberapa detik tetapi membuat saya semakin membeku tak karuan...
“Kalo klimaks sih gakpapa...lah ini, dapet jatah aja jarang.” Ujar Tania lagi memecah rasa canggung yang kembali berujung curhat...ternyata Tania dan suaminya jarang sekali berhubungan badan..nyaris hanya sekali atau dua kali dalam sebulan...terlebih lagi, hbungan tersebut tak pernah berlangsung lebih dari 15 menit...itu membuat Tania harus mengakhiri malam dengan isakan tangis di kamar mandi...
Namun kali ini saya tak akan membiarkan Tania menangis lagi. Tak akan...wanita yang sudah menjadi asisten atau bahkan repotnya sama seperti ketika saya masih diasuh ibu waktu kecil ini akan saya perlakukan dengan baik..
Saya kecup bibir Tania sambil berkata...”udah ya...katanya kita lagi liburan..” perkataan saya itu hanya disambut dengan anggukan oleh Tania. Saya pun langsung melumat bibirnya. Kini perasaan aneh timbul dan jauh berbeda jika dibandingkan dengan saat berciuman bersama Marin atau Riana. Kali ini benar-benar Tania yang lebih bersemangat sementara saya merasa ada cinta di dalam ciuman kami...
Tania langsung pindah duduk di atas pangkuan saya...ciuman kami semakin menggila dengan pertarungan lidah terjadi...Tania mendorong saya tanpa melepaskan ciuman dan menindih tubuh saya yang sudah terlentang di atas kasur..
“Hmmm-hmpfff..ahhhh” tutur Tania tanpa saya mengerti apa maksudnya. Kali ini benar-benar sudah hilang garis tegas antara bos dan bawahan...mendadak Tania melepaskan ciuman dan memandang saya dengan perasaan cinta. Ia mengelus-ngelus wajah saya sambil berkata...
“jadi..hmm... dari sekian lama aku ngabdi sama kamu...baru sekarang aku dapet jatah hmm? Muah..” ujar Tania sambil terus mengecup hidung saya...
“ih...emang siapa yang mau kasih kamu jatah?”
“Oh okay...” ujar Tania berusaha bangkit namun keburu saya peluk...
“nggak usah baper ah...sini cium dulu...” namun Tania memutuskan untuk tetap bangki...ia menatap saya dengan senyuman nakal...”awas ya...sekarang boleh jual mahal...ntar kalo nagih gak tanggung jawab....” ujar Tania sambil menarik tali pengikat pakaiannya yang kemudian terlepas semua..
Astagah! Benar-benar indah. Pemandangan yang terjadi malam tadi di kolam renang kembali terjadi. Hanya saja pemandangan kali ini benar-benar lebih bagus dan indah...dadanya yang saya kira hanya segenggaman tangan rupanya tak seperti yang saya pikirkan...memang tidak besar tetapi cukup untuk sekedar bergoyang di tengah sodokan...terlebih lagi vagina Tania...memilii bulu yang dicukur rapih...sungguh menggoda selera. Bahkan seolah-olah bulu itu berbentuk tanda panah menunjuk ke arah surga berada. Tentu itu hanya kayalan saya.
Saya secara nalar langsung bangun dan berusaha untuk meraba salah satu dari benda tersebut. Namun dengan cekatan Tania menahan dan menggelengkan kepala.
“No...no...nope... tunggu aja. Nanti ada waktunya...” Tania kemudian menunduk dan berusaha untuk melepaskan celana saya... kini kami benar-benar telanjang tanpa sehelai benangpun. Sentuhan paha kami membuat penis saya terus meningkatkan masa otot. Semakin membesar dan mengacung dengan kuat.
“Jadi ini yang bikin Tante Marin terus-terusan minta jadwal rutin? Ini yang bikin partner kita, bu Riana tersayang keenakan sekaligus mendadak ga enak badan?” goda Tania sambil meraba penis saya yang membuat seluruh badan saya menegang. Sungguh ini fantasy yang berbeda jika dibandingkan dengan Marin dan Riana.
Tanpa saya menjawab, Tania kemudian langsung memasukan penis saya ke dalam mulutnya. Woww.sungguh sensasi yang bikin ngilu gan...terlihat Tania kesulitan dan melepaskan kuluman...
“Kegedean mas..hmmm...aku jilat-jilat dulu aja ya...”saya hanya bisa mengangguk...saya benar-benar pusing karena pada saat yang bersamaan saya tak bisa menyentuh tubuhnya...
Tania semakin cerdas...ia menjilati penis saya dari pangkal hingga ujung...sama seperti Marin ia juga memainkan ujung lidahnya di lubang seni saya...perasaan yang semakin menggila. Ia sadar itu daerah sensitif saya dan berusaha untuk sesering mungkin menyentuh daerah tersebut...
Tania juga dengan bijak menggunakan giginya untuk memberikan tekanan ke buah zakar saya...suatu hal yang baru dan rupanya sensainya melebihi sensasi yang diberikan Riana... dengan penis yang sepenuhnya sudah basah, Tania berusaha untuk mengocok penis saya...tentunya mulutnya tak pernah lepas...kocokannya benar-benar gentle.namun genggamannya? Sungguh erat...saya bahkan merasa sudah berada di dalam vagina...
Tania kemudian berusaha untuk mencondongkan dadanya dan menjepit penis saya. Belum pernah ini dilakukan oleh Marin apalagi Riana. Sungguhh suatu hal berbeda dan membuat saya menggila. Untuk pertama kalinya setelah tragedi persami, saya merasa kewalahan ketika oral...saya sungguh tak bisa menahan foreplay yang dilakukan Tania...dengan keadaan penis saya berada di kuluman Tania, saya benar-benar tak bisa menahan emosi lagi...
“Tania...hmmm...sayang...aku mau keluar....”
“Hmmm...oke...hhh” jawab Tania sambil terus mengulum saya dan tak henti-hentinya memberikan pijatan menggunakan lidah dan giginya..sejurus kemudian pertahanan saya tak terbendung dan akhirnya lepas...cukup banyak cairan yang keluar kali itu dan Tania berusaha untuk menelan semua...namun ada beberapa cairan yang tak tertampung dan keluar dari mulutnya. Tania mengusap itu dengan tangannya dan melumuri seluruh penis saya dengan sperma. Dengan sigap Tania kembali menjilati tentu dengan hisapan yang sangat kuat...
“Biar terus kuat..” ujar Tania singkat. ia lalu merebahkan diri dan menantang saya...
“Ayo...giliran kamu yang harus bikin aku melayang ya...kalo gak liat aja,,,”ujar Tania...dengan sigap saya langsung bangkit dari posisi semula dan mencium bibir Tania...
“Makasih ya sayang” ujar saya yang kemudian hanya disambut senyuman oleh Tania. Saya kemudian menuruni tubuh Tania dan berhenti di lehernya...leher indahnya membuat saya terus menerus menghisap dan mencium dengan ganas. Tak lupa saya mengigit demi meningkatkan gairahnya. Benar saja, setiap sedotan yang saya lakukan,,,tubuh Tania menegang dan dadanya membusung.
Selesai meninggalkan bekas, saya kemudian mengarahkan ciuman ke dadanya. Dada yang tadi malam sudah memanggil semenjak di kolam renang.
Kini akhirnya saya bisa menyentuh langsung. Jika dibandingkan dengan Riana dan Marin, dada Tania memiliki ukuran di tengah...namun secara bentuk milik Tania adalah yang terbaik. Masih kencang. Mungkin karena jarang disentuh...terlebih lagi putingnya juga mengacung menantang saya.....
Saya mengeluarkan andalan dengan mengitari putingnya menggunakan lidah...benar saja...tangan Tania langsung menjambak rambut saya dan berusaha untuk menenggalamkan wajah saya di putingnya...
Saya langsung bangkit dan mengambil ikat pinggang di tas.
“Sesuai aturan...tangan kamu gak boleh ngapa-ngapain kalo lagi di oral...”saya mengikat kedua tangannya dan menaruhnya di atas kepala...sungguh indah bagaiman Tania menujukkan ketiaknya yang mulus sementara ia hanya bisa menggoyangkan tubuhnya ketika jilatan saya terus menerus menghajar daerah sensitifnya..
“Ahh...hmmmm terus...mas....hmpfff....”racau Tania...saya kembali menemukan titip panasnya yakni tepat di bawah kedua payudaranya. Tentu itu membuatnya semakin menegang setiap kali saya mengigit.
Setelah puas dengan dada Tania, kini saya memutuskan untuk ke bawah..vagina yang seloah-olah memberikan saya ajakan untuk segera melakukan pengeboran...
Saya sempat terdiam ketika berada di depan vaginyanya...jika agan pernah memperhatikan vagina perawan...begitulah kira-kira pemandangan saya...
Tak terima hanya disoroti Tania berusaha untuk menyilangkan kakinya di leher saya dan menempelkan kepala saya tepat di vaginanya. Merasa mendapat teguran saya langsung mengecup manis bibir vaginanya..harumnya membuat saya betah berlama-lama di bawah..saya kemudian menjulurkan lidah untuk terus memberikan rangsangan sambil sesekali mencari-cari dimana klitorisnya...benda yang saya yakin akan membuat pekerjaan saya menjadi jauh lebih mudah...
“hmmm....mas.s.. teruss...ahhh naikan dikit mash ahhhhhhhh.” Ujar Tania. Saya kemudian mengikuti perintahnya ya. Ternyata klitorisnya berada sedikit di atas. Setelah sukses saya terus menjilati dan menghisap klitoris Tania...tubuhnya semakin mengang, dadanya semakin membusung, dan ikatan kakinya di leher saya semakin menjadi-jadi hingga pada akhirnya saya merasakan lidah saya disiram cairan hangt. Bersamaan dengan keluarnya cairan hangat itu pula tubuh Tania mendadak menggelinjang dan kemudian melemas...
“HHhhhmmm mass....hmm...ini pertama kali...aku orgasme pas foreplay...” ujar Tania jujur. Saya kemudian memutuskan untuk menjilati cairan Tania yang kemudian ia protes.
“jangan di habisin mas...buat nanti pas punya mu masuk...biar gampang...” ujar Tania sembari mengatur nafasnya...saya kemudian mencium bibir Tania dengan lembut...tak lupa saya lepaskan ikatan tanganya karena sesi foreplay telah berakhir..
Tanpa melepaskan pagutan, Tania menjambak saya...sementara tangan saya terus bergerilya di dada dan vaginanya....Tania melepaskan pagutan dan berkata...
“Enak aja ya...muah...main iket-iket...kamu mau di iket?” ujar Tania gemas sambil membiarkan saya membuat bekas lain di lehernya..
Semakin membara ciuman kami,,saya memutuskan untuk mengambil inisiatif. Masih berada di posisi atas saya memutuskan untuk memasukan penis saya ke vaginanya...saya menggesekan kepala penis ke bibir kemaluannya. Rupanya gerakan tersebut sudah cukup untuk membuatnya kelojootan dan tak karuan..
Secara perlahan penis saya berusaha masuk...”pelan pelan mas...ergghh” ujar Tania menahan sakit.ia kemudian meraih penis saya dan berusaha menguasai keadaan.namun saya menegaskan bahwa saya yang berkuasa dengan memasukkan penis langsung hingga setengah jalan...Tania hanya bisa berteriak kesakitan...terbukti bahwa vaginanya memang sudah cukup lama tak mendapatkan kunjungan.
“ah penuh banget mas....diemin dulu ya...”
“Tapi ini belum masuk semua...“tambah ku
“hah gila! Yaudah pelan-pelan yah...”sempitnya vagina Tania membuatku bisa merasakan tulang selangkanya yang keras...ia juga semakin meringis kesakitan ketika seluruh penis saya akhirnya terbenam saya biarkan ia menyesuaikan diri. Kedutan di dinding vaginanya yang terus menekan penis saya membuktikan bahwa vaginanya memang sedang berusaha menyesuaikan ukuran.,,
Terlihat sudah mulai menguasai keadaan saya memutuskan untuk mendorong dan menarik penis. Rupanya hal tersebut masih terlalu sakit untuk Tania. Ia terus melebarkan kakinya untuk mengurangi rasa sakit...ia juga tak henti-hentinya menggigit leher dan pundak saya..
“duhh mas...pelan ajah...penuh banget ini,,,”
“hmmm...fff.ahh shihhhhh...enak sih....pelannnna aahahha...”teriak Tania seiring dengan usaha saya untuk meningkatkan tempo. Meski masih kesakitan tampaknya Tania mulai bisa merasakan nikmatnya. Terbukti ia kini sudah tak mengeluh rasa sakit dan cenderung teriakan yang menggairahkan...
“ahhh yeahhhh shhhha hhahha ah ah ah ah ah mashhh enakkk”racau Tania....tak banyak yang bisa saya perbuat karena takutnya, berganti posisi hanya akan membuatnya merasa sakit dan kembali menurunkan libidonya sementara saya sendiri juga sudah mulai terbiasa dengan rapatnya vagina Tania. Namun tiba-tiba Tania meminta doggy style.
“mas coba gini aja ya...siapa tau sakitnya kurangan...” ujar Tania sembari menungging...kali ini saya teringat kembali dengan pantat indah yang ia suguhkan di kolam renang.sungguh membuat saya tak bisa mengontrol emosi...
Dengan kondisi yang lebih baik penetrasi kedua berjalan dengan lebih mudah meski tetap membutuhkan waktu yang lama...kini kamis udah bisa saling menikmati...Tania pun makin keras berteriak sambil diiringi dengan bunyi indah yang mempertemukan antarapantatnya dengan pangkal paha saya....sungguh indah perpaduan bunyi tersebut.. dari belakang saya genggam payudaranya dan juga saya pukul pantatnnya..harus diakui bahwa pergulatan pagi ini benar-benar diluar kendali. Meski sudah menikah saya akui tubuh Tania seperti perawan. Hanya saja ia terlalu tangguh untuk seorang perawan...
“ahhh fuck me yeahhhh your big dick is my heroin. Arhhhghhhh ff hmphhhh yaggg” ujar Tania tanpa saya hiraukan...
“yeal ill worship your dick after this ahh, masshhhh aku rela gak hah mmmm digaji mas.....” tambahnya...
Dua puluh menit kami menjalani posisi tersebut akhirnya Tania dan saya memutuskan untuk menyudahi pergulatan...
“Mas aku mau keluar....jaga temponya ya ”
“aku juga....keluar di mana?”
“di dalem aja...aman.” ujar Tania...namun harapan untuk menjaga Tempo tak bisa terpenuhi nyatanya kammi terus meningkatkan tempo hingga tak karuan teriakan kami berdua...
“Arghhh ah aha ah ah ah ah ah” erang saya...
“Hmmm ff shhh ahhhh fuck me ahrghahahh oh my....fucking hell ahrghhh”
Akhirnya kami berdua klimaks...cairan saya kemudian membasahi liang senggamanya. Benar-benar tak karuan. Meski saya baru bertempur mati-matian dengan Riana semalam, namun Tania mampu membuat seluruh tenaga saya terkumpul. Bahkan ketika kami berdua belum sarapan... akhirnya saya tidur terlentang dan Tania tidur di atas saya...
Namun tak berselang lama telepon kamar saya berdering. Tania dengan sekuat tenaga mengangkat telepon tersebut sambil masih berusaha mengatur nafas...setelah perbincangan singkat terjadi Tania menjelaskan bahwa telepon tersebut dari resepsionis...rupanya tetangga kamar kami merasa terganggu dengan aktivitas yang terjadi di kamar kami...
“Kamu sih teriak-teriak” ujar saya sambil menyubit payudara Tania...
“siapa suruh punya penis enak banget” kami pun tertawa bersama hingga tertidur.
Admin Mesum